CHAPTER FOUR: KARNAVAL

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pisco terbangun dari tidurnya, membuka matanya perlahan. "Kenapa berhenti?" Pisco mengangkat badannya.

"Di depan, banyak kendaraan," balas Uni.

Pisco melihat ke luar kaca samping, dia melihat papan berwarna hijau menggantung di atas, papan itu adalah petunjuk arah, dan di depan adalah kota Jite. "Sepertinya selama aku tertidur, kau terus berjalan?"

"Tentu saja."

"Terus maju ke depan."

"Tapi, di depan..."

Pisco mengambil tasnya yang diletakan di kursi samping Uni, lalu keluar. "Kita lewati mereka." Terlihat banyak sekali kendaraan mengantri di depan, mulai dari motor sampai bis.

Kedua wanita itu pun ikut keluar, tidak lupa membawa barang bawaan mereka. "Kita menaiki mereka?" tanya Uni.

"Iya." Pisco berjalan duluan, menaiki mobil di depannya. Selanjutnya melompat ke atas mobil di depannya.

Dari belakang, mereka mengikuti langkah Pisco. Terus berjalan ke mobil satu ke mobil selanjutnya. Di samping Pisco, ada truk tentara. Pisco mencoba memeriksa ke dalamnya, dan mendapatkan tempat penyimpanan amunisi dari mayat tentara. Pisco menggunakannya di badannya.

Mereka melanjutkan perjalanan, dan sampailah mereka di belakang bis. Tidak ada jalan lain selain menaiki bis itu dari belakang, karena di samping mereka hanya ada mobil yang terbalik dan terlihat berbahaya untuk dipijaki. Pisco langsung merapatkan jari-jarinya. "Uni, coba kau periksa dari atas." Uni langsung berjalan mendekati Pisco, dia mengangkat kaki kanannya di tangan Pisco, lalu meletakan kaki kirinya di bahu kanan Pisco. Uni berhasil menuju atap bis itu.

Uni melihat ke segala arah, dan menemukan bianglala besar di depan. "Apakah benar di depan adalah kota Jite?" tanyanya masih melihat ke arah bianglala itu.

"Iya, memangnya kenapa?" teriak Pisco.

"Di depan hanya ada karnaval."

"Apakah di sekitarmu terlihat aman? Apakah ada zombie dan sebagainya?"

"Tidak, tidak ada apa-apa."

"Kota Jite ada dibalik karnaval itu." Pisco merapatkan jari-jarinya lagi. "Ayo, Elliot." Elliot mengerti dan melakukan seperti yang Uni lakukan tadi.

Setelah mereka berdua ada di atas, mereka mengulurkan tangan mereka untuk membantu Pisco naik. Pisco meloncat meraih tangan kedua wanita itu. Mereka melanjutkan perjalanan, bis ini cukup panjang. Sekarang mereka ada di kepala bis, Pisco turun terlebih dahulu, untuk membantu mereka turun. Pertama Uni terlebih dahulu, berhasil ditahan oleh Pisco. Selanjutnya Elliot, berhasil ditahan juga.

Mereka melanjutkan perjalanan yang cukup sulit kali ini, karena banyak atap mobilnya tidak rata, atau terhalang oleh dahan pohon dan palang besi. Setelah beberapa melewati rintangan itu, mereka sudah ada di akhir dari berjalan di atas mobil.

"Akhirnya selesai juga," ucap Elliot.

"Iya," balas Uni.

"Ayo kita lanjutkan." Mereka bertiga berjalan masuk ke karnaval.

Melewati pagar masuk, sekarang mereka sudah di dalam karnaval. Penuh wahana yang sudah usang dan berlumut. Mulai dari komidi diputar, rumah kaca, panggung, air mancur, dan tempat-tempat lainnya.

Dan mereka sudah menemukan Vante, dua Vante. Pisco langsung menembak mereka, sebelum ketahuan. Tapi, sayangnya rencana Pisco gagal. Karena secara kebetulan, datang dua Clicker dan tiga Jigot. Pisco menyuruh mereka tetap di belakang, dia mengarahkan shotgun ke Clicker. Sedangkan dua Jigot diurus oleh Elliot, tepatnya dia mengendalikan Vante yang sudah mati untuk menyerang Jigot. Satu Jigot, sudah siap untuk ditembak oleh Uni.

Satu Clicker berhasil ditembak sampai jatuh, dan satu lagi Pisco menyerangnya dengan gagang shotgun. Pisco menangkis tangannya yang menyerang secara brutal, memukul pipinya, perutnya, terakhir memukul kepalanya dengan ala pemukul di baseball. Clicker yang jatuh berdiri kembali, dan menyerang brutal lagi. Pisco menyimpan shotgunnya. Sebelum Clicker itu berhasil memukul Pisco, dia sudah ditendang terlebih dahulu. Clicker berhenti, kesempatan ini diambil Pisco dengan mendorong kepalanya sampai Clicker jatuh. Setelah jatuh, kepalanya diinjak sampai pecah.

Vante berhasil menahan Jigot, mereka saling memukul atau tepatnya mencakar. Sedangkan Vante satu lagi, berhasil mengigit leher Jigot, dan Jigot tidak bisa melawan karena dia dihisap dari belakang. Uni sedikit kaget karena Jigot tidak bisa diam saat mau ditembak, jadi Uni membidiknya terus sampai yakin. Jigot itu berhasil ditahan oleh Vante yang sudah menghisap darah kawannya sendiri, dan Uni langsung meluncurkan tembakan ke kepalanya.

"Terima kasih, Eli."

"Sama-sama."

"Kalian sudah akrab rupanya." Pisco menghampiri kedua gadis itu. "Ayo kita pergi."

Mereka berjalan dengan waspada ke depan. Dilihat karnaval ini tidak terlihat seperti karnaval yang menyenangkan, kalau karnaval ini bertema "horror" sangat tepat sekali dengan keadaannya sekarang. Jalan di depan rusak, jadi mereka memutuskan untuk memasuki wahana rumah kaca.

Lorong yang penuh dengan kaca besar, terlihat sangat mengerikan. Ada beberapa kaca yang pecah, dan ada juga yang masih utuh. Pisco berhenti, lalu jongkok di atas pecahan kaca-nya.

"Sepertinya di sini ada jebakan."

"Jebakan apa?"

"Hati-hati dengan kaca yang masih utuh, mungkin saja di dalamnya ada zombie atau vampire." Mereka berdua mengangguk.

Jadi, Pisco yang maju duluan, sedangkan mereka berdua mengikuti cukup jauh dari belakang. Rencanannya Pisco akan memastikan keadaan dulu, apabila ada serangan mendadak, Elliot akan menghentikannya dengan kemampuannya. Kemampuannya bisa digunakan bukan untuk yang mati saja, untuk makhluk mayat hidup pun bisa, hanya untuk menghentikan gerakan. Tapi, resikonya cukup besar, karena kalau mayat hidup yang dihentikan Elliot dibunuh atau dipukul, rasa sakitnya akan terasa di otaknya.

Mereka berjalan sesuai jalur Pisco. Selama ini belum ada jebakan yang diperkirakan Pisco. Tapi, itu hanya sementara. Tiba-tiba dua kaca besar pecah di depan Pisco, Pisco bersiaga dengan menodong shotgun. Dua Hulk keluar dari kaca. Mereka ditembak, tapi hanya membuat mundur beberapa langkah atau diam sesaat. Jadi, Pisco memutuskan untuk berlari dan meluncurkan tendangannya. Berhasil membuat satunya jatuh ke belakang. Temannya menyerang, Pisco sedikit lengah dan hanya bisa menahan dengan kedua tangan sebagai perisai. Pisco sedikit terdorong ke belakang, Hulk menyerang lagi. Pisco berhasil jongkok, lalu menyabit kakinya. Hulk terjatuh, dan Pisco langsung menembak kepalanya dengan shotgun. Satunya berdiri, Pisco mundur sambil mengisi amunisi. Hulk berlari, tepatnya berjalan sedikit cepat menghampiri Pisco. Hulk mengayunkan tangannya yang keras saat sudah dekat, tapi Pisco sudah menembak sampai pecah kepalanya terlebih dahulu.

Mereka melanjutkan perjalanannya. Setelah beberapa melangkah, kejutan lain didapatkan. Dua Jigot muncul di belakang, tepatnya keluar dari kaca. Satu Bloater muncul di depan. Mereka langsung memakai topeng masker.

"Elliot, bantu Uni! Biar kuurus Bloater!"

"Baik!"

Bloater melemparkan sesuatu dan meledak, ruangan ini terpenuhi Fax. Pisco menembak dengan handgun, untuk memancing ke tempat lain. Bloater terpancing, dia mengikuti Pisco ke lorong lain. Sedangkan Uni dan Elliot sedang bertarung dengan dua Jigot, ditambah dengan tamu tak diundang yaitu dua Clicker.

"Apa kau bisa membuat mereka semua berhenti selama mungkin?"

"A-Aku hanya bisa dua."

"Kalau begitu, kau lari ke belakang. Nanti diamkan dua Jigot itu."

"Baik." Elliot berlari ke belakang.

Uni berusaha menembak dua Jigot itu untuk mencegah mereka sampai cepat. Saat Jigot itu tiba-tiba berhenti, Uni langsung berlari ke belakang. Tentu karena Clicker buta yang hanya mengandalkan suara, mereka hanya menyerang udara di dekat kedua Jigot itu. Uni sekarang sudah di dekat Elliot, dia melepaskan tasnya, dan membuat Molotov. Botolnya sudah ada di dalam tasnya, jadi tidak perlu memungut. Setelah selesai, Uni menyuruh Elliot untuk melepaskan Jigot. Setelah itu Uni melemparkan Molotov itu, karena mereka saling berdekatan jadi semuanya kena.

Pisco menghentikan larinya, karena di depannya muncul Fang. Pisco berbalik dan menodongkan shotgun ke Bloater. Dia menembak kedua tangan, dan satu kaki. Bloater duduk dengan satu kaki lututnya di lantai, dan kaki satunya tertekuk. Pisco berlari ke arahnya, menginjak kaki yang tertekuk, mengarahkan shotgunnya ke kepalanya. Berhasil membuat kepalanya pecah, dan Pisco terdorong melayang ke belakang karena dorongan shotgun saat ditembak. Fang semakin dekat, Pisco membalikkan badannya dan menembak tepat di kepala Fang itu saat masih melayang. Kali ini dorongannya membuat Pisco terdorong di tanah, tapi hasilnya tidak buruk karena Fang mati.

Setelah selesai pertarungannya, Pisco kembali ke tempat Uni dan Elliot berada. "Kalian baik-baik saja?"

"Tentu. Kalau kau?"

"Seperti yang terlihat, sedikit sakit di punggung." Pisco memegang punggungnya.

"Apa kita istirahat dulu saja?" tawar Elliot.

"Tidak, kita harus cepat. Mungkin mini bos yang lain akan datang."

Mereka melanjutkan perjalanannya lagi. Sampai di luar, mereka tidak menemukan kejutan lagi. Tapi, mereka tidak melonggarkan kewaspadaan mereka.

Di ujung karnaval, ada tenda besar. Mereka memutuskan untuk memasukinya. Saat di dalam, mereka bisa melihat tempat duduk bertingkat di kedua sisi mereka. Lalu, di depan mereka ada badut besar berwajah menyeramkan sedang diam di tengah dan tiga badut berkeliaran. Beberapa perlatan seperti bola karet kecil, dan pisau-pisau kecil berserakan di dekat yang besar. Badut-badut itu tidak menyadari keberadaan mereka bertiga, jadi mereka diam dulu.

"Aku urus yang besar, kalian urus yang tiga."

"Baik."

Pisco maju dulu, tapi reaksi mereka tidak seperti yang Pisco harap. Mereka bertiga berkumpul di dekat yang besar, lalu mengambil beberapa bola dipegang oleh mereka bertiga. Mereka melemparkannya ke arah Pisco bergiliran. Pisco hanya bisa menghindar karena mereka tidak membiarkan Pisco berhenti bergerak. Selanjutnya mereka mengganti dengan pisau disaat Pisco sedikit kewelahan menghindar. Tapi, tiba-tiba dua kecuali yang di tengah berhenti bergerak. Karena hanya yang tengah melemparkan pisau, Pisco bisa menghindar dengan mudah. Pisco bisa kembali menodongkan handgunnya, dan menembak yang di tengah. Berhasil mengenai kepala dan langsung mati. Lalu yang di kiri bisa bergerak, tapi Pisco langsung menembak kepalanya. Yang kanan juga sama. Elliot langsung jatuh karena pusing, dan ditahan Uni. Mereka berdua tidak bisa membantu lagi.

Sekarang tinggal yang besar. Badut ini juga mengambil beberapa pisau kecil yang masih tersisa. Satu dilempar, Pisco berhasil menghindar. Saat Pisco menghindar, badut itu sudah melempar lagi, dan Pisco terpaksa menjatuhkan badannya untuk menghindar. Dia melemparkannya lagi, Pisco berguling ke belakang untuk menghindar. Pisco membalas dengan tembakan, tapi tidak terlalu mempan. Badut itu melanjutkan melemparnya, Pisco berguling ke belakang lagi. Karena ada jeda untuk mengambil pisau di bawahnya, Pisco bisa berdiri lagi.

Sekarang dia melemparkan semua pisau itu bersamaan, Pisco langsung berguling jauh ke samping. Badut itu berlari mendekati Pisco, saat Pisco berdiri dia melemparkan bola kecil, berhasil mengenai wajah Pisco. Sekarang Pisco berhasil dicekik dan diangkat ke atas. Pisco berusaha melepaskan diri dengan menendang wajah badut itu, tapi tidak dilepas juga. Kepala badut itu ditembak oleh Uni, tapi tidak terlepas juga. Pisco hampir kehabisan napasnya, dan Uni terus menembak badut itu.

Uni melihat Pisco semakin kesakitan, dia memutuskan untuk berlari sambil mengambil pisau yang menancap di tanah, lalu meloncat melukai lengan badut itu. Badut itu langsung melepaskan cekikannya, dan mengganti mencekik Uni. Karena Pisco masih lemas, jadi dia hanya bisa melihat pacarnya dicekik oleh badut besar yang kuat.

Lalu, badut kecil melompat ke belakang badut besar itu sambil menikam leher badut besar. Ternyata Elliot sudah sadar. Uni jatuh, dan badut itu kesakitan. Satu badut menikamnya lagi, dan badut besar itu berteriak kesakitan.

"Uni, kau baik-baik saja?" Pisco menghampiri Uni yang sedang batuk-batuk.

"Sepertinya yang terlihat, aku tidak terlalu baik-baik saja."

Pisco hanya tersenyum, dia mengerti kalau Uni baik-baik saja karena bisa bercanda. Wajah Pisco berubah setelah mengarahkan wajahnya ke badut besar yang sedang diserang oleh kedua anak buahnya. Pisco berlari dan melepaskan pedangnya. Dia menyerang badut itu tanpa ampun, beberapa luka sayata besar didapatkan oleh badut itu. Badut itu akhirnya tumbang dengan bersimbah banyak darah.

"Terima kasih, Elliot." Elliot menjawab dengan senyuman.

                                                                                                     ***

Maaf baru diterbitkan, setelah sekian lama berabad-abad<<<<<<Author sedang lelah

Mungkin sedikit mengecewakan, cerita ini akan lebih sedikit dibanding season pertama. Itu karena Aouthor-nya buntung dengan ide-nya. Jadi, maaf kalau mencewekan.

Sekian terima kasih, dan tunggu kelanjutannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro