Bab 26. Pertikaian

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kadang, kau tidak perlu alasan untuk memahami seseorang.

Jika kau benar-benar dekat dengannya, maka kau akan tau tanpa perlu penjelasan kata-kata.

.
.
.

Keempat murid yang masih berseragam lengkap itu turun tergesa dari ojek mobil yang mereka tumpangi.

Melangkah tergesa setengah berlari, mereka menuju sebuah jalan sempit yang ada di dekat Gedung Olahraga Sakti. Dan tanpa mereka duga, banyak murid yang ada di sana tampak berkerumun. Bintang berjalan paling depan, meminta Ara, Cindy dan Rere untuk menunggu agak jauh agak tidak terkena rusuhnya tawuran.

Bintang berusaha menyeruak diantara kerumunan untuk melihat apa yang sedang terjadi. Di depan sana di lahan sempit yang berada di belakang gedung, tampak beberapa anak terlibat baku hantam, saling tonjok dan menendang. Ricuh dan ribut, sementara yang lain hanya berdiri berkerumun tidak melerai, terlalu takut untuk ikut campur. 

Ada 5 orang anak berseragam SMA 17, dan salah satunya adalah sosok familiar yang sejak tadi menjadi obyek pencarian Bintang. Rafael Wisaka.

"Arel!" Teriak Bintang, membuat beberapa diantara mereka teralihkan dan menatapnya.

Melihat kedatangan Bintang, anak-anak SMA 17 yang mengenali sosok Bintang, terntu saja kaget dan merasa ketakutan karena sosok sang Ketua OSIS yang tiba-tiba muncul di tengah keributan. Arel yang melihat Bintang tampak biasa, justru kemudian menghajar lawannya dengan kuat seolah tak terganggu dengan kedatangan Bintang.

"Arel! Berhenti!" Teriak Bintang lagi, melihat sikap tak peduli Arel padanya membuat emosi Bintang tersulut. 

Jujur dia tidak suka keributan dan tidak pernah terlibat di dalamnya sekali pun. Melihat kekacauan ini membuatnya kesal, dan marah. EMosinya pada Arel yang sejak tadi belum mereda kini justru bertambah besar melihat situasi yang sekarang. Kegusaran yang tampak pada wajahnya, membuat beberapa murid yang berkerumun di sana menciut dan beberapa memilih pergi.

Arel tidak berhenti, dia terus melayangkan bogem mentah pada lawannya yang masih berusaha untuk melawan dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya.

Bintang melangkah maju mendekati Arel dengan emosi yang sudah tidak bisa ditahannya lagi. "Rafael Wisaka!" Teriaknya saat berada di depan Arel.

"Apaan! Ngapain lo di sini, hah! Minggir, lo!" Arel menggunakan tubuh lawnnya yang masih dia cengkeram untuk mendorong Bintang menjauh. 

"Berhenti!"

Bintang terhuyung ke samping, namun masih berusaha mendekat dan melerai Arel dengan lawannya. Pada saat itu lawan Arel mengambil kesempatan dengan melayangkan tinjunya ke rahang Arel. Tentu itu membuat Bintang terkejut dan mundur selangkah.

"Bangsat!"

Arel balas mengayunkan tinjunya pada lawannya, kemudian dengan gesit menendang kakinya sehingga lawannya jatuh. Arel dengan cepat merunduk lalu kembali menghantam wajah lawannya dengan pukulan bertubi-tubi. Entah amarah dan emosi mana yang dia luapkan saat ini. Emosinya soal Bima atau karena keberadaan Bintang sekarang.

"Stop! Arel! Lo mau bunuh anak orang, apa gimana?" Bintang berhasil menangkap tangan kanan Arel yang sudah terayun. "Lepasin, dia!"

"Lo nggak usah ikut campur, bangsat! Lepasin gue!" Arel menyentakkan tangannya dari Bintang, matanya menatap Bintang dengan nyalang sebelum bangkit dari posisinya.

Melihat kerumunan di sekitarnya dan tersenyum miring dengan puas mendapati lawan-lawannya sudah babak belur. Sementara Bintang menatap kerumunan yang sejak tadi hanya melihat tanpa berbuat apa-apa di sekitar mereka.

"Bubar kalian semua! Sedang apa kalian di sini? Ini bukan tontonan, bubar kalian!" perintah Bintang yang seketika membubarkan kerumunan terutama anak SMA 17 yang melihat wajah murka Bintang.

Arel menatap Bintang nyalang, mendekati Kakak kelasnya itu kemudian mencengkeram bagian depan kemeja Bintang. "Lo yang nggak usah ikut campur! Ngapain lo di sini dan ngerusak acara gue, hah!" bentak Arel lalu mendorong Bintang dengan keras hingga pemuda itu terhuyung ke belakang. 

"Rel, gimana sama mereka?" Tanya Gala terengah, lawan mereka sudah tak berkutik tergeletak di tanah, pasrah dan masih dalam keadaan sadar.

"Kak Bintang!"

Arel langsung menoleh begitu mendengar suara yang sangat akrab di telinganya itu. Dilihatnya Ara berlarin menuju ke arah mereka diikuti Rere dan Cindy. Lalu pandangan Arel berubah menjadi lebih dingin saat beralih kebali pada Bintang.

"Brengsek! Niat banget lo mengganggu urusan gue sampai bawa-bawa mereka ke sini?" bisiknya tertahan di telinga Bintang. "Lo nggak puas banget kalo liat gue seneng, perlu lo bawa Ara ke sini? Lo mau nunjukkin ke dia seberapa brengseknya gue? Iya?"

"Gue nggak ada niatan begitu sama lo, dan ya, nggak perlu gue tunjukkin emang kelakuan lo aslinya begini, 'kan? Bukan salah gue kalo Ara liat lo dalam situasi ini," balas Bintang tak kalah menahan emosinya.

Ketiga gadis itu sampai di hadapan Bintang dan Arel yang berdiri berhadapan. Ketiganya tampak kaget melihat kekacauan yang terjadi.

Wajah-wajah lebam, luka berdarah di beberapa bagian wajah, seragam yang sudah kotor tak berbentuk karena perkelahian di atas tanah, juga luka gores di lengan mereka semua yang ada di sana.

Tatapan Ara kemudian jatuh pada Arel, yang sejak tadi menghindari pandangan Ara. Tatapan yang tidak ingin Arel lihat karena dia tahu, Ara pasti memandang rendah dan jijik padanya.

Brengsek.

"Arel—"

"Gimana, Rel? Kita apain mereka?" Suara Gala terdengar lagi, menginterupsi Ara yang akan mengatakan sesuatu.

Arel berbalik menatap Gala, lalu menatap satu persatu lawannya yang tak berdaya. Ditariknya paksa seorang yang tadi dilawannya.

"Lo, gue peringatkan sekali lagi. Jangan pernah menyentuh teman atau orang-orang gue sembarangan lagi. Gue nggak akan memulai ini jika lo dan temen-temen lo nggak berulah duluan."

Tatapannya dingin dan penuh intimidasi, membuat lawannya hanya menunduk, menghindari tatap dengannya.

"Lo udah seenaknya main gebuk sama temen gue tanpa denger penjelasan dari kejadian yang sebenernya. Lo nggak mau tau kebenarannya dan nyalahin temen gue. Gue udah punya semua buktinya. Kalo setelah kejadian ini, lo atau siapapun akan balas dendam, gue pastiin lo semua bakal habis. Denger itu baik-baik. Gue akan lempar bukti ke polisi kalau kalian macam-macam lagi setelah ini." Ucap Arel penuh tekanan dan ancaman pada lawannya.

Arel tidak berteriak arogan hanya untuk memberikan ancaman. Karena suara dalam dan dinginnya cukup mampu mengintimidasi mereka.

Arel mendorong lepas lawannya, kemudian berbalik kembali pada Gala.

"Bawa mereka semua ke rumah sakit yang sama dengan Bima. Lalu pastikan mereka minta maaf dan bertanggung jawab atas perbuatan mereka," pungkas Arel. Kemudian memberi kode pada teman-temannya untuk segera mengikuti instruksinya.

"Rel, lo nggak ikut?"

"Ikut, gue akan nyusul setelah beresin ini."

Gala dan lainnya mengangguk sebelum pergi dengan membawa anak-anak SMA 57 bersama mereka.

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Arel melangkah ke arah motornya. Namun, tangannya tertahan oleh seseorang.

"Arel, mau kemana?"

"Lepas."

Bukannya melepas seperti yang diminta, Ara justru menarik lengan Arel lebih erat.

"Arel, liat aku. Kenapa kamu kayak gini?"

Memejamkan matanya menahan diri, Arel menghela pelan sebelum akhirnya berbalik menatap Ara.

"Kenapa? Lo tanya gue kenapa? Kaget liat gue kayak gini?" Tanya Arel sarkas. Nada dingin di suaranya masih terdengar jelas, ditambah tatapan mata dingin yang membuat Ara mundur selangkah.

"Kenapa? Lo takut sama gue?" Arel mendecih menatap Ara. "Gue nggak kenapa-kenapa. Ini gue yang sebenarnya."

Ara tidak bisa berkata apa-apa selain dian menatap Arel. Sudut matanya terasa panas menahan jatuhnya air bening dari matanya.

Tatapan Arel kembali pada Bintang yang berdiri di belakang Ara. Lalu Cindy dan Rere yang masih diam terpaku di sana tanpa kata.

"Puas lo sekarang? Gue nggak nyangka lo akan seniat itu untuk jatuhin gue. Selamat lo berhasil, tapi sayangnya gue nggak peduli." Ucapnya pada Bintang.

Kemudian Arel berbalik, melangkahkan kakinya ke tempat motornya di parkir. Tak ingin mempedulikan empat orang di belakangnya, meskipun sekarang hatinya jauh lebih sakit dari sebelumnya.

.
.
.

Bersambung.
.
Riexx1323.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro