Bab 24. Emosi dan Pemicu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jadi, apakah hati yang patah tak lagi bisa disembuhkan?

Membiarkannya hancur berkeping, atau mencoba untuk menambalnya sedikit demi sedikit agar dia kembali utuh?
.
.
.

Ada rasa asing dan aneh yang datang terselip di hati Ara sejak melihat kedekatan antara Cindy dan Arel di pertandingan Taekwondo beberapa hari yang lalu.

Ada jeda, jarak dan rasa kecewa yang menimbulkan pertanyaan besar di hatinya.

Kenapa dia terganggu oleh fakta yang dilihatnya?
Bukankah hal biasa bagi teman untuk hal seperti itu?
Bukankah harusnya dia senang karena dua orang yang disayanginya menjadi lebih dekat?

Tapi, apakah benar kedekatan mereka seperti yang dia pikirkan?

"Ara, kamu kenapa?"

Lambaian tangan Bintang di depan wajahnya, membawa Ara kembali pada kenyataan.

"Eh, kenapa Kak?" jawab Ara merasa tidak enak pada Bintang.

Bintang tersenyum, lalu mencubit gemas hidung Ara. "Kamu tuh, kenapa? Dari tadi ngelamun terus. Ada yang kamu pikirin?"

"Eh? Nggak kok, maaf aku mengabaikan Kakak."

"Cerita sama aku kalau kamu punya masalah yang dipikirin. Aku pacar kamu, aku nggak cuma ada saat kamu bahagia aja. Tetapi, saat kamu butuh bantuan, butuh cerita, kesulitan atau apapun itu, kamu bisa bersandar ke aku, bisa bilang ke aku," ujar Bintang lembut masih dengan seulas senyum hangat yang dia berikan untuk Ara.

"Makasih ya, Kak. Aku beruntung bisa jadi pacarnya Kak Bintang. Nanti kalau aku udah siap, aku pasti cerita kok. Sekarang, nggak apa-apa."

Bintang meraih tangan Ara lalu menggenggamnya erat. Kemudian satu tangannya yang lain, dia gunakan untuk mengusap kepala Ara dengan lembut.

"Aku yang beruntung, di akhir masa SMA ku yang lumayan pusing ini, aku ketemu kamu yang bisa bikin aku nyaman dan semangat menjalani semuanya."

Keduanya saling menatap lalu tersenyum, setelah mendengar ucapan satu sama lain.

"Ra, besok kamu datang ke olimpiade untuk semangatin aku, 'kan?" Tanya Bintang kemudian.

"Iya, dong. Pacar aku mau bertanding masa iya, aku nggak datang? Kayaknya barengan sama yang lain kayak lomba-lomba sebelumnya."

"Iya, nggak apa-apa. Pokoknya kamu datang, aku udah seneng banget. Doain juga supaya tim kita menang, ya? Aku mau memberikan hasil terbaik sebagai hadiah sebelum aku lulus dari sekolah."

"Iya, pasti aku doain."

"Gemes banget pacar aku." Bintang kembali mengusap kepala Ara dengan gemas, membuat Ara malu karena mereka sedang ada di perpustakaan.

***

Lorong gang yang sedikit becek itu tampak sunyi dan sepi. Letaknya yang berada tepat di belakang gedung sekolah dan berbatasan langsung dengan lahan kosong perumahan warga ini, memang hanya jalan alternatif yang jarang dilewati oleh orang. Banyak yang memilih lewat jalan utama meski harus memutar, juga karena jalannya lebih lebar. Orang-orang tidak banyak lewat gang ini jika tak ada penutupan jalan atau pengalihan arus lalu lintas, alasan lainnya karena di gang ini sering digunakan beberapa murid untuk nongkrong dan membolos.

Kepulan asap rokok tampak samar melayang di udara.

Arel sedang duduk berjongkok di atas sebuah batang kayu yang tumbang. Ada dua orang teman lain bersamanya yang sedang asik menyesap rokoknya.

Arel membuang stik permen yang dimakannya sejak tadi. Arel tidak merokok, sebagai gantinya dia selalu membawa permen karet atau permen loli saat nongkrong bersama teman-temannya seperti sekarang. Di bawahnya sudah banyak bungkus permen berserakan. Lidahnya bahkan seperti sudah lecet karena sudah menghabiskan 3 permen loli chipachips terus menerus.

"Ini Bima lama banget datangnya, capek gue nungguinnya." Ujar Arel melirik temannya dengan tak sabar.

"Tau tuh, katanya udah otw dari tadi. Otw muter lewat malioboro apa gimana." Jawab Asgaf, salah satu teman Arel.

"Tapi gue heran sama lo, Rel. Besok lo 'kan mau tanding olimpiade, ngapain lo ikutan bolos di sini? Udah abis bimbingan lo, itu?" Tanya Gala, teman Arel yang satunya.

Arel diam, tidak langsung menjawab, "Muak gue. Lagian, lama nggak nongkrong sama lo semua."

"Yakin? Lo nggak pernah main-main  kalo urusan nilai."

"Gue udah hapal semuanya di luar kepala, apa yang mau dipelajari lagi? Lagian, mau gue bolos atau apa juga nilai gue selalu di atas, iya nggak?"

Kedua temannya hanya saling berpandangan lalu meringis, "Bangsatnya, emang iya, sih." Jawab mereka kemudian tertawa.

Asgaf dan Gala tidak satu kelas dengan Arel, tetapi mereka tahu Arel selalu mendapat peringkat satu paralel meski kelakuannya tidak teladan.

Sebenarnya, Arel merasa kesal setiap kali melihat Bintang di kelas bimbingan. Seperti tamparan nyata yang mengingatkannya bahwa cowok menyebalkan itu adalah pacar Ara.

Karena itulah, dia memilih untuk membolos dari kelas bimbingan terakhir hari ini. Toh, apa yang dikatakannya tadi benar. Dia tidak akan lupa pada pelajarannya sekalipun dia membolos.

Dia berusaha mengendalikan perasaannya pada Ara. Namun, prosesnya jauh lebih sulit karena dia selalu melihat Ara dan Bintang di sekolah. Dan Arel tidak suka.

Kenapa dia jadi selemah ini dengan perasaannya sendiri?
Kenapa dia menjadi overthinking dengan hal ini?
Kenapa dia berbeda dengan dirinya yang biasanya?

Arel kesal pada dirinya sendiri.

Suara motor yang datang dari ujung gang membuat ketiganya menoleh. Melaju dengan kecepatan tinggi, motor itu mengerem dan berhenti mendadak di depan ketiganya. Membuat cipratan kotor dari jalan yang becek karena air hujan semalam.

"Bangsat! Seragam gue kena cipratan!"

"Asem! Kotor woi!"

Ketiganya mengucapkan sumpah serapah pada si pengendara yang baru saja membuat manuver dengan cipratan lumpur itu.

Arel memicingkan mata menatap si pengendara yang kemudian turun dari motornya terseok, membuka helm yang setelah dilihat lebih jelas, pecah di bagian kaca dan retak di bagian belakangnya.

"Bima!" Panggil Arel membuat Gala dan Asgaf berhenti mengomel untuk memperhatikan pemuda berseragam di hadapannya itu.

"Lo kenapa, asu!" Umpat Gala yang langsung mendekati Bima yang kini berdiri sambil memegangi kepalanya.

"Gue... gue, dikejar anak SMA 57. Gue pusing," ucap Bima lirih kemudian merosot duduk di tanah.

"Bim!"

"Bima!"

"Woy, lo kenapa, Bim! Bilang ke gue, lo diapain?" Arel ikut berjongkok memegangi bahu Bima di sisi kiri sementara Gala di kanan.

"Kepala lo berdarah, Bim! Ini kita bawa ke rumah sakit apa gimana?" Panik Asgaf melihat kondisi Bima yang jauh dari kata baik. Baju seragamnya lusuh dan kotor oleh bekas tanah dan ada bekas sepatu di sana. Ada lebam di lengan dan pipinya.

Arel menatap khawatir pada Bima. "Gaf, lo panggil ojek mobil online, deh! Ini Bima kita bawa ke rumah sakit dulu," perintah Arel yang langsung dilakukan oleh Asgaf.

"Bima, lo jangan pingsan dulu. Ceritain gimana lo bisa jadi kayak gini."

Bima mengatur napasnya, menatap Arel dan Gala. "Gue dikeroyok anak SMA 57 pas gue balik dari Aprilmarket. Padahal gue nolongin kakek penjual cilok yang jatuh keserempet motor, malah gue yang dikira pelakunya."

"Kok bisa anak SMA 57 ikut campur?"

"Karena kejadiannya di gerbang timur SMA 57. Gue lewat sana karena ada pohon tumbang di jalan, yang bikin arus dialihkan."

"Lo lewat sana, ada kakek jatuh dan lo dikira yang nabrak?"

Bima mengangguk pelan, meringis sambil memegangi kepalanya.

"Lo diapain aja sama mereka?" Tanya Arel lagi. Suaranya tenang namun keseriusan dan emosi yang terdengar dalam suaranya membuat temannya tahu, Arel tidak baik-baik saja.

"Karena gue pake helm, mereka lemparin gue pake batu. Trus gue di dorong sampe jatuh, ditendang dan dipukul, padahal gue berusaha jelasin kronologi kejadian yang sebenarnya."

Tak lama Asgaf datang setengah berlari setelah menunggu ojek mobil pesanan mereka. Gala dan Arel membantu Bima untuk berdiri, berjalan menuju mobil yang menunggu di mulut gang. Sementara Asgaf membawa motor Bima.

"Gaf, gue sama Gala akan bawa Bima ke rumah sakit. Lo bawa motor Bima ke bengkel, liat apa aja kerusakannya." Ucap Arel pada Asgaf yang langsung dilakukan oleh pemuda itu.

"Laporin ke gue apa aja kerusakannya, trus nanti lo susul kita ke rumah sakit." Tambah Arel sebelum dia masuk dalam mobil bersama kedua temennya.

"Oke, Rel."

Dan Arel yang memang sedang merasa kesal, kini tersulut oleh kejadian yang dialami oleh sahabatnya.

.
.
.

Bersambung.

Riexx1323.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro