Maaf

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Andra :
Aku minta maaf, Win.

            Winda:
Iya, nggak apa.

                Andra:
Nah, gitu dong. Hehe

Sebenarnya dalam hati Winda masih ada rasa kesal yang mendalam. Dan ia bertanya-tanya lagi dalam hatinya, apakah Andra belom melupakan mantannya lalu ia hanya tempat pelarian Andra saja.

Ia akhirnya membuang pikiran itu jauh-jauh karena ia yakin Andra mencintainya dengan tulus.

Keesokan harinya di kampus Winda sudah bercengkrama dengan Diva dan menceritakan yang dialaminya tadi malam.
 
"Kenapa kamu terbawa emosi, Win? Tapi udah baikan kan sama Andra?" tanya Diva kepo.

"Udah, ya mana ada orang yang mau dibanding-bandingin sama masa lalunya dia."

Diva menepuk bahu temannya itu. "Hey, yang bilang kan juga bukan Andra. Anggap aja angin lalu. Dan kalo Andra diem, bukan berarti dia nggak mau belain kamu. Berpikirlah dewasa, Win," ucap Diva bijak panjang, lebar.

Sesaat kemudian Andra datang membawa sesuatu dibungkus plastik berwarna hitam. Ia langsung menghampiri Winda lalu menyapanya.

"Ini aku bawain brownies," ujar Andra.

"Oohhh so sweet,"  celetuk Diva menyambar pembicaraan.

Winda hanya diam tak menjawab apapun. Entah kenapa rasa kesal itu muncul lagi, padahal tadi malam rasa kesal itu sudah hilang.

"Kamu masih marah?" ucap Andra lagi.

Winda hanya menggeleng dan tetap diam tak mau bicara.

"Masih nggak mau bicara juga?"

Akhirnya Winda angkat bicara. "Nggak, aku udah nggak marah," ujar Winda kemudian.

Andra tersenyum ke arah Winda lalu menyodorkan brownies ke mejanya.

"Aku pergi ya. Takut ganggu kalian. Jangan marahan lagi, long last buat kalian," ucap Diva berlalu meninggalkan kelas.

Andra duduk di kursi sebelah Winda. "Ayo browniesnya di makan, Win," ajak Andra.

"Iya."

Mereka saling diam satu sama lain.

"Buruan, keburu masuk udah mau jam 8," ujar Andra sambil membuka tutup brownies.

Setelah Andra membuka tutup brownies dengan sigap Winda langsung mengambil brownies lalu memakannya.

"Nah, gitu dong. Kalo dibawain makanan langsung di makan nggak usah gengsi."

"Terima kasih, sering-sering ya, Ndra," balas Winda tersenyum.

"Ndra, boleh tanya sesuatu nggak? Tapi kamu jawab jujur dan janji nggak boleh marah."

Andra sudah menebak apa yang akan Winda tanyakan.

"Mau nanya apa?"

"Masalah Rati," ujar Winda mengorek informasi tentang mantan Andra.

Andra menggeleng." Itu hanya masa lalu, nggak usah dibahas. Aku cuma nggak mau gara-gara masalah itu, kita berantem lagi."
Dan dugaannya benar, Winda akan membahas hal itu. Baginya masa lalunya itu tidaklah penting, buat apa mengulas masa lalu jika hanya memperkeruh keadaan.

Winda sedikit melirik ke arah Andra dan dugaannya benar pasti Andra tak mau menjawab soal itu. Ia hanya terdiam, batinnya kesal. Tapi akhirnya ia menyadari perkataan Andra ada benarnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro