bab tiga

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebelumnya maaf nih aku bikin part ini jadi sedikit.
Sengaja hehee.. nanti bakalan ada part yang panjang banget terus ada part yang pendek banget kayak gini.

Aku ingetin lagi yaaa..
SEMUA LATAR TEMPAT, WAKTU, JUGA KEJADIAN YANG ADA DI STORY DÉJÀ VU INI FIKSI.

Note; tanda '—' adalah flashback!

So, happy reading!!!!

🥀🥀🥀

Di sekolah sebelumnya, Indira terlalu santai dalam belajar, imbasnya sekarang ia sedikit tertinggal pelajaran. Indira mencoba menjadi anak yang ambisius, berusaha mengimbangi teman-temannya.

Sudah dua jam Indira berkutat dengan buku Fisika, Kimia, juga Matematika. Penat sudah mulai menyerang Indira, kepalanya terasa panas dan matanya pun enggan kembali melihat deretan aksara yang berbaris tanpa jarak.

Indira meyandarkan punggungnya ke kepala kursi, pulpen hitam diputar-putar oleh jemarinya. Sebenarnya ia tak terlalu fokus, pikirannya selalu berbelok ke lelaki yang memberinya sekotak susu Milo.

"Dia itu Anan atau Milan?" bingungnya, kemudian meraih susu Milo yang tergeletak di samping lampu belajarnya.

Sembari menatap susu Milo di tangannya, Indira mengingat bagaimana Anan memberinya. Anan menyebutkan nama Nadir, membuat wajah Indira kedatangan senyuman dan berpikir jika Anan adalah Milan.

Di bawah langit malam, Nadir dan Milan merebahkan tubuhnya bersampingan. Tangan kanan Milan dilipat ke belakang kepala, sedangkan tangan lainnya ia biarkan terbuka untuk menahan kepala Nadir.

"Milan, aku mau jadi bintang yang paling terang. Liat! Bagus banget kan?" seru Nadir dengan telunjuk yang menunjuk ke langit.

Milan mengambil tangan Nadir yang berada di udara, ia menggenggamnya erat membuat kehangatan. "Ngapain mau jadi yang paling terang?" tanyanya.

"Ya, siapa sih yang gak mau jadi bintang terang? Pasti banyak yang suka," jelas Nadir, masih terkagum-kagum melihat bintang yang paling mencolok.

Ibu jari Milan bergerak mengusap punggung tangan Nadir, kemudian lelaki itu berujar, "Gak usah terlalu terang, Nad, biasa-biasa aja asalkan gak pernah redup. Lagian kamu hidup bukan untuk ngebuat orang lain terkesan kan?"

Nadir menengok Milan dengan senyuman lebar. Kekasihnya itu selalu berhasil membolak-balik pikirannya. Nadir mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya.

"Buat pacar terbaiknya Nadir sepanjang tahun 1995," ucap Nadir seraya menyodorkan sekotak susu hijau.

Mata Milan berbinar, dengan senang hati ia menerima susu Milo kesukaannya. Tanpa diduga, Milan mendekatkan kepalanya dan mengecup pucuk kepala Nadir. "Makasih," katanya.

Nadir kegirangan, ia tersenyum sumringah. Milan jarang sekali melakukan hal manis seperti ini. "Lan, besok-besok aku mau bawa sepuluh kotak deh buat kamu."

"Ngapain banyak-banyak?" heran Milan.

"Biar bisa dapet sepuluh kecupan dari kamu," jujur Nadir yang masih saja kegirangan.

Indira tersenyum getir dengan air mata yang menetes tanpa disadari. Genggaman lelaki itu masih terasa hangat di lengannya. Perasaan rindu itu benar-benar hidup di dalam dirinya.

"Milan, ternyata janji itu kamu tepati," lirih Indira lantas menukar susu Milo dengan ponselnya yang belum ia buka seharian. Kamera terbuka, Indira memotret susu Milo itu untuk ia abadikan.

Ada satu pengikut baru dan banyak tanda suka. Matanya membulat saat membaca username yang memenuhi ruang notifikasinya.

Masih dengan rasa kaget, satu pesan masuk. Indira membukanya dengan ragu. Pasalnya bagaimana bisa Anan langsung menemukan akun Instagram-nya, padahal Indira sudah membuat username serumit mungkin.


🥀🥀🥀

Announcement!!!

Buat yang nanya itu Instagram nya beneran atau enggak? Yes, itu beneran ada.

Kalau gak percaya cek aja yaa..

See you guys

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro