Bagian 20

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Permisi, A, mau tanya. Ini bener kan Tokonya teh Dara?"

Pandu yang awalnya sibuk menggantungkan baju, langsung menoleh. Cowok itu mengerjapkan matanya menatap cengo ke arah gadis yang menurutnya, terlihat sangat manis di penglihatannya.

"A?" panggil gadis itu seraya melambaikan tangannya di depan wajah Pandu.

"E-Eh, iya. Ini tokonya Dara. Lo ... Siapa, ya?" tanya Pandu spontan.

Matanya masih tak lepas menatap wajah gadis itu. Jantungnya berdetak tak karuan. Badannya benar-benar terasa panas dingin, sekarang.

"Oh, aku Selly, A. Adiknya A Saddam, pacarnya Teh Dara." Gadis itu mengulurkan tangannya di depan Pandu.

Pandu menatap ke arah tangan itu. Kemudian, ia mendongak lagi menatap wajah Selly. "Gak cocok banget lo jadi Adiknya Saddam. Terlalu kalem." Pandu menggeleng tak percaya.

Namun, cowok itu dengan segera membalas uluran tangan Selly. "Gue Pandu. Temennya Dara, musuhnya Saddam."

Gila, Anying. Jantung gue, EMAK! Teriak Pandu dalam hatinya kala gadis bernama Selly itu tertawa pelan.

"Oke, musuhnya Aa, ya?" Selly tertawa mendengar ucapan Pandu yang ia yakin pasti hanya candaan.

Pandu langsung menarik tangannya dari tangan Selly. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Masuk dulu, deh. Dara bentar lagi pasti dateng. Kayaknya sih kecapekan, kemarin malem habis bergadang soalnya."

"Teh Dara kalau ke sini suka bareng A Saddam, enggak?" tanya Selly seraya mengikuti langkah Pandu untuk masuk ke dalam toko.

Pandu melirik gadis itu sekilas. "Tergantung. Kalau si Saddam enggak sok sibuk ya biasanya dianter. Kalau enggak biasanya sendiri. Emang lo belum ketemu sama si Aa lo itu?"

"Belum, Selly tadi ke sini naik travel. Belum sempet ke apartemennya Aa."

"Terus kenapa bisa nyasar ke sini? Bikin jantung gue senam aja," ucap Pandu memelankan kalimat terakhirnya.

Selly duduk di kursi. Gadis itu menatap Pandu. "Selly baru inget kalau teh Dara ulang tahun kemarin. Kebetulan tadi turun dari travel juga di Deket sini. Yaudah, sekalian aja nyari tokonya teh Dara. Kalaupun enggak ketemu ya Selly tinggal ke aparat nya Aa aja."

"Oh, ribet ya cerita lo. Btw mau minum apa?"

"Enggak usah, A."

Pandu mengangguk. Cowok itu memilih menarik kursi dan duduk di depan Selly.

Keduanya diam tak membicarakan apapun lagi. Namun, Pandu diam-diam melirik Selly sesekali.

Dan, sesekali juga Pandu mengusap dadanya kala merasakan desiran yang sama persis ketika SMA dulu, di saat dirinya menyukai Dara.

Tak lama, mobil berwarna kuning terparkir tepat di depan toko. Selly langsung beranjak, gadis itu tersenyum lebar dan berlari ke arah sana. "Teteh!" Dia melambaikan tangannya senang.

"Astaghfirullah, kenapa adiknya si Saddam bisa gemesin banget? Padahal lihat Abangnya gue jijik banget." Pandu bergumam pelan seraya mengusap dadanya.

"Selly?" Dara mengerutkan alisnya. Namun, dia langsung turun dari mobil dan berjalan menghampiri Selly.

"Sama siapa ke sini?" tanya Dara ketika Selly langsung memeluknya.

Selly mendongak. "Tadi naik travel. Selly libur tiga hari. Yaudah Selly milih buat ke sini. Kangen Teteh."

Saddam berdecak sebal. Cowok itu mendaratkan tangannya pada puncak kepala Selly. "Terus enggak kangen Aa gitu?"

"Enggak. Kangen Teh Dara aja."

Pandu berjalan mendekat. Kedua tangannya ia lipat seraya menatap Dara dan juga Selly yang tengah berpelukan. "Adik lo umur berapa, Dam?"

"Jalan 15."

"Hah?!" Pandu membelakkan matanya.

"Kenapa lo?" tanya Dara heran.

Pandu menggelengkan kepalanya kuat. Cowok itu memilih untuk kembali masuk ke dalam toko.

"Dara, gue juga mau dipeluk." Saddam merentangkan kedua tangannya seraya memasang muka memelas.

Selly menjulurkan lidahnya. "Enggak ada ya, jatah Selly."

"Ini pacar Abang, Selly!"

"Ya biarin. Kan calon kakak ipar Selly."

Saddam mencebikkan bibirnya sebal. Dia akhirnya memilih masuk ke dalam toko dan memilih duduk dengan perasaan kesal.

Dara menggelengkan kepalanya pelan. "Lagi dateng manjanya tuh Aa kamu, Sel."

"Aa kayaknya perlakuin Teteh kayak perlakuin Ibu, ya. Manja, suka iri kalau Ibu lebih perhatian sama Teh Bella atau aku. Ya gitu tuh, sama ngambeknya." Selly tertawa melihat Saddam yang kini memainkan ponselnya. Namun, wajahnya terlihat kesal.

Dara tersenyum tipis. Ia lantas menatap ke arah Saddam. Lagi dan lagi, dia malah merasa takut dirinya dan Saddam hanya sementara.

"Sel, kalau misalkan Teteh enggak jodoh sama Aa kamu, gimana?"

"Enggak papa. Asalkan Teteh enggak lupa sama Selly, terus ... Kalau kalian enggak jodoh, Selly cuman bisa berdoa semoga orang yang jadi jodoh Teteh lebih baik dari Aa."

"Teteh kenapa? Ada masalah, ya?" Tanya Selly ketika melihat raut wajah Dara yang terlihat berbeda dari biasanya.

Dara mengusap pundak Selly dan menggeleng. "Enggak ada."

"Yuk, masuk." Dara mengajak Selly untuk masuk ke dalam toko.

Ketika Dara duduk di samping Saddam, Saddam langsung membelakangi gadis itu dan memakai tudung hoodienya.

"Dam?" Dara memiringkan kepalanya menatap Saddam.

Saddam berdecak pelan. "Apa, sih?"

"Adiknya Dateng bukannya seneng. Malah marah-marah."

"Lo mah kalau udah ketemu Selly gitu. Peluk-peluk terus, gue juga kan mau." Saddam membalikkan badannya menghadap ke arah Dara seraya mencebikkan bibirnya sebal.

Tangan Dara terulur mengusap lembut rambut Saddam. Kemudian, ia membuka tudung Hoodie Saddam kembali. "Apa, sih? Kebiasaan, deh." Tangan Dara turun mengusap lembut pipi milik Saddam.

Saddam memejamkan matanya merasakan sentuhan halus di pipinya. "Mau peluk, ya?" Saddam membuka matanya seraya meraih tangan Dara di pipinya.

"Malu, Dam. Ada Selly sama Pandu."

"Yaudah, gigit aja." Saddam mengangkat tangan Dara dan mengigit punggung tangannya.

Dara sontak saja langsung menarik tangannya dan mengelap punggung tangannya itu pada Hoodie milik Saddam. "Dam! Astaga."

"Mau peluk gak dikasih. Di gigit malah marah." Saddam berdecak kesal.

Selly tertawa melihat tingkah mereka. Gadis itu menoleh ke arah Pandu yang tengah berdiri di dekat tumpukan baju.

Namun ternyata, Pandu juga tengah menatap ke arahnya. Tapi, ketika Selly menoleh, dan menangkap basah, dia langsung memalingkan mukanya ke sembarang arah.

•••

Saddam memeluk pinggang Dara dari belakang ketika kekasihnya itu tengah memasak mie instan pedas kesukaan Dara di apartemennya.

Cowok itu sesekali mengecup bahu Dara dan mengusap perut gadis itu dengan lembut.

Selly masih di luar. Katanya, dia ingin jajanan Jakarta. Akhirnya, Saddam meminta bantuan Pandu untuk menemani Selly. Karena, dirinya tidak ingin waktunya dengan Dara diganggu.

"Nanti di sini ada dedek bayi ya, Dar? Terus lo ngidam, minta sama gue, terus anak gue pengennya dicium dulu kalau gue mau berangkat kerja." Saddam menjatuhkan pipinya di bahu Dara. Namun, tangannya masih aktif mengusap perut Dara.

"Dam, merinding gue." Dara hendak melepaskan tangan Saddam. Namun, Saddam mengeratkan pelukannya.

"Diem, ih. Nanti Dedeknya marah. Tuh, dia masih mau dipeluk sama Papanya." Saddam merengek kesal.

Dara menghela napasnya. Gadis itu memilih menyalin mie yang sudah matang ke atas piring.

Kemudian, dia mengaduknya dengan bumbu agar merata. "Lo mau enggak, Dam? Lo belum makan, kan?"

"Iya, mau makan lo aja," bisik Saddam.

Dara langsung menyikut perut Saddam hingga cowok itu mengaduh dan mengusap perutnya. "Kebiasaan ah, disikut Mulu perut gue."

"Lo sih, ngomong asal banget." Dara meraih piring mie instan itu dan memilih berjalan ke arah meja makan.

Saddam mengikutinya. Cowok itu duduk di kursi kosong dan menatap Dara. "Pengen cepet-cepet nikah gue, Dar."

"Kalau emang lo udah mau cepet-cepet, lo bisa kok sama yang lain, Dam."

Saddam mengerutkan alisnya. Ia menatap Dara yang kini mengaduk-aduk mie di atas piring itu seraya menunduk.

"Emang ... Boleh?" tanya Saddam. Niatnya hanya ingin memastikan apakah Dara sedang bercanda atau tidak.

"Ya kalau lo mau ya enggak papa. Mungkin emang gue bukan yang terbaik buat lo, kan?" Dara masih menunduk. Nada suaranya terdengar begitu pelan.

Saddam menghela napasnya pelan. Oke, sepertinya Saddam salah bicara, tadi. Pembahasan ini muncul lagi. "Bercanda, sayang," ucap Saddam seraya tertawa berusaha mencairkan suasana kembali.

"Emang enggak mau nikah cepet-cepet?" tanya Dara. Sekarang, dia mendongak menatap Saddam dengan raut wajah sedihnya.

"Y-ya mau."

"Tapi sama lo." Tangan Saddam terulur mengusap pelan pipi Dara mengenakan jempolnya.

"Di makan mienya. Biasanya juga lahap." Saddam memilih mengalihkan pembicaraannya.

Melihat Dara yang masih menatapnya tanpa merespon apapun, akhirnya ia memilih meraih piring itu dan menggeser kursi agar semakin dekat dengan Dara. "Gue suapin, ya?"

"Ngiung ... Ngiung ... Kapal segera meluncur ... Buka mulutnya ...." Saddam memainkan sendok di udara dan ia hentikan tepat di depan bibir Dara.

Dara memilih menerima suapan dari Saddam. Saddam tersenyum, "Enak?"

"Enak."

"Ada yang lebih enak dari ini, lho, Dar." Saddam menatap Dara serius.

"Apa?"

Saddam menunjuk bibirnya sendiri. Dara sontak saja melebarkan matanya dan memukul bahu Saddam kesal. "Apaan, sih?!"

"Aduh, sakit ... Sakit ... Tapi beneran lho, mau nyoba silaturahmi, nggak?" tanya Saddam seraya berdiri untuk menghindari serangan Dara.

Dara ikut berdiri. Tubuhnya yang hanya mencapai dagu Saddam, mendongak dengan mata memicing. Ia merebut piringnya dan memilih kembali duduk.

Melihat Dara yang sepertinya marah, akhirnya Saddam memelih memeluk leher Dara dari belakang. Bibirnya mengecup pipi Dara berkali-kali. "Mmhh ... Sayang banget gue sama ini orang. Kenapa sih bikin orang gemes terus, hm?"

"Dam, ih!" Dara mendorong pipi Saddam kesal.

Saddam masih belum menghentikan kegiatannya. Namun, karena dia tahu Dara akan marah besar nantinya, ia memilih mengakhirinya dengan cara mengigit pipi gadis itu.

"Sakit!" Dara mengambil lengan Saddam dan membalas gigitan cowok itu dengan kuat hingga Saddam mengaduh dan menarik tangannya.

"Anjir, ada bekasnya." Saddam mengusap lengannya seraya menatap Dara kesal.

Dara mengedikkan bahunya tak acuh. Dia memilih kembali makan.

"Tuh kan, udah bikin salah bukannya minta maaf malah lanjut makan. Bagus, bagus banget emang."

TBC

Haii! Kangen enggak?

Kalau ada typo tandain aja ya, enggak aku revisi 😭

Ada yang ingin disampaikan untuk Saddam

Dara

Pandu

Selly

Spam next di sini?

See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro