2. Liburan Keluarga yang Tidak Normal

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku Daisy Stewart, putri tunggal pemilik Hotel The Swan yang berada di desa Bibury, yang memiliki keluarga tidak akur. Entah penyebabnya dari apa, aku tidak pernah tahu. Namun, Aku Daisy Stewart putri tunggal pemilik Hotel The Swan sudah berusia 10 tahun dan aku juga sudah mengerti cukup banyak situasinya. 

"Nona, mau berbelanja dan studi perhotelan dengan saya?" Nyonya Alpeby selaku manajer hotel kami menawarkan hal tersebut ketika kami sedang makan di restauran hotel kami ini.

"Apakah ini upayamu untuk menghiburku Nyonya? Tak masalah kok." Aku masih dengan melanjutkan memotongku omeletku. Kemarin hari yang panjang. Usai Ibu tantrum dan memutuskan segera meninggalkan hotel, Ayah akhirnya keluar dari kamar bersama seorang wanita. Mereka memutuskan untuk meninggalkan hotel juga. Jadi, tidak ada petinggi hotel yang tinggal di sini selain Nyonya Alpeby dan aku--meski sebenarnya masih lama untukku disebut petinggi.

"Lagipula apa boleh kamu meninggalkan hotel?" 

Nyonya Alpeby tersenyum dan menyuruhku untuk segera bersiap meninggalkan hotel.

"Nyonya dan Tuan tidak akan pulang malam ini. Aku yakin. Jadi bila kita keluar sampai besok tidak akan ada masalah kan."

Aku jadi bersemangat dan menghabiskan sarapanku sesegera mungkin.

Dan ternyata kami pergi ke London!

Nyonya Alpeby mengajakku menginap disebuah hotel bintang 4 seperti The Swan dan dari sini kami naik bis.

Ini pertama kalinya aku naik bis!

Sepanjang pertanian yang kurang lebih tiga jam ini aku tidak tidur sama sekali dan ketika kami sampai sana adalah jam makan siang.

"Ayo makan Iga bakar dulu kemudian kita jalan-jalan melihat London Eye!"
Aku kegirangan dan mengikuti apa yang Nyonya Alpeby tawarkan.

Usai kenyang kami pergi ke bianglala besar itu. Nyonya Alpeby memaksaku untuk mengantri dan naik. Tentu aku menolak, aku tidak tahu apakah tiketnya dijual di tempat atau tidak. Jadi segera aku meminta Nyonya Alpeby untuk kembali ke hotel dengan mengaku kelelahan.

Ketika kami sampai di hotel, aku terkagum-kagum dengan penampilan mewah lobby hotel dan restaurannya. Aku tidak sabar dengan buffet yang disediakan besok. Sayangnya, ada yang membuatku cukup kecewa ketika kami memasuki kamar hotel. Padahal ini standard room dengan kamar mandi privat dan bathtub. Namun, masih cantik dan bagus kamar kami! Seriusan!

"Nyonya Alpeby, ini seperti ini?"

Aku mengerjap tak percaya meski futuristik tetapi ini tidak bagus sekali. Terlalu sempit dan bisa kubilang jelek. Oke, aku jahat.

"Hahaha, ya memang karena ini di kota. Hotel ini cukup tinggi lho ratingnya."

Aku mengangguk dan mengiakan tanpa berkomentar apapun. Saat makan malam pun kami keluar lagi menikmati makan malam. Kami pergi ke restauran Italia dan aku memesan pasta seafood.

"Pastanya enak sekali. Lain kali kita harus ke sana. Kupikir aku akan memberitahu I-"

Aku terdiam, sesosok di sana yang memasuki sebuah kamar membuatku terdiam.

Nyonya Alpeby menanyaiku mengapa aku terdiam. Aku hanya sanggup segera menariknya untuk memasuki kamarku juga. Tidak mungkin itu Ibu. Ada apa gerangan ia di sini bersama seorang pria lain pula. Kalau itu Ayah itu bisa saja. Namun, kalau itu Ibu. Bagaimana mungkin.

Saat kami mengambil makanan buffet, dan mengambil udang krispi, tanganku bersentuhan dengan seseorang.

"I-ibu?"

Liburan menyenangkan ini, kini jadi mimpi burukku....

A/N
Badan saia udah mendingan, meski malah muncul gejala lain. Saya greges--seperti demam tapi tidak, pilek juga sudah berkurang tetapi ganti tenggorokan tidak enak. Tapi yang paling penting saia sudah enggak lemas. Yeayy. Meski tulisan saia yang ini belum terlalu menjiwai, seenggaknya ini lebih better dari kemarin. //bagga sama diri ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro