bab dua

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hallo
Pembukaan dulu vren.

Aku mau kasih sedikit pembukaan. Karena cerita ini mengangkat tentang reinkarnasi dan kita semua tau tentang hal ini pasti pro-kontra. Maka dari itu silakan kembali ke kepercayaan masing-masing yaa.

Semua yang terjadi. Semua latar tempat, waktu, kejadian itu pure FIKSI. Kalau misalkan gak masuk logika jangan heran. Bukan fiksi kalau masuk logika.

Jadi sekali lagi aku tegaskan;
SEMUA LATAR TEMPAT, WAKTU, DAN KEJADIAN YANG ADA DI DALAM CERITA DÉJÀ VU INI FIKSI!

Note; tanda '—' berarti flashback!

Happy reading guys🥰

Aku tau kalian mengerti bagaimana cara
menghargai para penulis❤️

🥀🥀🥀

Kelas sudah kosong sejak sepuluh menit lalu bel berbunyi nyaring, hanya Indira seorang yang tersisa di dalam ruangan persegi itu. Indira menyimpan kepalanya di atas meja dan menutup seluruh wajahnya dengan buku paket Matematika. Matanya terpejam dengan telinga yang sangat betah dengan airpods.

Indira sangat menyukai ketenangan, lagu-lagu milik Cigarettes After S*x cocok untuk dirinya. Irama lembut mampu memanjakan indera pendengarannya juga selalu berhasil membuat Indira membangun dunianya sendiri.

Suara langkah kaki mendekat tertangkap pendengaran Indira. Tangannya yang memegang ponsel langsung menurunkan volume hingga nol. Indira membuka matanya, tetapi tidak menurunkan buku paketnya. Ia mencoba merasakan apa yang akan dilakukan orang yang kini sudah berdiri di sampingnya.

Terasa sebuah benda disimpan di dekat kepalanya. Indira hendak menyingkirkan buku paket itu, tetapi sebuah suara membuat gerakannya tertahan.

"Nadir. Lo Nadir kan?" bisik Anan, si pelaku sembari tersenyum simpul.

"Kalau Lo Nadir, gue cuma mau bilang; gue rindu." Suara anan menyelinap masuk melewati airpods putih yang menutup telinga Indira.

Bingung mulai menyerangnya. Sesuatu menggelitik hati Indira. Saat Anan mengucapkan kata rindu, ada dorongan hebat dari dalam dirinya untuk menyahutkan kata yang sama.

Anan menatap lekat Indira, seketika secuil ingatan muncul dari benaknya seperti kaset lama yang tak sengaja terputar tanpa bisa dihentikan.

"Nadir, kamu harus minum obat! Kalau kamu gak minum obat berarti kamu gak bakalan sembuh. Emang mau sakit terus?" Milan terus memaksa Nadir untuk membuka mulutnya. Gadis manisnya itu sangat bengal.

Nadir bersikukuh menutup mulutnya rapat-rapat. Ia enggan memasukkan tiga butir obat pahit itu ke dalam mulutnya. Dengan tangan yang menyilang, Nadir menyahut, "Gak papa sakit terus, kan ada kamu yang bisa jagain aku."

"Kalau kamu sakit, aku gak bisa jagain kamu, Nad," kata Milan menyimpan obat yang tak kunjung diterima Nadir di atas nakas.

Dahi perempuan pembenci obat itu menampilkan garis-garis tipis. "Kenapa?" bingungnya.

"Kalau kamu sakit, aku juga sakit."

Nadir terbahak saat Milan menyelesaikan kalimatnya. "Makin pinter gombal, ya, kamu Lan?"

"Bukan gombal, Nad, aku serius," tegas Milan.

"Aku udah muak sama obat-obatan, Lan," keluh Nadir yang mencebikkan bibirnya.

"Katanya mau sembuh, tapi gak—"

"Kalau aku sembuh kamu bakalan kasih aku apa?" tanya Nadir cepat sebelum Milan sampai di akhir kalimatnya.

"Kasih kamu mahar," jawab Milan asal, tapi berhasil membuat pipi Nadir memanas.

Bayangan itu berhasil memancing senyuman Anan. Tangannya siap menyentuh kepala Indira. "ANAN, BURUAN! BINI LO NUNGGUIN DI KANTIN! KALAU ADA YANG GODAIN, NANTI NANGIS!?" Teriakan Sultan membuat ia mengurungkan niatnya.

Anan menjauhkan tangannya dari kepala Indira. Demi melindungi indera pendengarannya, ia bergegas keluar kelas, menyusul Sultan yang terus berteriak tak henti-hentinya.

Indira menyingkirkan bukunya, mengubah tubuhnya menjadi tegak saat dirasa anan sudah pergi. Bola mata Indira menangkap sekotak susu Milo di atas meja. Ia mengambilnya dan menatapnya sejenak. Detik berikutnya Indira tersenyum tipis.

"Milan?" gumamnya.

Kebingungan kembali menyerangnya. Terlihat kerutan samar di dahinya. "Kenapa Anan bisa tau Nadir? Apa bener dia Milan yang ada di bayangan aku?" terka Indira.

🥀🥀🥀

Saat ini pikirannya terganggu oleh seseorang bernama Nadir—perempuan yang hidup dalam benaknya sejak dulu. Anan merasa sangat bingung, kenapa saat melihat Indira ia seperti melihat sosok Nadir di dalam dirinya. Anan merasa jika Indira bukanlah orang asing.

"Nan, lagi mikirin apa?" tanya Natya, perempuan yang menyandang status kekasihnya sejak tahun pertama.

Anan tak menjawab. Ia masih tenggelam dalam pikirannya, membuat Natya mengulangi pertanyaannya.

"Hah?" Anan terkesiap saat Natya menggoyangkan lengannya. "Oh, itu ada masalah kecil yang ganggu pikiran."

Natya menelan makanan di mulutnya, kemudian membalas, "Kamu ada masalah? Tumben gak cerita?"

"Masalah kecil doang. Jadi, aku pikir gak perlu ceritain ke kamu."

"Beneran?" Natya tak merasa puas dengan jawaban kekasihnya.

Anan mengangguk dan tersenyum. Tangannya mengusap kepala Natya lembut.

"Gila-gila! Setelah gue obrak-abrik Instagram, akhirnya dapet juga username Instagram-nya," heboh Sultan yang mengagetkan seisi meja.

"Stalker siapa Lo?" kepo Kavin mengintip ponsel Sultan.

"Ini." Sultan menyimpan ponselnya di tengah meja. Semuanya melihat layar ponsel yang menampilkan akun Instagram milik Indira.

"Yakin mau Lo gebet?" tanya Kavin meragukan.

"Maulah!" tegas Kavin dengan penuh semangat.

"Halah, palingan Indira-nya yang gak mau sama lo," celetuk Serin berhasil mematahkan semangat Sultan.

"Durjanah kau Serin!" umpat Sultan terlihat lebay.

Anan mengeluarkan ponselnya dari saku seragam. Jarinya berselancar di atas layar, mencari akun Instagram Indira. Ia mengklik profil Indira dan memunculkan story Instagram yang dibuat beberapa jam yang lalu.

Tak sampai di situ. Anan menekan tombol biru bertuliskan 'follow', kemudian berlanjut menggulir layarnya. Anan melihat-lihat postingan Indira yang hanya berisi tentang quotes-quotes singkat dan beberapa foto dirinya. Tak lupa meninggalkan jejak like di setiap postingan.

Anan dapat menyimpulkan bahwa Indira termasuk orang yang melankolis. Ada satu postingan yang membuat tangannya berhenti menggulir. Anan membacanya berulang-ulang, ia menelisik isi kepalanya. Kalimat itu terasa kental baginya.

***

Yeayyyy up bab dua..

Gimana bab duanya???

Sebelumnya makasih banget buat kalian yang luangin waktu mampir ke lapak aku ini. Luv u.

Aku pengen cerita ini dikemas serapi mungkin.
Jadi, aku gak bakalan buru-buru dalam segala hal.

Anak aku yang ini mau aku tumbuhkan dengan sebaik mungkin. Gak mau asal-asalan. Semuanya udah pake niat. Tinggal ikhtiar.

Oh, buat update bakalan setiap hari ya.
Kalau misalkan gak ada notif, berarti aku libur hehee.

Jadi, ada hal apa yang buat kalian bahagia hari ini?

Jangan lupa dukungannya vren❤️

Semoga bahagia selalu juga banyak kuota selalu
biar bisa dapet notif dari aku setiap hari😀🔥

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro