CHAPTER NINE: CHESTER

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

KREKKKK. Pintu keluar terbuka. Pakaian Chester berwarna merah dan biru, celana jins biru gelap, tas bercorak tentara. Senjata, revolver di pinggang, dan golok disimpan di punggunnya.

"Lewat sini!" kata Chester. Mereka berhenti di depan rolling door.

"Kita akan memasuki tempat ini?" tanya Pisco.

"Ya benar. Sebelum itu, kalian gunakan dulu topeng masker yang aku berikan," mereka semua menggunakannya. "Baik. Pisco tolong angkat!"

"Oke," Pisco mengangkat rolling door. "Ayo cepat kalian masuk!" mereka masuk dan Chester menahan rolling door itu dari dalam. Pisco masuk. "Ya lepaskan!" mereka semua sekarang ada di dalam sebuah gudang yang penuh dengan debu yang berterbangan.

"Ini apa?" tanya Uni.

"Ini adalah Fax. Serbuk Virus yang berjumlah besar, dan kalau kalian menghisap ini secara langsung. Maka kalian akan berubah menjadi mayat hidup," jawab Chester.

"Ayo kita teruskan!" kata Pisco. Keadaan di sini gelap, penuh dengan Fax, beberapa barang hancur.

Pisco membuka pintu selanjutnya, secara cepat Pisco menuyuruh mereka menunduk dengan isyarat tangan. Ternyata di depan mereka ada Clicker. Setelah Clicker itu pergi, mereka sekarang bersembunyi di balik reruntuhan di dekat pintu masuk tadi. Di sini ada 2 Clicker berjalan-jalan, 2 Vante sedang diam, 5 zombie sebagian ada yang berjalan, 4 vampir sebagian sedang berjalan, 2 Hulk diam, 2 Jikot diam, dan 1 Fang diam. Ruangan ini cukup luas karena beberapa dindingnya hancur.

"Bagaimana ini Pisco?" tanya Chester dengan suara pelan.

"Aku akan mengatasi dua Vante itu dulu dengan busur ini," Pisco mengambil panah di punggungnya, menarik dan melepaskan ke arah leher Vante, langsung mati seketika. Satu lagi, tapi saat Pisco mengarahkan busurnya, dia sadar dan melakukan panggilan, saat itu juga Pisco menembaknya. "Sial! Sudah ketahuan. Isma dan Uni berjaga di sini. Chester dan aku akan maju," mereka berdua maju.

Yang pertama menyerang adalah zombie dan Hulk, Pisco mengatasi mereka dengan shotgunnya, sedangkan Chester menembak mereka dengan revolver. Dua zombie mati, dua Hulk menyerang Pisco dan tiga zombie menyerang Chester. Hulk menyerang Pisco, ditangkis, Hulk satu lagi menyerang di belakang, terkena bahu Pisco, yang di depan menyerang, namun Pisco berhasil menembak dulu dia. Hulk yang di belakang menyerang dengan asal, Pisco menghindar dan menendang perutnya, memukul dagu ke atas, Hulk menyerang dengan kedua tangannya, ditangkis, Pisco memukul kedua sisi lehernya, kepala Hulk seketika hancur. Satu Zombie tertembak, mereka menyerang dengan bersamaan, Chester menghindar sambil berusaha memotong mereka dengan goloknya, satu mati, tinggal satu. Zombie itu menyerang, tangannya ditahan oleh Chester, lalu dia menebas badannya, dia mundur, Chester tidak melepaskannya, lalu dia menebas lehernya. Setelah itu, sisa dari mereka semua maju bersamaan, tapi Fang hanya berjalan perlahan, dan jarak dia dan mereka cukup jauh. Dua vampir berhasil ditembak oleh Isma di belakang, dua menyerang mereka dan ditembak oleh revolver Chester. Kedua Jikot menyerang Chester dan dua Clicker menyerang Pisco. Satu Clicker menyerang secara brutal, Pisco mau menembakinya, tapi amunisi shotgun itu habis, akhirnya Pisco memutuskan menyerangnya dengan tangan kosong. Clicker sudah cukup dekat, Pisco menendang perutnya, menangkap dia, lalu ke belakangnya, mecekik dan mati, secara mendadak Pisco didorong Clicker dari samping ke dinding, Pisco berusaha melawan supaya mulut dia tidak terkena lehernya, Pisco mendorongnya dengan kaki, Clicker menyerang dengan ingin menyeruduk dia, Pisco dengan cepat menghindar dan memegang kepalanya, dan membenturkan berkali-kali ke dinding sampai kepalanya pecah. Satu Jikot berhasil ditembak, tapi satu lagi berhasil menangkis tangan Chester hingga senjatanya jatuh, dia menangkap Chester hendak mengigit lehernya, Chester menahan dan menendang dia, hendak Chester mengeluarkan goloknya, tapi lagi-lagi ditangkis oleh Jikot dan jatuh senjatanya, sekali lagi Chester menahannya, lalu tiba-tiba kepala Jikot tertembak oleh sniper Isma. Fang sekarang sudah ada di dekat mereka, Pisco mengisi amunisi shotgun sebelum dia sudah dekat, Fang menyerang Pisco, ditembak hingga dia mundur beberapa senti, terus Pisco menembaknya sampai mundur cukup jauh, tapi dia belum mati juga.

"Chester, bisakah kau memancing dia selama satu menit!" teriak Pisco sambil mengambil botol kosong di bawahnya, dan Chester ada di belakang Fang.

"Oke. Hei! Makhluk besar, kesini!" Chester melempar batu bata cukup besar ke kepala Fang.

Fang sekarang mengubah targetnya dan menyerang Chester. Pisco berlari ke arah Uni dan Isma sambil membawa botol kosong.

"Uni, kamu masih menyimpan alkohol?"

"Masih, malah banyak. Buat apa?" Uni melepaskan tasnya.

"Nanti penjelasannya, sekarang kau beri aku alkohol itu," Uni memberikan satu botol penuh alkohol ke Pisco. Pisco mengambilnya dan memasukan alkohol itu ke botol yang dia bawa. Setelah terisi dia mengikat lubang botol dengan sedikit sobekan baju dari mayat zombie. Selesai, Pisco mendekati Fang dan menembaknya.

"Hei! Sekarang lawanmu adalah aku," Fang mendekat dan Pisco melempar botol yang berisi alkohol itu. Terkena badannya, dan alkohol itu sudah menghujani badannya.

"Rasakan ini!" Pisco menembak dia sekali lagi. Tiba-tiba api yang dahsyat datang dari badan Fang, dia terbakar, kesakitan, dan bergerak dengan brutal karena kesakitan. Tak lama kemudian dia mati hangus.

"Huff. Kerja bagus sobat," kata Chester menghampiri Pisco untuk tos.

"Kau tidak apa-apa kan?" tanya Pisco sambil membalas tosnya.

"Seperti yang terlihat."

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Isma menghampiri mereka.

"Ya. Kami baik-baik saja. Oh ya, terima kasih untuk tadi," jawab Chester.

"Iky, bahumu tidak apa-apa?" Uni mendekati Pisco.

"Ya, ini hanya luka kecil kok. Ayo kita lanjutkan," kemudian mereka menuju pintu selanjutnya.

Di ruangan berikutnya, di sini cukup luas juga, mirip dengan ruangan perkantoran dengan beberapa meja, kursi roda, dan kertas-kertas yang berserakan. Mereka mencari pintu berikutnya, kebetulan di sini tidak ada mayat hidup satu pun.

"Iky lihat. Ada benda yang aneh?" Uni melihat sebuah benda mirip telur besar yang sudah retak, ada beberapa mayat di dekatnya, dan benda ini menempel di sudut ruangan.

"Itu namanya Induk. Itu adalah telur berisi Fax, telur ini tercipta karena beberapa orang yang sudah lama terinfeksi, dan mereka semua sudah lemas tak berdaya dan berkumpul bersama. Buktinya saja di samping-sampingnya ada beberapa mayat," jawab Pisco.

"Pisco bantu aku," kata Chester. Dia ada di depan pintu yang sela-selanya ditutup oleh beberapa daging Induk.

"Oke," mereka mendobrak pintu bersama-sama.

Setelah itu pintu terbuka, terlihat ruangan ini semakin luas dengan tidak adanya reruntuhan bangunan, dan di sini tidak terlalu banyak Fax. Mereka mencari pintu selanjutnya, tapi enggak menemukan apa-apa.

"Iky lihat. Bagus ya?" tanya Uni. Dia melihat beberapa ukiran di dinding. Bentuknya sih mirip dengan beberapa gambar hewan, tapi gambarnya terbalik.

"Hmm... bagaimana menurutmu?" tanya Pisco.

"Ya, aku pikir ini adalah gambar dari seorang anak kecil. Tapi kok bisa ya terbalik?"

"Pisco, cepat kemari!" kata Isma. Mereka mendekati Isma dan Chester yang sedang ada di depan rollingdoor. Chester sekarang sedang mencoba membuka rollingdoor itu, tapi enggak berhasil.

"Hmm..." Pisco melihat di sekelilingnya. "Ternyata ada lubang," Pisco menunjuk sebuah lubang yang cukup besar di atas.

"Oh iya, kau benar. Tapi, bagaimana caranya?" tanya Chester.

"Ayo Isma!" Pisco menyatukan tanganya untuk menahan kaki Isma. Isma menaikinya dan sudah ada di luar. "Selanjutnya Uni," sekarang Uni sudah ada di luar.

"Terus kamu gimana Pisco?" tanya Chester.

"Ya tunggu kalian membuka rolling door itu dari luar," tiba-tiba terdengar suara benturan dari pintu sebelumnya. "Kau dengar itu?"

"Ya, aku dengar," pintu itu hancur. Terlihat sesosok mahkluk besar, berbadan beberapa daging Induk, wajahnya hancur.

"Sial, kenapa harus dia sih?" keluh Pisco.

"Yah kau benar. Kenapa harus Bloater?" tiba-tiba monster itu mengambil sesuatu di badannya, dan melemparkannya. Mereka berdua menghindar, dan yang dilempar itu meledak saat jatuh ke tanah, dan mengeluarkan Fax. Mereka berdua serempak menggunakan topeng masker.

"Kalau tahu gini, aku minta alkohol lagi ke Uni," kata Pisco sambil berlari memutar supaya Bloater kebingungan.

Bloater melemparkan lagi benda itu ke setiap penjuru, sekarang ruangan ini penuh dengan Fax. Pisco menembak dia dengan shotgun dan Chester menembak dengan revolver. Bloater mulai kelelahan, Pisco maju, menebas beberapa badannya dengan cepat. Namun, dia belum juga mati, Bloater melemparkan benda itu ke arah Pisco, Pisco menebas benda itu hingga terbelah dua, dan dengan cepat Bloater maju, dan menyerangnya. Pisco menahan kedua tangannya yang hendak memukul kepalanya, Bloater dan Pisco sama-sama menendang hingga kaki mereka berbenturan, tapi karena Bloater lebih kuat, jadi Pisco jatuh terdorong. Pisco tergeletak, hendak Bloater melempar benda itu ke arah Pisco. Namun, Chester menembak kepala Bloater hingga dia tidak jadi melemparkannya, Bloater mengubah targetnya, dia berlari ke Chester sambil ditembak oleh revolvernya. Sedikit lagi dia akan dekat dengan Chester, tapi dari belakang Pisco menembak dia dengan shotgunnya. Bloater sekarang sudah mati.

"Terima kasih sobat," ucap Chester.

"Ya, terima kasih kembali," selesainya pertarungan itu disambut oleh suara terbukanya rolling door oleh Uni dan Isma.

"Apa kami melewatkan sesuatu?" tanya Isma melihat kedua pria ini kecapean, dan melihat di ruangan ini ada mayat zombie yang besar, sedang tergeletak.

"Begitulah, ha ha ha," jawab Chester sambil memegang kedua lututnya. "Ayo kita pergi!" rolling door ditutup.

"Hah..." kata Pisco melepaskan topeng masker itu. "Segar sekali udara ini."

"Iya, benar sekali," sambung Chester.

"Yang tadi itu apa?" tanya Isma.

"Tadi adalah Bloater. Zombie yang sudah banyak makan mayat, dia juga punya banyak Fax di dalam tubuhnya," jawab Pisco.

"Terus, kenapa ruangan itu tiba-tiba dipenuhi oleh Fax?" lanjut Isma.

"Itu karena, dia memilik telur Induk di dalam tubuhnya, dan bisa dilempar."

Malam tiba. Sekarang mereka ada di sebuah rumah yang kosong. Pisco sedang duduk di lantai.

"Iky sedang baca buku apa?" tanya Uni menghampiri dia.

"Oh Uni. Ini, sedang baca sebuah buku catatan."

"Dapat darimana?"

"Di ruangan kerja teman kakak Isma, di dekat perpustakaan itu."

"Jadi ini buku catatan teman kakak Isma?"

"Iya. Uni, kau kenal dengan orang yang bernama Gaki Hurt?"

"Aku kenal, dia adalah asisten ayah. Tunggu, jangan-jangan..."

"Iya, kau benar. Di sini tertulis bahwa ayahmu bukan hanya menciptakan Virus T dan PTY, tapi dia juga membuat Virus X. Di sini dijelaskan, Virus itu dapat mengakibatkan fungsi tubuh tertentu menjadi meningkat, dan itulah kenapa kakak Isma memilik tangan yang kuat dan tajam. Virus ini tidak seperti yang lain, yang bisa menyebar di udara. Karena Virus ini berbentuk cair, dan di sini di jelaskan juga, bahwa ada empat orang yang disuntikan Virus itu. Salah satunya kakak Isma."

"Apakah di situ tertulis tiga orang sisanya?"

"Ada. Nama mereka, Jocelyn Williams, Hayley Johanes, dan Travis Elliot."

"Siapa ya mereka?"

"Entahlah, yang pasti ada beberapa kemungkinan. Kita harus membunuhnya atau kita biarkan saja. Oh ya, ada satu hal lagi yang unik. Di sini juga tertulis tentang kita."

"Tentang apa?"

"Tentang Anti Virus yang ada di dalam darah kita. Di sini tertulis, bahwa aku memiliki Anti Virus untuk PTY, dan kau untuk Virus T saja."

"Maksud Iky, kalau aku terkena virus PTY. Maka aku akan menjadi vampir?"

"Benar. Jadi jangan sampai kau tergigit vampir."

"Iky juga. Jangan sampai tergigit zombie."

"Enggak usah khawatir, aku ini kuat kok," lalu Pisco berdiri dan menyodorkan tangan ke Uni. "Ayo!" Uni hanya menganggu dan memegang tangan Pisco.

Pagi tiba. Mereka semua siap untuk melanjutkan perjalanan. Sekarang mereka ada di depan sebuah gedung yang cukup besar.

"Cukup besar juga ya," kagum Uni.

"Ya. Ayo kita masuk!" kata Isma, saat dia hendak masuk ke dalam, tiba-tiba pintu itu mau menindih Isma dari atas.

"Isma, awas!" Pisco berlari dan menangkap Isma.

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Chester.

"Ya kami baik-baik saja. Chester, bantu aku mengangkat pintu ini," lalu Pisco berusaha mengangkat pintu ini.

"Pisco! Para mayat hidup akan kemari!" teriak Chester di luar sana.

"Baiklah, sebaiknya kalian lari!"

"Terus bagaimana dengan kalian?"

"Kami akan baik-baik saja. Kalau kita sudah di luar, kami akan mencari kalian. Jadi, kalian carilah tempat persembunyian."

"Baiklah."

"Oh ya, tolong jaga Uni. Dan jangan macam-macam dengannya."

"Oke."

"Iky hati-hati ya," teriak Uni dan mereka pergi.

"Kau juga Uni," tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang banyak.

"Terus, kita bagaimana?" tanya Isma.

"Ayo kita ke ruangan selanjutnya," mereka berjalan menuju pintu selanjutnya.

Saat mereka memasuki ruangan itu, mereka melihat ada mayat hidup yang besar dan taring dia cukup besar, tidak memiliki kedua tangan, mata besar, dan telinganya hancur.

"Kenapa harus dia?" keluh Pisco. Monster itu melihat mereka, dia berteriak.

Uni dan Chester berlari, terus berlari sampai di suatu gang. Mereka bersembunyi di balik tong sampah yang besar. Para mayat hidup yang mengejar tidak menyadari, dan terus berlari melewati mereka.

"Huff. Untung saja," kata Chester. Mereka keluar dari tempat persembunyian.

"Lalu kita akan kemana?" tanya Uni.

"Kita..." lalu tiba-tiba terdengar teriakan anak kecil meminta tolong. Lalu mereka pergi ke sumber suara, ternyata letaknya di sebuah lapangan basket yang tidak jauh dari gang itu.

"Ada anak kecil," ucap Uni. Mereka melihat ada tiga anak kecil. Dua laki-laki dan satu wanita. Bukan hanya mereka, ada satu wanita dewasa sedang menembaki para mayat hidup. Sekarang mereka sedang terpojok dengan para mayat hidup itu.

"Ayo kita bantu!" ucap Chester. Mereka masuk ke lapangan basket yang dilindungi oleh pagar, namun ada beberapa celah. Chester menembaki beberapa mayat hidup itu. Sekarang mereka semua sudah mati.

"Terima kasih banyak," ucap wanita itu.

"Ahhh bukan apa-apa. Oh ya, kenapa..." belum selesai Chester berbicara. Tiba-tiba terdengar seseorang menggoyangkan pagar besi itu. Mereka melihat ke sumber suara itu.

"Sial, dua Fang." KRETTTT.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro