File 2.5.6 - Why Should I be Careful With My Own Friends?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

N. B. Sepertinya jiwa misteriku masih stabil ya walau lagi fokus sama si Maehwa gila itu.

***DETECTiVE WATSON***

Tidak mengerti.

Watson tidak memahami maksud Kapela yang menyuruhnya berhati-hati dengan Lupin, secara, Kapela dan Lupin tidak pernah bertemu. Waktu kecil pun, Watson menceritakan tentang kelompok detektif ASHYA yang dia ikuti tanpa memperkenalkan atau mempertemukan Kapela dengan para anggotanya.

Lalu kenapa Kapela tiba-tiba menyuruhnya waspada terhadap Lupin? Ada yang terjadi saat dia diculik? Tapi Lupin kan sedang kalang kabut mencari Aleena... Aduh! Watson mengacak rambutnya. Kenapa masalahnya jadi bertambah?

Satu lagi... Rumah Keju itu ada di mana?! Paling tidak beri alamatnya secara spesifik!

Ya sudahlah. Pikirkan nanti saja. Kasus Eil ini, jika benar kasus penculikan, maka Watson harus segera menemukan petunjuk.

Watson kembali masuk ke gedung sekolah.

***

"Sejauh ini ada empat orang yang jatuh sakit dan dua orang hilang setelah melewati Jln. Maplebloom," jelas Aiden memulai briefing. Layar infocus berubah menjadi biodata korban. "Itu belum terhitung klien kita, Eil."

"Daftar korban jatuh sakit terdiri dari Gia Boris, Jordan Arakis, Evan Adteran, dan Elgin Faware. Lalu korban yang hilang, Hetty Olivier dan Victor Freeman. Sekarang ditambah Eil."

Watson menyimak dengan serius.

"Gia Boris, 32 tahun dan sedang hamil kala dia melewati Jln Maplebloom. Entah apa yang terjadi, dia dilarikan ke UGD malamnya dan menerima operasi. Syukurlah bayinya selamat walau dilahirkan secara prematur."

"Sepertinya dia menderita hidrosefalus," kata Michelle, membaca riwayat operasi Gia Boris.

[Note: Adalah kondisi ketika terjadinya penumpukan cairan berlebihan di dalam otak.]

"Tapi kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan jenis hidrosefalus kongenital," tambah Hellen. "Soalnya Ibu Gia Boris juga menderita penyakit yang sama. Ini kelainan bawaan yang terjadi akibat gangguan di dalam kandungan ibu hamil."

Watson mengangkat tangan. "Lanjut."

"Berikutnya Jordan Arakis, seorang lansia berumur 70 tahun yang sedang jalan-jalan di sekitar wilayah Maplebloom. Dia terjatuh dan mengalami kejang epilepsi (ayan) lalu dilarikan di rumah sakit. Untungnya nyawanya tak terancam karena dokter menangani dengan cepat."

[Note: Gangguan saraf yang ditandai dengan kejang-kejang secara spontan.]

Huh? Dextra yang mendengarkan, mengangkat kepala, saling tatap bingung dengan Jeremy. Terjatuh tiba-tiba tanpa sebab?

"Apa itu masuk akal? Tidak ada cctv yang merekamnya? Mustahil dia terjatuh begitu saja." Michelle satu suara dengan Dextra dan Jeremy. Ada yang aneh dari Jordan ini.

"Di sana minim kamera cctv. Walaupun ada, posisinya mengarah ke tempat lain. Bukan ke rumah kutukan itu. Lagi pula Jordan adalah seorang lansia, jadi wajar dia terkadang jatuh karena keseimbangan yang menurun."

"Oho. Apa kamu sedang menyinggung sindrom geriatri sekarang?" Watson menyeringai.

Hellen balik menyeringai. "Kamu tahu artinya."

Watson mengatupkan rahang. Sindrom Geriatri, sekumpulan masalah kesehatan yang sering ditemukan pada seseorang dengan usia lanjut, yakni mereka yang berusia di atas 60 tahun. Biasanya disingkat dengan 13 I. Antara lain:

Instabilitas, gangguan kestabilan sehingga mudah jatuh. Imobilitas, tidak mampu berpindah tempat. Intelectual impairment, gangguan memori atau gangguan fungsi otak atau kognitif. Inkontinensia urin atau alvi, tidak dapat menahan BAK/BAB. Isolasi, depresi atau kesedihan yang mendalam. Impotensi, gangguan seksual pada pria ataupun wanita. Imunodefisiensi, penurunan kekebalan tubuh hingga mudah terkena infeksi. Impairment of vision or hearing, gangguan melihat atau mendengar. Inanisi, gangguan nafsu makan menyebabkan malnutrisi. Impecunity, kemiskinan.

Dari mana Watson mengetahui semua itu? Dulu Adan sering mengeluh sakit pinggang lah, sakit kaki lah, inilah, itulah. Watson gemas tidak tahu apa pun dan mempelajari buku tentang lansia.

Aiden melanjutkan, "Berikut, Evan Adteran. Remaja 17 tahun yang baru pulang sekolah. Dia lewat Maplebloom sebagai jalan pintas menuju rumahnya. Tapi Dextra mendapatkan informasi kalau hari itu dia pingsan di jalan dan penduduk setempat menelepon ambulans. Dia nyaris tidak bertahan karena mengalami cardiac arrest."

Ini semua semakin aneh. Apa hanya perasaan Watson saja? Tidak. Dia yakin Dextra, Jeremy, Hellen, dan Michelle juga merasakan hal sama.

"Apa mau lanjut, Dan?"

"Kita skip dulu korban Elgin Faware. Aku punya dugaan," kata Watson dan Michelle kompak.

Michelle berdeham. "Kamu saja yang bicara."

Watson menghela napas. "Coba jelaskan perincian Hetty Olivier dan Victor Freeman."

Aiden mengangguk. "Victor Freeman, 29 tahun. Dia seorang atlet sumo. Terakhir kali terlihat di Maplebloom 10 hari lalu dan dinyatakan hilang sampai sekarang. Sedangkan Hetty Olivier, wanita pemilik gym populer dan juga seorang pelatih boxing...?" Bahkan kini keanehan yang Watson dan lainnya rasanya, menyebar ke Aiden. Dia menelengkan kepalanya. "Dua orang ini kelihatannya jago bertarung, Dan."

Jeremy menatap Watson. "Jika benar ini kasus penculikan, mereka akan membela diri. Kurasa... hilangnya mereka benar-benar berhubungan dengan makhluk halus deh, Wat. Empat korban yang masuk rumah sakit pasti kena kutukan!"

Kalau begitu, hebat betul hantu bisa memilah para korbannya. Apa dia hantu yang selektif? Watson tertawa garing di hatinya.

Hellen menepuk bahu Jeremy, melotot. "Hantu itu tidak ada. Masa sih kamu percaya hantu di pagi buta begini? Mereka hanya menyamar."

"Kamu ketularan Watson, Len?!"

Sherlock Pemurung itu meminta biodata Elgin Faware ke Aiden yang manyun melihat perdebatan Hellen dan Jeremy. "Coba kulihat."

Aiden menyerahkannya. "Dia pria paruh baya yang baru keluar dari rumah sakit, Dan. Dia menderita kanker lambung dan di-opname seminggu untuk pemulihan. Elgin ditemukan pingsan di sekitar Maplebloom seperti Evan."

Watson membacanya. Setelah mengobati kanker lambung, terapi radiasi akibat metastasis ditemukan. Elgin sempat dalam kondisi kritis karena emboli, pneumonia, gagal pernapasan...?

"Heee~ Polanya... sedikit menarik, ya?"

Michelle berdiri di sebelah Watson. "Kamu tidak benar-benar berpikir ini ulah hantu, kan?"

"Huh. Aku akan berhenti jadi detektif kalau omong kosong itu betulan nyata."

"Apa yang akan kita lakukan, Dan?"

Watson menyambar jas almamater sekolah yang dia lempar, menyampirkannya ke bahu. "Ngapain lagi? Ayo kita ke TKP yang katanya rumah kutukan itu dan kuak kebenarannya."

Michelle tersenyum. Begitupun yang lain.

"Dimengerti, Kapten!"

***

Inikah rumahnya? Besar dan luas, terdiri dari dua lantai. Ada pohon maple berdiri di halamannya. Walau pelataran rumahnya gelap tak terurus seperti rumah tinggal pada umumnya, pohon yang bersemi itu beda cerita.

Watson menyunggingkan senyuman miring. Tidak mungkin sebuah pohon tumbuh sesegar dan sebagus ini tanpa ada yang merawatnya dengan teratur. Pupuk lah, air lah, dan blablabla.

Hantu bisa melakukannya? How funny!

"K-kita langsung masuk nih? Tidak baca doa atau salam dulu?" Jeremy kentara ketakutan. Laki-laki paling mental cemen ya dia.

Watson mendorong pagar besi tua dan menimbulkan suara derit yang mengilukan. "Seperti kata Stern, hantu itu tidak ada. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan di sini. Ayo!"

Baru masuk, mereka mendengar suara kucing.




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro