PIKIRAN ISTRI KETIKA SUAMI TIDAK MINTA JATAH [1]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

PIKIRAN ISTRI KETIKA SUAMI TIDAK MINTA JATAH

MARRYGOLDIE
[Marrygoldie]



CHAPTER 1


Terkadang rusaknya rumah tangga bukan karena orang lain tapi karena komunikasi yang kurang di antara pasangan suami istri.


🌹🌹🌹🌹🌹



Halo untuk semuanya yang mau mendengarkan curhatanku yang tidak jelas ini. Aku adalah Marry, wanita Indonesia yang tinggal di Jakarta. Aku menikah dengan pria tampan dan jenius dari negeri Gingseng bernama Nathan Junaedi. Setelah lima tahun menikah kami sudah diberi buntut menggemaskan oleh Tuhan bernama Shin dan Chelsea.

Awalnya hidup kami bahagia. Meskipun terkadang aku sering bertengkar dengan suami, tapi itu semua wajar dialami oleh pasangan yang berumah tangga. Hingga suatu hari aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Aku berpikir hidupku akan hancur karena suamiku berselingkuh. Dan inilah kisahku.

🌹🌹🌹🌹🌹

Masalah dalam rumah tangga itu memang bermacam-macam. Dari perbedaan pendapat, kurang komunikasi, jarang berdua, dan masalah lainnya yang bisa saja mengundan adu mulut sampai bertarung di ranjang. Tapi masalah terberat dalam hubungan rumah tangga adalah orang ketiga. Hal yang paling menyakitkan adalah mengetahui pasangan yang dicintai menjalin affair dengan orang lain.

Inilah yang dirasakan oleh Marry. Wanita yang tahun ini memasuki usia tiga puluh itu merasa cemas jika ada orang ketiga dalam hubungan rumah tangganya. Wanita berambut coklat panjang itu sudah membina rumah tangga bersama Nathan Junaedi selama lima tahun. Bahkan mereka sudah dikaruniai dua orang anak yang sangat menggemaskan. Anak pertama mereka bernama Shin Junaedi, adalah bocah laki-laki berusia empat tahun yang tidak pernah kehabisan baterai. Sedangkan anak kedua mereka masih berusia satu setengah tahun bernama Chelsea Junaedi.

Selama membina rumah tangga, pasangan itu memang tidak lepas dari pertengkaran. Namun hanya perbedaan pendapat yang akan berakhir di atas ranjang. Sayangnya sudah satu bulan ini Marry tidak bercinta dengan suaminya. Lebih tepatnya Nathan tidak meminta jatah. Hal inilah yang mendorong wanita yang saat ini mengenakan daster batik orange itu berpikir jika suaminya memiliki affair dengan wanita lain. Mungkin saja sang suami mendapatkan kepuasan di tempat lain karena itu dia tidak meminta jatah.

Marry yang sedang memotong wortel menjadi irisan tipis langsung menggebrak talenan itu dengan pisaunya. Membayangkan suaminya memiliki hubungan bahkan melakukan adegan dewasa dengan wanita lain membuat wanita itu sangat geram. Ingin sekali dia memberi pelajaran jika seandainya memang hal itu memang terjadi. Marry bukanlah wanita lemah yang akan menangis di bawah guyuran hujan layaknya di adegan sinetron. Dia memiliki cara tersendiri melawan rasa sakit itu.

"Awas saja kamu, Nathan Junaedi. Kalau sampai kamu ketahuan selingkuh aku pasti akan potong itu burung." Dengan kasar Marry memotong wortel yang tersisa dengan sangat keras.

"Burung siapa yang mau dipotong, Nak?".
Suara itu pun mengejutkan Marry. Dia pun menoleh dan melihat ibu mertuanya, Novi Junaedi, sedang masuk dengan membawa dua kantong berisi kotak makanan. Wanita paruh baya dengan rambut pendek itu meletakkan kantongnya di atas meja.
"Mama, kenapa tidak menghubungiku dulu kalau datang?"

Marry bernafas lega karena sang mertua hanya mendengar kata belakangnya yang diucapkan. Kalau tahu burung anaknya yang mau dipotong Marry, pasti Novi akan mengamuk.

"Aku sudah menelponmu berkali-kali tapi kamu seperti sibuk mau memotong burung. Memang burung apa yang mau kamu potong? Apa kamu bisa masak makanan dengan bahan burung, Marry?"

Haruskah Marry merasa lega karena mertuanya tidak menyadari ucapannya atau haruskah tertawa karena wanita salah paham dengan ucapannya?

"Marry mana mungkin bisa masak burung, Ma. Sebenarnya tadi Marry sedang berpikir mau goreng burung ngeselin yang ngotorin balkon rumah? Aku ‘kan jadi capek harus bersihin terus."

"Daging ayam dan daging sapi saja jauh lebih enak. Untuk apa kamu goreng daging burung yang ukurannya pasti kecil."
Marry tak bisa menahan tawanya lagi. Sayang sekali Novi tidak tahu kalau mereka sedang membicarakan burung yang berbeda.

"Di mana suamimu? Kenapa dia tidak kelihatan?" pertanyaan sang ibu mertua pun menghentikan tawa Marry.

"Nathan belum pulang. Dia tadi menelpon jika pulang terlambat. Sudah hampir satu bulan seperti itu. Ma, apakah menurut mama Nathan berselingkuh?" Marry tidak tahan untuk bertanya pada ibu dari suaminya. Biasanya seorang ibu lebih mengenal putra mereka dibandingkan orang lain.

"Aishh… Tidak mungkin. Jangan berpikir buruk dulu." Novi mengibaskan tangannya.
"Aku juga tidak mau berpikir buruk, Ma. Tapi sebulan ini aku jarang memiliki waktu berdua dengan Nathan. Setiap pagi aku terlalu repot mengurus anak-anak dan mengurus rumah. Ketika tugasku sudah selesai, Nathan sudah berangkat kerja. Lalu malam harinya dia akan pulang larut setelah aku tertidur. Aku jadi takut Nathan akan mencari perhatian ke wanita yang lain."

Novi meraih tangan Marry dan menggenggamnya. "Aku tahu betapa sulitnya hal ini untukmu, Marry. Tapi percayalah pada suamimu. Nathan sangat mencintaimu. Dia tidak akan mengkhianati cinta kalian. Mau kuberi saran?"

Marry pun mengangguk penuh semangat persis seperti Shin yang ditawari es krim.
"Bagaimana jika kau membawakan makan malam untuk Nathan. Kalian bisa makan di kantor dan bisa memiliki waktu berdua. Bicara padanya tentang apa yang kau rasakan. Terkadang rusaknya rumah tangga bukan karena orang lain tapi karena komunikasi yang kurang di antara pasangan suami istri."

Mata Marry pun berbinar mendengar nasehat dari mertuanya. Lalu dia pun memeluk wanita yang sudah dia anggap seperti orang tuanya sendiri.
Marry melepaskan pelukan dan menatap sang ibu mertua dengan tatapan penuh permohonan. "Kalau begitu maukah mama tidur sini menjaga Shin dan Chelsea selama aku pergi?"

"Mana mungkin aku menolaknya."
Marry mencium pipi wanita itu dengan penuh sayang. "Terimakasih, Ma."
"Aku akan melihat Shin dan Chelsea. Sebaiknya kau bersiap-siap."

Marry mengangguk penuh semangat. Setelah mertuanya pergi, wanita itu bergegas kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam spesial untuk suaminya. Tatapan wanita itu tertuju pada pisau di tangannya. Marry memutuskan akan membawa pisau itu nanti untuk berjaga-jaga jika dia memang harus memotong burung suaminya.


🌹🌹🌹🌹🌹


Perlahan Marry memarkirkan mobilnya dengan pas di basement gedung NJ Entertainment. Wanita itu menjulurkan kepala ke jendela untuk melihat apakah posisi mobilnya sudah tepat atau belum. Setelah merasa pas, dia pun mematikan mesin mobil sedan putihnya. Marry melihat bekal makanan yang diletakkan di kursi sampingnya. Wanita itu tidak sabar melihat ekspresi bahagia Nathan saat membuka bekal buatannya.

Marry mengambil kotak makanan itu. Namun sebelum keluar, tatapan wanita itu tertuju pada pisau dengan mata tajamnya sudah dibungkus sarung pisau berwarna hitam. Sesuai keputusannya, Marry memang membawa pisau itu untuk berjaga-jaga. Akhirnya dia pun mengambil pisau itu dan memasukkannya ke dalam tasnya.

Pintu mobil itu terbuka dan kaki Marry yang dibalut sepatu flat berwarna coklat melangkah keluar. Setelah menutup pintu, Marry pun melangkah menuju pintu masuk. Bibirnya terus saja menyunggingkan senyuman karena tidak sabar menemui suaminya.

Namun seketika langkah wanita itu terhenti saat tatapan matanya tertuju ke arah pintu masuk. Seketika senyuman yang tadinya menghiasi wajah wanita itu langsung lenyap. Marry melihat suaminya berdiri di dekat pintu masuk. Namun bukan itu yang membuat senyumannya lenyap. Tapi ada seorang wanita di dekat Nathan. Kedua tangan wanita dengan rambut gelap panjang itu diletakkan di bahu suaminya. Marry tak bisa melihat jelas wajah wanita itu karena posisinya membelakanginya. Tapi jelas posisi itu membuat Marry tak mampu menahan emosinya.

Sembari mengambil pisau di dalam tasnya dan membuka pelindungnya. Kemudian Marry pun berlari dan berteriak kencang, "NATHAN JUNAEDI!!!!"


🌹🌹🌹🌹🌹

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro