Bab 37. Cemburu Lagi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Apakah berada di sisimu berarti sebuah prioritas?
Atau...
Berada di hatimu justru prioritas sesungguhnya?
.
.
.

"Lo dari mana aja?"

Arga langsung menghampiri Bintang begitu sahabatnya itu masuk ke kelas.

"Gue baru aja dari ruangan Pak Joshua, konsultasi pelajaran. Ada apa, kenapa pada heboh?"

Bintang duduk di bangkunya dengan tenang, sementara Arga tampak tidak sabar duduk di hadapannya.

"Lo lewat mana sih? Nggak tahu apa yang terjadi di luar?"

"Di luar hujan deres, 'kan? Jadi gue lewat koridor dalam."

Arga menepuk keningnya mendengar jawaban polos tapi menyebalkan dari Bintang.

"Iya hujan, dan lo melewatkan hal menarik yang tadi terjadi sama pacar lo?" Bisik Arga tak sabar.

"Ara? Kenapa sama Ara?"

Ekspresi Bintang berubah panik lalu beranjak tergesa dari bangkunya, yang langsung ditahan oleh Arga.

"Eits! Tunggu! Ara nggak kenapa-kenapa, duduk dulu dengerin gue cerita!" Bujuk Arga.

Setengah tak yakin, namun Bintang menuruti perkataan Arga untuk duduk.

"Gue nggak ngerti sama omongan lo, Ga. Lo ngomongin hujan, Ara, terus kenapa?"

"Makanya, denger dulu. Jadi tadi itu Arel bikin ulah, dia sama temen-temennya hujan-hujanan di lapangan basket. Awalnya biasa aja sih, tapi mereka heboh banget sampe jadi tontonan anak-anak. Apalagi tadi jam istirahat kedua, jadi agak lama."

Arga memberi isyarat agar Bintang tidak menyela ceritanya. Dia tahu Bintang tidak suka membahas Arel.

"Terus, Pak Afkar sampe marah-marah saking ributnya mereka. Emang kita masih jam sekolah ya, gila aja mereka hujan-hujanan pake seragam. Kalo gitu udah pasti bakalan bolos dong. Nah, omelan Pak Afkar nggak digubris sampe Pak Adriyan ikut keluar teriak-teriak suruh mereka masuk."

Arga menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan.

"Nah, setelah keributan itu. Ara dan teman-temannya datang nyamperin Arel."

Bintang mengernyit tak suka mendengarnya. "Ara menemuinya?"

"Iya, dia meminta Arel untuk berhenti hujan-hujanan karena menjadi tontonan banyak orang. Terus, lo tahu apa yang terjadi selanjutnya?"

Melihat Bintang tak berniat menjawab dan hanya menatapnya dengan kesal, Arga meringis, sedikit merasa tak enak tetapi dia harus menyampaikannya.

"Arel mengajak Ara dan teman-temannya ikut basah dan hujan-hujanan."

"Ara mau melakukan itu?" Tanya Bintang skeptis.

"Ya... bukannya begitu, tapi Arel narik dia gitu aja," jawab Arga tak enak.

"Terus sekarang mereka dimana?" Bintang sudah beranjak dari kursi dengan tak sabar.

"Tadi sih, mereka semua di bawa ke ruang kedisiplinan sama Pak Afkar. Dimarahin kayaknya karena udah bikin onar dan mengabaikan ucapan guru."

Tanpa bicara lagi, Bintang berjalan keluar menuju ruang kedisiplinan. Sementara Arga mengikutinya dengan tergesa di belakangnya.

***

Untuk pertama kalinya bagi Ara seumur hidupnya, dia menginjak ruang kedisiplinan karena melakukan kesalahan.

Ara, Cindy, Rere, Arel, juga teman-temang satu geng Arel berada di ruang kedisiplinan setelah mengganti seragam mereka yang basah dengan pakaian olahraga.

Mereka semua berdiri menghadap Pak Afkar, yang beberapa menit lalu sudah memarah besar pada mereka.

Anehnya, di situasi ini Ara justru merasa sedikit senang. Rasanya seperti baru bermain dengan bebas lalu dimarahi orang tuanya seperti dulu.

Mereka semua dihukum dan diberi tugas membersihkan sekolah selama seminggu ke depan.

"Cindy nggak apa-apa?"

"Apanya, Ra?"

"Ikutan dihukum kayak gini. Kamu 'kan murid teladan, nggak pernah kena hukuman juga," ucap Ara khawatir pada sahabatnya itu.

"Santai aja, Ra. Aku nggak apa-apa, kok. Lagipula capek jadi murid teladan. Sesekali mencoba hal baru kayak gini ternyata seru juga, masa muda kita nggak bisa terulang lagi 'kan?" Jawab Cindy dengan senyum lebar.

Ara balas tersenyun sebelum kemudian menoleh pada Rere. "Kalau kamu, Re, gimana?"

"Ini juga pertama kalinya aku ngelakuin hal kayak gini. Ternyata menyenangkan ya meski agak serem kalo diomelin." Jawab Rere juga memberikan senyuman lebar pada mereka.

"Pantesan Arel suka banget bikin onar, dia suka kayaknya sesuatu hal yang menegangkan kayak gini."

"Lqgi ngomongin gue?"

Arel tiba-tiba sudah berada di sisi Rere, membuat gadis itu terlonjak kaget.

"Iya, ngomongin lo. Karena lo, kita semua jadi dihukum."

"Gue nggak salah, 'kan gue cuma ngajak kalian main air hujan sama-sama. Salahnya bagian mana, sih?"

Ketiga gadis itu saling pandang lalu saling melempar tawa.

"Menyenangkan, ya 'kan?" Tanya Arel memastikan pada mereka sambil tersenyum usil.

Setelah mendapatkan buku laporan hukuman. Mereka diperbolehkan keluar dan kembali meneruskan perjalanan.

"Ara!"

Begitu keluar ruangan, Bintang sudah menunggu Ara di sana.

"Kak Bintang!"

Menarik Ara untuk mengikutinya, Bintang menatap Ara dengan emosi kecewa, dan kesal.

"Kamu nih, kenapa hujan-hujanan begini? Gimana kalau kamu sakit?"

"Nggak kok, aku nanti minum obat biar nggak sakit," rajuk Ara agar Bintang tak marah.

"Kenapa harus ikut-ikutan dia berulah?"

"Nggak apa-apa, Kak."

"Aku khawatir tau, kamu hujan-hujanan, belum lagi harus masuk ruang kedisiplinan karena hal kayak gitu."

"Iya, maaf... tapi seru ternyata," jawab Ara sambil mengusap tangan Bintang untuk meredakan marahnya.

"Aku nggak suka kamu ikutan bandel kayak dia," gumam Bintang mengingatkan.

"Kak, ini bukan salahnya Arel atau yang lain. Aku sendiri juga mau-mau aja ikutan."

"Ra."

"Iya, Kak...?"

"Kamu jangan deket Arel kalau dia hanya membawa pengaruh negatif ke kamu."

"Kakak, udah aku bilang juga tadi, kalau ini bukan salahnya Arel."

"Terus aja kamu belain dia. Sahabat macam apa yang bikin temennya jadi dimarahin guru?"

"Kak, udah dong marahnya. Lalu, bukannya aku belain Arel atau gimana. Tapi emang ini bukan salahnya Arel.

Ara kini menatap kecewa pada kekasihnya itu, yang terus menerus berpikir kalau Arel membawa pengaruh buruk. Arel tidak pernah memaksanya melakukan sesuatu yang salah. Arel adalah seseorang yang baik.

"Sebenernya kamu tuh, pacarku apa pacar Arel sih, Ra?

"Kok Kakak nanya begitu?"

"Setelah aku pikirin lagi, kayaknya kamu lebih sering mengikuti Arel daripada aku."

Bintang menatap Ara dengan senyuman sayu di bibirnya.

"Mungkin kamu mikir kalau aku berlebihan. Tetapi yang aku rasakan benar adanya, Ra."

.
.
.
Bersambung.
.
Riexx1323.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro