File 2.1.4 - Observation Begins

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Namanya Raiana Setaliz, dari kelas dua. Teman-temannya memanggilnya Raia. Gadis ini sudah tidak datang ke sekolah sejak..."

Lupakan soal briefing (pengarahan dan pemanasan). Hellen menghentikan kalimatnya, berkacak pinggang. Tak ada yang memperhatikan taklimat, cuma Dextra seorang. Watson sibuk membaca koran. Aiden sih menyempil, ingin tahu apa yang tengah dibaca cowok itu. Sementara Jeremy menelepon mamanya di sudut ruangan.

Serius? Seorang Watson yang tercatat ketua klub detektif? Yang ditusuk oleh Gari adalah perutnya, bukan kepalanya. Apa Watson masih kepikiran masalah Michelle membuat dirinya gagal fokus? Aduh, tidak bisa dibiarkan ini. Hellen bersiap-siap hendak memarahi teman-temannya, minus Dextra.

"Kamu baca apa sih? Sampai serius begitu wajahnya." Tapi Jeremy lebih dulu melindungi Sherlock Pemurung itu dari amukan murka Hellen. "Ah, kasus Abby Choi rupanya..."

Berita soal kasus mutilasi model dan selebgram terkenal dari Hongkong itu telah menarik perhatian Watson. Dikatakan tersangkanya adalah mantan suami, mantan mertua, bahkan mantan kakak iparnya. Motifnya adalah perebutan aset rumah.

"Kasihan sekali kakak ini." Aiden bersimpati. "Padahal dia sangat cantik dan baik hati, rela menafkahi keluarga mantan suaminya sementara anak mereka menganggur, ongkang-ongkang kaki. Bagaimana mungkin mereka tega membunuh Abby Choi hanya karena rumah? Dasar kejam."

"Cara pembunuhannya mengerikan. Harus aku akui itu kreatif. Iblis sekalipun pasti insecure sama perbuatan mereka." Hellen ikut menimpali. Dia batal marah karena, juga tertarik dengan kasus itu.

"Mantan mertuanya sangat brengsek, bedebah sinting. Apalagi mantan kakak iparnya. Sidangnya ditunda kan, ya? Jadi Mei 2023. Kuharap mereka mendapat hukuman mati atau penjara seumur hidup. Orang-orang jahat kayak mereka tak layak untuk hidup. Mamaku saja menangis menonton berita penemuan potongan tubuh Abby Choi."

Watson menutup koran, selesai membaca. "Itulah sifat dasar manusia. Kebencian, keserakahan, dan perangai buruk lainnya sudah mendarah daging ke DNA kita. Tidak ada eksistensi apa pun di semesta ini yang lebih keji daripada manusia. Kita akan menjadi jahat seperti orang-orang ini jika kita membiarkan hati kita diliputi kegelapan."

Mereka diam. Mendengarkan ceramah.

"Dunia selalu menjaga keseimbangannya sendiri," lanjut Watson menatap ke luar jendela. "Di antara jutaan manusia-manusia berhati kotor akan selalu ada kumpulan manusia berhati putih sejernih kristal yang siap melawan. Melakukan perbuatan baik, menebar buih kebaikan. Tapi itu kembali lagi dengan kesadaran diri masing-masing. Karena kebaikan itu rapuh, sangat mudah tercemar oleh bisikan setan. Seperti kertas putih kosong yang dicoret dengan tinta hitam pekat. Hanya satu tetesan tinta, takkan membuat kertas itu kembali memutih malah jika kita berusaha menghapusnya, coretan itu hanya akan memanjang. Menyebar ke sisi lain kertas. Lihat? Amat mudah dinodai, kan?"

Ruang klub sepi. Lima menit terakhir, hanya terdengar suara Watson dengan celotehnya.

"Baiklah, kita teralihkan dari tadi. Mari kita mulai diskusi tentang Raia." Sebenarnya walau fokusnya ke koran, telinga Sherlock Pemurung itu masih mendengarkan materi yang disampaikan Hellen. Dia sudah terbiasa dengan lingkungan di sekitar.

Klotak! Sayup-sayup terdengar suara langkah kaki yang menjauh. Hm? Watson mengernyit. Siapa? Didengar dari bunyinya, dapat dipastikan itu sepatu highheels. Tidak mungkin seorang murid.

-

*****DETECTIVE WATSON SEASON 3*****

Ada dua kandidat yang mendaftar sebagai Ketua Konsil Siswa periode 2023-2024. Satu laki-laki dari angkatan baru dan perempuan dari kelas dua seperti yang sudah Hellen bilang sebelumnya.

Raiana Setaliz dan Hasby Sasinmu.

Untuk saat ini poling tertinggi jatuh kepada Raia dengan skor 214 sementara Hasby 199 suara. Tapi semenjak Raia absen tanpa sebab, tabel balot pun berpindah ke Hasby. Para suporter Raia menuduh Hasby telah melakukan sesuatu pada Raia agar dirinya menang dalam pemilihan.

Film-film kriminal di Notflox, tidak, langsung di dunia nyata lah dulu, banyak para politikus saling menjatuhkan rivalnya. Entah dengan cara suap-menyuap, perjanjian, upeti, ancaman, atau kekerasan fisik. Penghilangan nyawa alias koit. Begitu mudah manusia membunuh manusia.

Jadi wajar saja jika kasus seperti ini muncul di sekolahan. Hierarki. Pembuktian diri. Perebutan takhta Apol, posisi paling absolut di sekolah. Sebelumnya ada 12 kontestan dan gugur satu per satu dalam tes yang diberikan oleh para guru.

Aduh, Watson terlalu bersemangat sampai salah redaksi kata pada narasi. Yang harusnya kandidat, malah melantur jadi kontingen. Eh? Salah, hei!

"Ini sih sudah jelas Hasby melakukan hal jahat pada Raia. Lihatlah, Raia itu murid yang displin. Jarang membolos. Absen pun hanya pas sakit dan urusan keluarga." Jeremy berdecak kagum saat Dextra menampilkan absensi gadis itu.

"Kita tidak bisa mengiyakan apa yang dikatakan narasumber begitu saja, Jeremy. Itu tak laik. "

"Tapi lihatlah nilai kehadiran Raia, Hellen! Kontras dengan Hasby yang kadang suka absen tanpa surat izin. Aku positif yakin dia pelakunya."

"Sudah, sudah." Aiden menepuk tangan, melerai dua sejoli itu. "Siapa pelakunya bisa kita ketahui setelah mendapat informasi. Kita pergi ke kelas Hasby sekarang, Dan? Atau tunggu bel istirahat?"

"Kalau bukan sekarang, kapan lagi?"

-

Akan tetapi, dahi tim detektif Madoka terlipat. Mereka keduluan, oleh seseorang yang tidak diduga-duga. Adalah Michelle. Dia lebih dulu ada di kelas tersangka, bertanya-tanya dengan Hasby. Start Watson dicuri kembarannya.

"Sudah kubilang, aku tak ada hubungannya dengan apa yang menimpa Raia. Aku sibuk!" kata Hasby ketus, mendorong bahu Michelle.

Watson niatnya ingin segera memalak informasi dari tersangka utama, namun rasa dongkolnya terhadap Michelle lebih besar. Sherlock Pemuram itu melangkah geram ke tempat Michelle berdiri, menatapnya tak suka. "Apa yang kamu lakukan?"

"Anak-anak di kelas menyuruhku untuk membantu investigasi kakak. Aku sebenarnya tidak mau, dan kakak terlihat tidak butuh bantuan." Michelle menatap datar Aiden, Hellen, Jeremy, dan Dextra. "Tapi mereka mendesak. Aku pun jadi terpaksa."

Aiden mendekat ke telinga Hellen, berbisik, "Dia mirip banget dengan Dan. Ekspresi dan suara datar itu. Karakteristik seorang Dan."

"Berkali-kali kubilang jangan panggil aku—"

"Seorang gadis menghilang. Aku harap kakak bisa berkepala dingin bersikap rasional," sela Michelle, melewati Watson yang mengepalkan tangan.

Kalau saja dia bukan perempuan... Kalau saja dia bukan cewek, Watson pasti sudah mengirim tinju. Sherlock Pemurung itu kesal karena Michelle menyebut poin tak terbantahkan. Dia benar. Di saat serius begini dia mesti bersikap profesional.

Watson menoleh ke arah Hasby pergi—dia sudah tak tampak lagi. Haruskah mereka mengejarnya? Merujuk obrolannya dengan Michelle, sepertinya dia bertingkah dungu perihal Raia. Pura-pura buta dan tuli. Apa dia ingin dirinya dicurigai lebih kuat?

"Dia bersikeras bilang tak ada hubungan sama kandidat Raia, Kak," gumam Michelle melaporkan informasi yang dia dapat barusan. "Entah dia berbohong atau mengatakannya yang sejujurnya."

"Dia pasti bohong. Jelas banget," cetus Jeremy.

"Kurasa kamu salah, Jeremy." Michelle menggeleng, tak sependapat. "Hari dimana Raia dinyatakan menghilang, Hasby berada di ruang dewan siswa karena dimintai mengurus acara kemah yang akan diselenggarakan bulan depan tiga hari berturut-turut. Bukan dia pelakunya."

"Apa kamu sudah memastikan alibinya?" tanya Hellen, masih rada-rada canggung dengannya.

"Belum. Maka dari itu aku ingin mengecek CCTV, tapi kalian tiba-tiba muncul." Michelle mengangkat bahu, menatap Watson yang malas buka mulut. Anak itu masih ngambek, geli dipanggil kakak.

Aiden menoleh ke Watson (kini dia mendengus). "Ayo, Dan. Kita harus periksa kamera pengawas!"

Baiklah, baiklah. Watson menyerah, pasrah diseret oleh Aiden. Mereka segera meluncur ke ruang konsil tanpa tahu ada yang menguping obrolan mereka, bersembunyi di balik dinding, mendekap buku-buku di tangannya. Berbinar-binar syok.

Adalah Saho. Matanya perlahan berair.

Apa? Bagaimana bisa? Siapa gadis itu?  (*)


N. B. Karena alasan pribadi, cover DM kosong dulu. Cover lama tak bisa dipakai lagi. Aku tidak bisa  ngedit. Entah kapan bakal ada sampulnya. Kalau ada yang mau sukarela bantu, silahkan.







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro