Bab 3. Hoodie Si 'Sopan'

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.

Kamar mandi perempuan itu cukup sepi, padahal biasanya banyak siswi yang mengantri hanya untuk cuci muka dan membenarkan riasan mereka saat jam istrirahat.

"Ara, beneran nggak apa-apa? Nanti kamu masuk angin," tanya Rere yang akhirnya selesai membantu Ara.

Seragam Ara dilepas untuk dicuci, sudah bersih, namun warna kuning jeruknya masih tertinggal di seragam putihnya.

"Ya, gimana juga. Bajunya nggak bisa dipakai kalau nggak dicuci. Bisa kering lebih cepat nggak, ya?" tanya Ara dari dalam bilik karena menunggu bajunya kering.

"Biasanya aku ninggalin baju olahraga di loker, tapi kemarin baru kubawa pulang untuk di cuci. Maaf ya, Ara," ucap Cindy yang sedang mengipasi baju Ara dengan kipas angin portable mini-nya.

"Nggak apa-apa, kok. Makasih, ya, kalian udah mau bantuin."

"Maaf, ya, Ra. Kamu jadi yang kena, padahal aku yakin jus itu tadi awalnya mau ditumpahin ke aku," kata Cindy dengan pelan.

"Eh? Kok kamu mikir gitu, kenapa?"

"Iya, aku nebak aja, sih. Cewek yang numpahin jus itu tadi namanya Nayla. Dia tuh suka sama Arel sejak kelas X."

"Apa hubungannya itu, sama kamu?"

"Dia selalu begitu. Seperti yang kamu lihat tadi, Arel itu suka banget deketin aku cuma buat usil dan bikin aku kesel. Tetapi, Nayla mengira kalau aku ada hubungan khusus sama Arel. Padahal nggak. Dia udah sering kayak gitu, tiba-tiba nabrak aku, jatuhin buku aku, atau sekedar melempar tatapan nggak suka ke aku."

"Kamu diam aja, di gituin?"

"Dia nggak berani lebih dari itu, kok. Jadi selama nggak bikin aku cedera, aku nggak akan ambil tindakan lebih. Makanya, aku sebel kalau Arel deketin aku di tempat yang ada Nayla di sana."

"Tenang aja Ra, lagipula, nggak akan ada yang berani lawan Cindy, si pemegang sabuk hitam Taekwondo," celetuk Rere sambil tertawa kecil.

"Kamu sabuk hitam, Taekwondo?" tanya Ara yang terkejut dari dalam bilik. Dia tidak menyangka, cewek berperawakan langsing seperti Cindy adalah pemegang sabuk hitam Taekwondo. Gadis itu lebih cocok menari dan jadi calon idol dari pada membanting tubuh orang.

Cindy tertawa menanggapi kekagetan Ara, "Hehe, iya."

"Karena itu, kalau ada yang gangguin kamu, tenang aja, ada aku." Cindy tertawa bersama Rere, membuat Ara ikut tersenyum dari dalam bilik.

"Kamu mau izin ke UKS aja nggak, Ra? Kita harus balik ke kelas, bentar lagi jam masuk," saran Rere setelah melihat jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan 20 menit lagi, jam istirahat selesai.

"Ya ampun! Kalian sampai belum makan, maaf ya? Kalian tinggalin aja, aku nggak apa-apa." Ara membuka pintu bilik dan melongokkan kepalanya keluar. Melihat Rere yang sedang memegangi seragam, sementara Cindy yang mengipasinya agar cepat kering.

"Terus, kamu gimana?"

"Nggak apa-apa, nanti juga kering. Udah siniin bajunya, aku keringin di dalam. Kalian makan dulu sana, sebelum bel." Ara menjulurkan satu tangannya, meminta seragamnya dan meminjam kipas milik Cindy.

"Beneran nggak apa-apa?"

"Iya, aku berterima kasih kalian udah bantuin. Sekarang kalian balik ke kantin deh, nanti sakit kalau skip makan." Ara tersenyum dan mengibaskan tangan mengusir kedua temannya itu.

Cindy dan Rere bertukar pandang, tidak tega meninggalkan Ara sendirian. Sampai bunyi gedoran di pintu kamar mandi membuat ketiganya terlonjak kaget.

"Woi! Lama banget di dalam, keluar napa? Ini kalo gue masuk, nanti dikira mesum malah terus dilaporin." Suara Arel terdengar dari luar, membuat tiga gadis itu saling menatap bingung.

"Lo, ngapain ke sini? Emang niat mau mesum, ya?" balas Cindy curiga.

"Enak aja! Sembarangan banget nuduh gue. Keluar dulu deh," sahut Arel tidak sabar.

Cindy dan Rere kemudian membuka pintu, lalu keluar dari kamar mandi untuk menemui Arel.

"Apa?"

"Mana Si Siput?"

"Hah?"

"Itu, temen baru lo. Mana?"

"Ngapain nyari Ara? Jangan bikin ulah ya, lo," ancam Cindy yang menatap tajam pada Arel.

"Elah, galak bener. Gue nggak akan ngapa-ngapain dia, curiga mulu deh lo sama gue," jawab Arel tidak peduli. "Dia dimana?"

"Di dalam, ngeringin baju. Kenapa?" kali ini Rere yang menatap Arel curiga.

"Nih!" 

Sebuah hoodie berwarna putih tiba-tiba saja mendarat di kepala Rere.

"Apa sih, Rel ...."

"Suruh Si Siput pakai hoodie gue. Dari pada dia bolos jam selanjutnya. Masih baru udah bolos aja," ucap Arel yang kemudian berbalik lalu pergi begitu saja, meninggalkan Rere dan Cindy yang tentu bingung dengan sikapnya.

"Apa maksudnya, sih?"

"Coba periksa, jangan-jangan di hoodie-nya ada sesuatu. Kibasin dulu, Re. Siapa tau ada serbuk aneh atau apa gitu," ucap Cindy, yang kemudian dilakukan oleh Rere. Namun, tidak ada apa-apa dari hoodie putih itu. Bersih, aman, juga wangi. Setelah merasa aman, keduanya buru-buru kembali masuk ke dalam kamar mandi.

"Ada apa?" tanya Ara saat melihat kedua temannya kembali.

"Kamu pakai ini dulu, Ra. Terus kita makan kantin atau beli roti, yuk!" ucap Rere menyeerahkan hoodie putih itu pada Ara.

"Milik siapa?"

"Arel."

"Hah?"

"Kita juga bingung, dia kenapa tiba-tiba ngasih hoodie ini. Tapi aman kok, Ra. Udah kita periksa. kamu pakai aja. Keburu masuk, yuk!"

Dengan kebingungan dan pertimbangan, akhirnya Ara memakai hoodie itu, dia sebenarnya sudah kedinginan sejak tadi. Ara juga tidak ingin di hari pertamanya harus bolos di jam pelajaran berikutnya.

Ara keluar dari bilik memakai hoodie putih milik Arel, yang sedikit kepanjangan dan kebesaran. Membuat Rere dan Cindy yang melihatnya kemudian terkikik gemas.

"Aneh, ya?" tanya Ara ragu.

"Nggak kok, gemes aja liatnya. Ya udah, yuk buruan ke kantin!" ajak Cindy pada Ara dan Rere.

"Seragamku gimana?"

"Bentar, nih." Cindy mengeluarkan lipatan kantong plastik dari saku roknya. "Tadi aku minta ke ibu kantin, pas nyusulin kalian ke sini," jelasnya, mengulurkan kantong plastik pada Ara yang langsung digunakan untuk menyimpan seragam Ara yang masih setengah basah. 

Setelahnya, mereka bertiga berlari menuju kantin untuk mendapatkan makan siang cepat. Masih ada 10 menit waktu untuk melahap bakso yang tadi sempat mereka pesan.

***

Ara berkali-kali mengedarkan pandang ke seluruh kelas, juga arah pintu, mencari keberadaan Arel yang sejak jam setelah istirahat tidak terlihat di dalam kelas. Ara tentu tidak berani menanyakan hal itu pada teman-temannya, yang pasti akan bertanya-tanya kenapa Ara mencari Arel.

Sebenarnya tidak ada alasan khusus.
Ara hanya ingin berterima kasih karena Arel mau meminjamkan hoodie padanya. Meskipun, akhirnya dia harus ditegur oleh Pak Afkar, guru matematikanya, kenapa dia tidak melepas hoodie saat di dalam kelas. Hingga Ara harus mengatakan alasannya.

Apa Arel merasa malu kalau teman-temannya tahu bahwa dia meminjamkan hoodie padanya? - pikir Ara sejak tadi.

Meski sebenarnya, kejadian ini secara tidak langsung karena Arel juga. Jika yang dikatakan Cindy tadi benar, bukankah alasan dia terkena tumpahan jus adalah Arel?

Menghela napasnya pelan, Ara berusaha mengenyahkan dugaan-dugaannya pada Arel. Cowok itu sangat tak terduga di hari pertama mereka bertemu. Entah baik atau jahat. Dia akan berterima kasih nanti, jika Arel sudah kembali.

Apapun alasan cowok itu, Ara harus tetap berterima kasih karena tidak perlu membolos di hari pertamanya sekolah hingga bisa mengikuti pelajaran sampai jam sekolah berakhir.

Hari pertamanya di sini, sungguh penuh dengan kejutan.


.
.
.

Bersambung.
.

Riexx1323.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro