Bab 23. Pertandingan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tak pernah ada yang tahu bagaimana hati manusia bekerja. Karena semua praduga tak selalu tepat untuk mengungkapkannya.

Hitam dan Putih pun bisa terbalik jika berkaitan dengan hati seseorang. Tidak bisa diterka, tidak bisa dibaca, dan terkadang terlalu rumit untuk diurai.

.
.
.

Hari ini sebagian besar murid di SMA 17, berbondong-bondong datang ke Universitas Bumi Dirgantara untuk mendukung teman-teman mereka dalam pertandingan yang diadakan oleh Universitas.

Hari ini cabang olahraga tenis, voli, dan taekwondo akan bertanding. Banyak sekolah lain yang juga datang untuk memberi dukungan pada perwakilan mereka masing-masing.

Ara sudah sangat antusias bersama Rere sejak pagi, karena mereka sangat ingin melihat Cindy bertanding. Bagi Ara khususnya, dia senang sekaligus kagum pada sahabatnya itu. Dia tidak pernah melihat pertandingan-pertandingan seperti ini sebelumnya, sehingga rasanya lebih excited.

Mereka datang menggunakan bus dan beberapa menggunakan mobil milik sekolah.

"Udah nggak sabar, mau liat Cindy!" ucap Ara kegirangan.

"Kamu segitu senengnya, Ra?"

"Iya dong! Aku nggak pernah liat beginian langsung, Re. Aku norak, ya?"

"Nggak, lucu aja. Padahal kebanyakan anak-anak tuh males kalo disuruh beginian."

"Tapi banyak yang ikut kok." Ara menegakkan duduknya lalu mengedarkan pandang ke seluruh tempat duduk dalam bus yang sekarang mereka naiki.

"Penuh kok, nggak ada yang kosong bangkunya."

"Iya sih, penuh. Ini pada excited karena mau ke Universitasnya, bukan liat pertandingannya." Jawab Rere sambil tertawa.

Ara ikut tertawa lalu kembali duduk bersandar. "Sayang banget kelas 9 nggak boleh ikutan, jadi nggak bisa liat sama Kak Bintang."

Rere tertawa kecil mendengar gerutuan Ara. "Duh, iya yang bucin ini, pengen berduaan melulu. Tapi, Ra, akhir-akhir ini aku jarang liat kamu sama Arel."

Ara menatap Rere kemudian menghela pelan, "Ya, itu aku juga bingung. Aku ngerasa Arel jadi menjauhi aku, dan aku nggak tahu apa alasannya. Kamu liat sendiri, dia nyaris nggak pernah masuk kelas. Kalaupun ada pasti udah ngilang sebelum aku nyamperin dia."

"Coba chat aja, mungkin Arel sibuk, 'kan olimpiadenya 3 hari lagi."

"Udah aku chat, tapi dia nggak balas. Aku takut ganggu dia juga, nanti aja abis olimpiade aku ngomong ke dia."

"Dia nggak ke rumah kamu kayak biasanya?"

Ara menggeleng, dia ingat 3 hari yang lalu, Tante Ninis datang ke rumahnya. Mengatakan bahwa dia mengajak Arel untuk ikut, namun Arel menolak dan memilih untuk pergi bersama teman-temannya yang lain.

Sebenarnya ini bukan masalah besar, tetapi Ara merasa kesal. Setelah hari-harinya dipenuhi oleh kehadiran Arel bahkan saat dulu dia tidak menerima bahwa Arel dan Rafael adalah orang yang sama, Arel terus menerus ada di sekitarnya. Tapi sekarang, saat dia sudah bisa membiasakan dan menerima, justru Arel menjauh dan menghilang. Jika begini, lalu kenapa Arel terlihat ingin hubungan mereka kembali seperti saat masih kecil?

Belum lagi, saat karya wisata kemarin sikap Arel padanya benar-benar manis seperti Rafaelnya dulu. Memperhatikannya, bercanda dan bicara padanya tanpa beban, dan selalu di sampingnya. Kenapa sekarang Arel berubah?

Atau ini hanya pikiran Ara yang terlalu berlebihan? Mugkin Arel benar-benar sibuk sehingga tidak punya waktu untuk bersamanya seperti biasa? Entahlah, memikirka Arel hanya membuat Ara merasa kesal dan sedih.

***

Pertandingan taekwondo sudah dimulai untuk kategori atlet pria, perwakilan dari SMA 17  sayangnya harus menerima kekalahan dari SMA lawan. 

Hingga akhirnya yang ditunggu-tunggu oleh Ara, akhirnya tiba. Pertandingan atlet wanita. Ara sempat melihat CIndy bersama pelatih mereka, dan mungkin karena Ara tidak pernah melihatnya, baginya sosok Cindy yang dia lihat sekarang jauh lebih keren dan luar biasa di matanya. Ketegasan di wajah cantik Cindy, posturnya yang sempurna dalam seragam Taekwondonya, juga sikap serius dan kesiapan yang Cindy perlihatkan terasa mengintimidasi.

Sambil menunggu gilirannya, CIndy memandang ke arah kursi penonton, lalu tersenyum dan melambai saat pandangannya beradu dengan Ara dan Rere. Sontak kedua sahabatnya itu balas melambai dengan penuh antusias.

"CIndy cantik banget, ya, Re."

"Iya, nggak kayak Cindy biasanya kalau udah pake seragam Taekwondonya."

Lalu, giliran Cindy pun tiba. Setelah mendapat arahan singkat dari pelatih, Cindy memasuki Arena. Riuh sorakan dukungan dari teman-teman mereka membuat suasana ramai dan bersemangat. Ara dan Rere pun tak mau kalah dan ikut bersorak.

"Cinderella, lo harus menang! Kalau kalah, lo harus tanding ulang sama gue!"

Sebuah teriakan yang cukup menyita perhatian karena tidak ada orang lain yang akan berteriak selantang itu di pertandingan ini. Sebuah suara yang Ara hapal siapa pemiliknya. Dan akhirnya Ara melihatnya, Arel berdiri di kursi paling bawah dekat dengan arena. Dengan senyum tengilnya bersorak memberi semangat pada Cindy.

Ada rasa yang tidak bisa dijelaskan menyelinap di hati Ara, pasalnya selain tak berinteraksi dengan Arel selama beberapa minggu ini, tadi dia juga tidak melihat Arel berada di barisan murid-murid yang akan ikut kemari. Sekarang Arel ada di sini?

Mengabaikan perasaan aneh di hatinya, Ara kembali fokus pada Cindy yang sudah akan mulai bertanding. Seluruh arena kini hening, fokus pada dua orang yang akan bertanding.

Ara bahkan tanpa sadar menahan napasnya. Betapa kagumnya Ara saat melihat bagaimana Cindy menangkis dan memukul lawan dengan jurus-jurusnya. Di ronde pertama point unggul didapatkan oleh Cindy, membuat semua teman-temannya bersorak. DI ronde kedua, point unggul didapatkan oleh lawan, membuat point mereka seimbang. Ada jeda sebelum mulai kembali di ronde ketiga. Rasanya Ara ingin sekali turun dari kursinya sekarang untuk menyemangati Cindy, tapi jaraknya cukup jauh. Lalu, Ara melihat di bawah sana, Arel mengulurkan kepalan tangannya ke depan membentuk gestur tos pada Cindy yang dibalas dengan senyuman oleh gadis itu.

Lagi, Ara merasa tidak nyaman melihat interaksi mereka berdua. Tidak seperti biasanya.

Pertandingan ronde ketiga sudah dimulai, Cindy kembali dan bersiap. Di waktu satu menit yang penuh ketegangan itu, semua orang menahan napas dan fokus pada pertandingan. Masing-masing berharap kemenangan point pada tim mereka. Ara dan Rere saling menggenggam tangan, mendoakan kemenangan untuk Cindy.

Cindy dan lawannya sama-sama menunjukkan usaha dan kemampuan yang baik. Hingga setelah satu tangkisan cepat dan sigap, tendangan yang dilakukan Cindy menjatuhkan lawan dan point didapatkan oleh Cindy.

Seketika sorak sorai murid SMA 17, terdengar memenuhi gedung. Semuanya bersorak untuk kemenangan Cindy. Ara dan Rere berteriak kencang saking senangnya, saling memeluk erat satu sama lain.

"Cinderella, lo keren!"

Lagi-lagi teriakan Arel menyita perhatian, Arel bahkan sudah melompati kursi tribun untuk menghampiri Cindy.

"Thanks, Rel! Semoga gue bisa mempertahankan ini sampai final." Cindy menyambut high five dari Arel.

Namun, yang lebih mengejutkan adalah Arel yang menarik Cindy dalam pelukannya. Cindy pun tampak kaget, namun dia membalas pelukan Arel.

Mungkin bagi orang lain, pelukan itu terlihat biasa. Namun, bagi Ara dan Cindy, apa yang dilakukan Arel mengubah segalanya.

.
.
.

Bersambung.
.
Riexx1323.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro