CHAPTER ELEVEN: ATTACK

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

NGAAAAA. Teriakan Sonic cukup keras sampai beberapa kaca retak.

"Sial! Chester!" kata Pisco, lalu dia berdiri.

"Baik. Semuanya ikut aku!" semuanya berdiri serempak.

"Pisco kau tidak ikut?" tanya Isma.

"Aku harus mengulur waktu dulu. Cepat!" lalu Pisco berlari keluar rumah.

"Ayo Isma!" ucap Chester. Mereka pergi ke ruangan bawah tanah, di ruangan ini banyak sekali senjata api. Dari yang kecil sampai yang besar. "Kalian semua! Bawa semua senjata ini ke ruangan atas. Sesuai rencana?"

"Rencana?" tanya Uni karena tidak ingat.

"Ya, nanti kita akan menghadapi prajurit mayat hidup. Kalian bertiga tolong bantu mereka ya?" ucap Chester kepada tiga anak kecil itu.

"Baik bos!" jawab mereka dengan serempak.

"Bagus. Uni, Andin. Kalian bisa menggunakan sniper?" tanya Chester, lalu mereka menjawab dengan anggukan kecil. "Di sini ada beberapa sniper. Kalian serang dari atas, aku dan Pisco akan menahan mereka di luar. Selama kalian di atas, kunci saja pintu ruangan itu. Ini kuncinya," Chester melempar kunci ke arah Isma.

"Baik. Hati-hati ya," ucap Isma sambil menangkap kunci itu.

"Saya serahkan kepada kalian," Chester membawa beberapa amunisi, shotgun dan manchinegun.

Pisco menebas kepala Vante yang ada di depannya. Pisco dikelilingi oleh lima Vante, yang di belakang menyerang, Pisco menebas lehernya, di samping kanan menyerang, Pisco menebas badannya dan mengambil tangannya, lalu dilempar ke arah Vante yang ada di belakang, dua Vante menyerang bersamaan dari kedua arah, Pisco menebas mereka dengan memutarkan badan dan pedangnya, mereka berdua terjatuh, Pisco menghampiri salah satunya dan menusuk kepalanya. Mereka semua berdiri secara bersamaan, satu menyerang, Pisco menendang badannya, menusuk kepalanya. Sekarang pedang Pisco tertencap di kepala Vante, ada yang menangkap Pisco dari belakang, Pisco melawan, di depan Pisco ada satu Vante lagi, dia menyerang, Pisco menendang bagian vitalnya, lalu Pisco membenturkan kepalanya ke Vante yang menahannya, dia mengambil kepalanya dan membenturkan ke lutut, memukul pipi kanan, kiri, mendorong kepalanya, terakhir menginjak kepalanya dengan keras. Vante yang ditendang vitalnya masih tergeletak kesakitan, Pisco mendekatinya dan menginjak kepalanya. Tiga Vante datang.

"Pisco!" Pisco berbalik dan menangkap manchinegun yang dilempar oleh Chester, lalu Pisco mengarahkan senjata itu ke arah tiga Vante itu, dan menembaki mereka sampai mati.

"Kau datang tepat waktu," ucap Pisco.

"Sebaiknya kau kembali untuk mengambil senjatamu. Ini, ada amunisi yang kau perlukan," Chester memberi Pisco sebuah tas kecil, lalu Pisco berlari ke rumah dan mengambil tas dan senjatanya.

Tak lama kemudian prajurit mayat hidup berdatangan. Mereka datang dari berbagai arah.

"Kiko, Laju, dan Neni, kalian tunggu di ruangan sebelah. Uni, Andin, dan aku akan menyerang mayat hidup yang datang mendekat rumah ini," kata Isma sambil mengunci pintu. Sekarang mereka ada di ruangan yang ada beberapa jendela, ada yang di kanan, kiri dan belakang rumah.

"Kami ingin membantu!" jawab Laju.

"Baiklah, kalian nanti bantu mengambilkan amunisi saat kami membutuhkannya."

"Siap!"

"Isma, mereka datang," kata Andin sambil menembaki mereka dengan sniper.

Mereka mulai menjalankan rencana mereka. Uni menyerang bagian samping kanan, Andin bagian samping kiri, dan Isma di belakang. Para mayat hidup berdatangan, mereka berjalan menuju pintu rumah yang kebetulan hanya ada di depan rumah, jadi yang datang dari belakang maupun dari samping kiri dan kanan harus menuju ke halaman depan kalau mau masuk rumah. Tapi, sebelum itu terjadi mereka harus melewati ketiga penembak yang ada di atas. Rencana mereka adalah, Pisco dan Chester menjaga pintu dan mengatasi musuh yang ada di halaman depan, sedangkan Uni, Isma dan Andin mengatasi di bagian samping dan belakang rumah. Rencana ini sudah dibicarakan saat mereka semua sedang makan.

"Begitulah rencananya," kata Pisco sambil mengunyah daging.

"Hmm, lalu bagaimana caranya kita menjalankan rencana ini? Mungkin kita membutuhkan banyak amunisi?" tanya Andin.

"Tenang, aku punya banyak senjata, dan amunisi, mereka ada di ruangan bawah tanah," jawab Chester.

"Tapi tidak apa-apa? Hanya kalian berdua saja yang mengatasi musuh yang ada di depan?" tanya Isma.

"Jangan remehkan kita berdua. Kami pernah mengatasi segerombolan perampok di markas mereka. Iya kan sobat?"

"Iya."

Clicker menyerang, Chester menembak kepalanya dengan shotgun, di belakang datang Jikot, Chester berbalik dan memukul kepalannya dengan shotgun, badan, terakhir menembak kepalannya. Pisco menendang badan Hulk, Hulk menyerang balik, dihindari dan dibalas dengan tembakan shotgun ke arah kepalanya, Hulk menyerang punggung Pisco dan berhasil membuat Pisco jatuh, Pisco berbalik dan menembak Hulk dengan dua tembakan. Pisco berdiri, tapi di samping Jikot menyerang, Pisco melawan supaya tidak tergigit, kalau tergigit tamat sudah. Chester menusuk kepala vampir, dua zombie menyerang secara bersamaan, satu berhasil tertembak dan satu berhasil menangkap Chester, Chester menangkis keras kedua lengannya sehingga zombie itu jatuh, Chester menginjak badannya dan menembak kepalanya dengan revolver. Pisco berhasil melepaskan diri, dia berlari ke belakang dan menembaki dua Jikot yang ada di depannya.

"Kau baik-baik saja sobat?" tanya Chester sambil mengisi beberapa amunisi senjatanya.

"Begitulah. Sepertinya kita belum bisa santai," tiba-tiba di depan mereka datanglah Big.

Isma menembak kepala vampir, zombie, Jikot, Clicker dengan cepat secara bergantian.

"Amunisi!" ucap Isma, lalu Neni memberikan amunisi ke Isma. Isma mengisi amunisi sambil menodongkan snipernya ke arah musuh-musuh itu.

"Gawat! Ada Bloater!" teriak Uni yang masih mengarahkan snipernya ke arah musuh.

"Baiklah, kalian semua pakai masker!" secara serempak mereka semua menggunakan masker yang sudah disimpan di dekat mereka.

Bloater itu melemparkan telur Induk ke arah jendela yang Uni gunakan, Uni menghindar sehingga telur itu berhasil masuk dan Fax memenuhi ruangan ini.

"Uni, coba bunuh dia! Tapi, utamakan bunuh mayat hidup yang berdatangan. Laju, buatkan Molotov untuk Uni!" ucap Isma.

"Baik!" Laju yang ada di dekat Uni lalu pergi menuju ruangan tengah, karena Fax yang berkumpul dan pandangan dari masker yang sempit, Laju sedikit kesulitan untuk memasukan alkohol ke dalam botol. Setelah beberapa lama, akhirnya Laju berhasil membuat sebuah Molotov dan membarikannya ke Uni. "Ini kak Uni!"

Dengan cepat Uni melemparnya ke Bloater dan menembak badannya yang sudah berlumuran alkohol. Api yang cukup besar datang dari tubuhnya, sehingga beberapa mayat hidup yang di dekatnya ikut terbakar.

"Sobat, masih lama?" tanya Chester sambil menembaki Big dengan revolvernya.

"Tunggu," Pisco sedang membuat bom asap. "Baik, ini dia!" lalu Pisco melemparkan bom asap ke arah Big. Sekarang asap tebal mengelilingi mereka bertiga, tak lama kemudian asap menghilang. Tapi, yang ada di depan Big hanya Chester seorang.

"Ayo kita bersenang-senang," kata Chester sambil menembak kepala Big. Chester mengisi amunisi, saat itulah Big mengisi cairan yang akan ditembakinya. Tapi, Chester mengubah senjatanya dengan shotgun sebelum selesai mengisi kembali, dia menembak kepalanya berkali-kali sampai Big membatalkan pembuatan cairannya. Berhasil, lalu Big menyerang Chester, Chester menghindar sambil mengisi amunisi shotgun.

Dua Vante ada di dekat Sonic, Pisco berlari ke arah mereka sambil menembaki dua Vante itu dengan manchinegun. Mereka berdua mati, Pisco melempar manchinegun itu ke arah kepala Sonic yang sedang berusaha melakukan panggilan lagi. Karena lemparan itu, Sonic membatalkan panggilan dan mengenai kepala yang membuat dia pusing. Pisco mengeluarkan pedangnya dan meloncat untuk menebas kepalanya yang tinggi. Kepala Sonic terpenggal, Pisco memasukan kembali pedangnya.

"Kenapa harus datang lagi?" keluh Pisco setelah melihat ada dua Fang yang mendekat.

Big berhasil dikalahkan, Chester melihat Pisco yang sedang berlari ke arahnya.

"Kau membawa yang seperti itu?" keluh Chester.

"Mau bagaimana lagi. Lagipula di sana juga ada tamu yang tidak diinginkan," jawab Pisco menunjuk ke arah belakang Chester yang ternyata ada Bloater yang mendekat.

"Baiklah. Kita tentukan dengan ini," Chester menunjukkan sebuah koin ke Pisco, lalu dia melemparkan koin itu dan menangkapnya.

"Angka!" ucap Pisco.

"Baiklah," Chester membuka kepalan tangannya, lalu Chester menyimpan koin itu dan memakai masker yang sudah disimpan di pinggannya.

Pisco memancing kedua Fang itu supaya menjauh dari Chester. Chester berbalik dan menembak Bloater dengan revolvernya, Bloater membalas dengan tembakan telur Induk, dihindari dan dibalas lagi dengan tembakan.

Pisco berlari ke arah samping rumah dengan kedua Fang yang mengejar, Pisco berhenti dan menembaki mereka dengan manchinegun.

"Uni! Bisakah kau buatkan dua Molotov?" teriak Pisco ke Uni yang kebetulan ada di atasnya.

"Bisa, tapi butuh waktu yang cukup lama. Aku akan menyuruh Laju membuatkannya."

"Itu cukup membantu," kata Pisco sambil menghindari serang mereka.

Pisco menebas kedua Fang itu, tapi Pisco cukup kesulitan sehingga terkena beberapa luka cakaran. Mereka berdua sekarang ada di jarak yang cukup berjauhan.

"Iky, sudah siap!" teriak Uni.

"Baik, nanti lempar saja ya?" Pisco menyimpan pedangnya ke sarungnya.

"Oke."

Lalu Pisco menembak lutut Fang yang ada di belakang Fang yang satu lagi, Pisco menembak wajah dan lutut Fang yang kedua, dia membungkuk. Pisco berlari dan meloncat ke arah Fang yang sudah ditembak lutut dan wajahnya, Pisco menginjak pundaknya, lalu meloncat ke kepala Fang yang satu lagi. Uni melempar dua Molotov itu, Pisco melempar manchinegun dan menangkap kedua Molotov itu, setelah di bawah, Pisco melempar masing-masing satu Molotov ke arah mereka.

"Silahkan dinikmati!" Pisco menembak kedua Fang itu dengan revolvernya.

Chester menembak kepala dan dibalas dengan tembakan telur Induk, dihindari, Bloater menyerang dan berhasil memukul kepala Chester sehingga dia terhempas dan jatuh. Chester berbalik, tapi tanpa dia sadari revolvernya terlempar cukup jauh akibat dari pukulan itu. Bloater hendak menembak telur Induk itu, tapi tiba-tiba datanglah tembakan dari sampingnya.

"Isma!" ucap Chester melihat Isma ada di depan pintu rumahnya dengan snipernya.

Bloater mengubah targetnya, Isma menembakinya, tapi ternyata amunisinya sudah habis. Bloater hendak melemparkan telur induk itu, tapi Chester dengan cepat berlari dan meloncat sambil menusuk kepalanya dengan goloknya. Chester menahan badannya, Bloater melawan dan berhasil menghempaskan Chester ke tanah. Darah menghujani tubuh Bloater dan dia berteriak kesakitan, tak lama kemudian dia mati.

"Terima kasih Isma, kau menyelamatkanku lagi," katanya sambil mencabut goloknya.

"Ya," balas Isma sambil menghampirinya, lalu mereka berdua melakukan tos.

Tak lama kemudian, kedua Fang itu mati hangus. Pisco menyimpan revolvernya dan mengangkat jempolnya ke arah Uni dan ketiga anak yang sedang melihat, Uni membalas dengan jempolnya.

"Ternyata cukup melelahkan ya?" keluh Andin. Sekarang mereka semua ada di ruangan tamu.

"Ya begitulah," jawab Isma.

"Tadi cukup menegangkan ya Neni? Banyak mayat hidup berdatangan," tanya Laju.

"Ya, lalu kak Isma, kak Andin dan kak Uni menembaki mereka dengan cepat. Mereka hebat ya?" jawab Neni.

"Tapi lebih hebat kak Pisco, dia berhasil mengalahkan dua monster besar," balas Kiko.

"Aku tidak bisa mengalahkan kedua monster itu, kalau kalian bertiga tidak membantu membuatkan Molotov," kata Pisco kepada ketiga anak itu, lalu mereka bertiga saling menatap satu sama lain sambil tersenyum bahagia.

"Pisco, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," kata Chester, lalu Pisco meninggalkan ketiga anak itu yang sedang menceritakan pertarungan tadi bersama dengan ketiga wanita yang menemaninya. Sekarang mereka ada di garasi dengan adanya sebuah mobil.

"Ada apa?" tanya Pisco.

"Mobilku tidak akan muat," jawab Chester, lalu Pisco melihat mobil itu, ternyata setelah dilihat mobil ini bisa menampung lima orang dewasa.

"Tenang aja, aku punya ide."

"Kau yakin tidak ikut Uni? Padahal masih bisa satu lagi?" ucap Isma. Sekarang mereka ada di jalanan.

"Iya, lagi pula kasihan Iky nanti sendiri," jawab Uni.

"Hmm, jadi ini perpisahan kita?" ucap Chester.

"Begitulah. Jaga mereka, ya," jawab Pisco.

"Kak Pisco, kak Uni. Ini ada hadiah dariku," ucap Neni sambil memberi dua liontin, satu berbentuk bintang berwarna perak dan satu lagi berbentuk bunga berwarna perak.

"Terima kasih, ini bagus sekali. Dapat dari mana?" tanya Uni.

"Ini milik kedua orang tuaku," jawabnya sambil tersenyum.

"Pisco, jaga Uni ya," kata Isma sambil memukul pundaknya.

"Tanpa kau suruh pun aku akan menjaga dia."

"Baik, jaga diri kalian ya," ucap Chester, lalu mereka semua masuk ke dalam mobil. Untuk terakhir kalinya mereka melambaikan tangannya terutama ketiga anak itu.

"Maaf ya Uni," kata Pisco sambil melihat mobil itu pergi.

"Sudahlah, aku lebih senang kalau sama kamu. Ayo! Kita juga pergi," lalu Uni berjalan ke depan. Pisco diam sebentar sambil melihat lintionnya yang sudah terpasang di lehernya. "Iky, ayo!" ucap Uni yang sudah cukup jauh.

Pisco membalasnya dengan senyuman, lalu dia melanjutkan perjalanan. Tapi, di belakang terdengar suara mobil mendekat, Pisco berbalik dan tertabrak. Pisco terpental cukup jauh, sekarang dia tergeletak lemas dengan beberapa darah. Uni berlari ke arahnya, samar-samar Pisco melihat ada seorang pria besar menangkap Uni dan membawanya ke mobil.

"Uni..." ucap Pisco lemas dan berusaha berdiri. Tapi, saat mau bangun dia ditendang oleh pria bersenjata, lalu dia menginjak badan Pisco yang sedang tergeletak lemas.

"Cukup sampai di sini." DORR.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro