5. London Eye, Sungai Thames, dan Telepon Menyakitkan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kapan kita Checkout dari hotel ini, Nyonya?" Aku tengah menatap langit-langit kamar hotel tidak cantik ini dengan bosan. Nyonya Alpeby hanya membaca koran sejak kami usai sarapan. Kali ini kami tidak bertemu Ibu saat sarapan dan aku menduga Ibu sudah pulang ke rumah. Namun, aku juga tidak peduli lagi.

"Mungkin sekarang sudah waktunya makan siang."

Nyonya Alpeby beranjak dan mengajakku keluar mencari makan. Jujur, aku agak tidak berselera awalnya tetapi Nyonya Alpeby berhenti di sebuah restoran otentik. Makanan India.

"Ayo!" aku mengikuti nyonya Alpeby karena memang dia yang bertanggung jawab untuk kebutuhan hidupku. Dan kami pun makan di sana dengan tenang.

"Menara bigben selalu bagus seperti ini ya," kataku begitu aku keluar dari restauran India ini. Westminster ini memang layak dikunjungi.

"Oke, makan sudah. Yok kita bersiap ke bianglala."

"Lho bagaimana dengan tiket masuknya?"

"Aku sudah reservasi kemarin, aman lagipula aku memesan tiket tanpa antrian agar bisa melihat sunset."

Aku manggut-manggut dan segera mengikuti Nyonya Alpeby dari belakang. Bianglala besar ini begitu menakjubkan. Seluruh London, termasuk sungai Thames yang tidak jauh dari bianglala raksasa ini berdiri, terlihat.

"Aku tidak memesan boat di sungai Thames. Tidak apa kan?"

Aku menggeleng tidak masalah dan segera meminta Nyonya Alpeby untuk memotretku dengan pemandangan indah di dalam kapsul bianglala ini.

Tidak terasa 30 menit berlangsung untuk sekali putaran berada di kapsul dengan beberapa orang untuk melihat sunset di London yang sangat cantik. Aku mengajak Nyonya Alpeby untuk melihat-lihat di pinggiran sungai Thames sembari membicarakan sesuatu yang penting.

"Jadi, apakah Ibu tidak membuat masalah?" tanyaku pada Nyonya Alpeby. Aku tahu saat ia mengantri ia menerima panggilan tidak mengenakkan dan wajahnya jadi masam karena itu.

"Aku akan berkata jujur ya, nona. Tidak, nyonya membuat masalah."

Aku sudah sedikit menduga karena Ibu yang kutahu memang bukanlah orang yang akan bermain di belakang dengan pria lain tanpa sebab.

"Sebenarnya. Pria yang menemaninya adalah rentenir yang meninjamkan uang ke Ibu Anda." Nyonya Alpeby menarik napas dalam.

"Dan karena tenggat waktu, Ibu Anda membayarnya dengan cara lain. Lalu ya, mungkin karena melihat Anda. Ia merasa bersalah dan pulang. Rentenir itu kemudian marah dan meneror hotel kita."

"Mungkin ini aneh, tetapi apakah kau sengaja mengajakku ke sini untuk bertemu dengan Ibuku Nyonya?"

Aku tidak tahu mengapa kalimatku terasa sangat dingin. Namun, aku merasa aku harus menanyakannya.

"Sebenarnya..."
Nyonya Alpeby menarik napas dalam-dalam lagi.

"Anda benar ... Saya sengaja."

~
390 kata

saya buru-buru. perasaan saya udah nulis lho. tapi ternyata enggak ada. oke berarti saya halu. T^T

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro