12 - Going Crazy

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

From Freya :
Pick me up or I don't wanna go to that shit party.

Kyungsoo menghela nafas frustasi. Hari ini dia benar-benar resmi menjadi supir sekaligus budak antar jemput. Gadis itu dapat membuatnya tertekan hanya dengan sebuah chat. Gadis itu juga dapat membuatnya tidak dapat menolak permintaan dari seorang Freya Dupont.

Pertama kali menemukannya di butik, gadis itu dalam sedetik membuatnya merasa menemukan sesuatu yang baru sepanjang eksistensinya di dunia ini. Sesuatu yang menyejukkan dan menghangatkan seperti oase di gurun dan secangkir capuccino di musim dingin. Namun dalam satu detik juga gadis itu membuatnya merasa dihadapi dengan masa lalu dan masa kini secara bersamaan.

Tanpa membalas chat dari Freya, Kyungsoo pun menyambar kunci mobil milik ibunya yang ia pinjam seharian penuh. Ia baru merebahkan tubuhnya lima menit di atas kasur. Demi bulldog tetangga yang tidak kunjung bisu, ia pun menyentak pintu kamarnya.

Bergegas menuruni anak tangga dengan desisan dan makian sepanjang anak tangga yang dilaluinya.

Mobil yang Kyungsoo kendarai membelah jalanan yang kosong dengan kecepatan segila mungkin. Jika bundanya ada dalam mobil ini sudah pasti ia akan dilempar ke jalanan karena cara mengemudinya yang mirip setan jalanan.

Sebelah tangannya memasang earphone kemudian memulai sebuah panggilan.

"Dimana??" Tanya Kyungsoo tak dapat menyembunyikan kekesalannya.

"Beri aku sambutan manis diawal percakapan."

Permintaan macam apa itu? Freya selalu berhasil membuatnya frustasi. Dan Kyungsoo selalu sulit untuk tidak mengabulkan permintaan gadis bernama Freya Dupont itu.

Awal terikrarnya perjanjian diskon, ia pikir tidak akan semudah itu mewujudkan Freya menjadi pasangan promnya apalagi dekat dengan Freya. Namun uniknya dalam satu hari ia bisa mendapatkan nomor ponsel Freya tanpa usaha sedikit pun karena Freya menitipkan wasiat kepada kasirnya saat itu, yang tentunya secarik kertas berisi akun sosial media, nomor ponsel lengkap dengan alamat rumah gadis itu. Entah itu dapat disebut dengan kata gayung bersambut atau kebetulan dalam skenario indah Tuhan.

"Well, Freya I wanna pick you up... Where are you now?" Dengan nada yang diusahakan semanis mungkin.

Tawa kecil terdengar diseberang sana. Tentunya tawa Freya Dupont yang manis semanis gulali carnaval. Namun detik ini Kyungsoo sedang tidak membutuhkannya.

"Aku di Taman kota, Hurry up Kyungsoo kakiku sakit karena wedges..." Rengek gadis manja diseberang sana.

"Hmmm..." Lantas mematikan telepon secara sepihak masih dengan emosi campur aduk yang sama.

***

Mobil yang Kyungsoo kendarai berhenti tepat didepan gadis yang duduk di bangku taman. Kyungsoo bersyukur, dia tidak harus menerobos taman kota untuk menjemput gadis manja itu. Ia menekan tombol kaca jendela mobil dan menemukan Freya yang tersenyum sumringah saat mata mereka bertemu.

"Ayo masuk." Ucap Kyungsoo setengah berteriak dari dalam mobil.

Ia malah mendapati Freya yang memberengut kesal padanya "Kakiku sakit Kyungsoo... aku tidak bisa berdiri."

"Masuk atau kutinggal?" Kata Kyungsoo yang masih duduk dibalik kursi kemudi.

"Keluar atau aku tidak mau pergi ke prom-"

Kyungsoo membuka pintu mobil dengan cara tidak manusiawi lalu keluar dari Volvo S90 diiringi desisan dibibirnya.

Persetan dengan prom night! Batinnya

Ia pun menghampiri Freya yang duduk memperhatikan kakinya yang terbalut wedges. Lama-lama Kyungsoo benar-benar diperbudak karena perjanjian diskon dan acara prom night sialan itu.

Jujur Ia memang menyukai semua yang ada pada Freya terkecuali sikap manjanya yang kelewatan, mungkin karena sepanjang hidupnya Kyungsoo berada diantara wanita-wanita mandiri seperti bundanya dan Kaerin. Dan yang paling tidak bisa diterimanya, ikatan persaudaraan gadis itu dengan suami mantan kekasihnya yang baru ia ketahui.

Dengan sisa kesabaran yang ia punya, ia mengulurkan sebelah tangannya didepan gadis yang pernah berhasil menghipnotisnya di butik dengan mata cantik dan senyum hangat. Dan sebenarnya sampai saat ini sihir hipnotis mata cantiknya masih sangat kuat untuk dilawan.

***

Freya, nama gadis itu. Ia masih terus memberengut menatapi kaki jenjangnya yang terbalut wedges. Ia gadis semata wayang yang selalu tinggal di rumah sendirian karena kedua orang tuanya yang terlalu super sibuk dan ia tidak memiliki adik atau kakak. Ia selalu mendapatkan apa dan semua yang ia mau kecuali perhatian kedua orang tuanya.

Bahkan mantan ketua MPS yang katanya heartless dan sedingin es kutub utara, kini berdiri dihadapannya dengan tangan terjulur dan senyum yang dipaksakan.

Prom night membawakan seorang Do Kyungsoo kepadanya. Prom night mengikatnya dalam sebuah perjanjian diskon dengan pria yang memiliki segudang magnet untuk terus menariknya mendekat.

Kini ia ingin terikat lebih dari sekadar perjanjian diskon. Perjanjian yang lebih intens, perjanjian yang bisa membuat seorang Do Kyungsoo terus ada dalam harinya. Radarnya. Hidupnya. Dunianya. Kalau bisa.

Freya perlu sedikit mengancam dan memaksa pria itu untuk mau menemaninya hari ini. Tapi satu yang jadi pertanyaannya, pria itu langsung bersikap aneh begitu mereka sampai di rumah tantenya dan pergi meninggalkannya dengan chat yang tidak bisa ia terima sejujurnya.

Freya tahu pria itu sudah berkata bahwa akan ada acara sore ini. Tapi Freya tidak peduli, ia tetap ingin mencari tahu apa yang ada dibalik sikap aneh pria itu. Lantas ia meminta pria itu untuk menjemputnya disini ditambahi sedikit bumbu acting tentang kakinya yang sakit.

Ia meraih tangan pria itu dengan senyum yang disembunyikan dibalik sikap pura-pura kesalnya. Lantas sebelah tangan yang lain milik pria itu  memeluk bahunya. Dan acting berjalan tertatih ala Freya pun dimulai.

"Aku heran, kenapa wanita suka menyiksa diri demi penampilan." Ucap pria itu begitu mereka sampai didalam mobil.

Freya memalingkan wajah dan menarik seat belt sambil menahan senyum kecilnya. "Hmmm... Karena penampilan itu penting bagi wanita. Let's go!"

Mobil pun melesat dijalanan kota yang entah kenapa kini tersumbat karena kemacetan. Freya bersorak ria dalam hati karena doanya terkabul.

Ia menoleh dan mendapati pria itu berdecak kesal karena kemacetan parah di jam tujuh malam ini. Kyungsoo menghembuskan nafas keras lantas menyandarkan punggungnya. Ia menyukai semua ekspresi dari wajah mantan ketua MPS kedua puluh lima itu.

"Apa?" Tanya pria itu saat memergoki Freya sedang memandangi wajahnya.

Freya hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban jitunya lalu dengan kikuk menyalakan radio. Mengganti-ganti channel untuk menghilangkan kegugupannya.

The moment you looked at me..

I started losing feeling in my cheeks...

Felt myselft moving towards ya..

Written in the stars milik Wendy ft. John Legend mengudara didalam mobil yang ia tumpangi. Dan entah kenapa kini menjadi tempat ternyaman baginya, lebih nyaman dari rumahnya.

Iya, Freya nyaman berada disatu tempat yang sama dengan seorang Do Kyungsoo.

Lantas ia mengalihkan wajah ke jendela disebelahnya untuk menyembunyikan blushing dipipinya dan mengabaikan tatapan Kyungsoo, ia dapat menerka pria itu merasa terganggu dengan sikap spontanitasnya. Namun Freya tetap tidak peduli dan mengabaikannya.

Don't tell me you don't feel what I feel right now..

It's written all over you..

Entah gayung yang bersambut atau skenario semesta yang indah. Terpampang jelas di jendela, pria itu menatapnya lekat tanpa berkedip sedikit pun. Rasa hangat pun melingkupi rongga dada gadis blasteran Tionghoa-Prancis itu. Freya ingin lebih lama berada disamping seorang Do Kyungsoo bagaimanapun caranya.

Jangan salahkan Freya, pria itu sendiri yang menanamkan magnet dalam rongga dada Freya. Membuatnya selalu ingin berada dalam radar seorang Do Kyungsoo.

"Apa matamu tidak perih Mr. Do jika kau tidak berkedip seperti itu?" Tawa kecil menghiasi wajah Freya.

Kyungsoo langsung membuang pandangannya ke depan dengan gestur gelisah memegang stir mobil seperti maling yang tertangkap basah.

Mobil pun melaju seperti siput.

***

Ini sudah kedua kalinya dia menutup pintu mobilku seenaknya. "Tell me more.." katanya.

Aku lagi-lagi mengembuskan nafas frustasi "Ini sudah malam Freya, tolong. Aku hampir mati jadi budakmu seharian."

Kami berdiri berhadapan dengan ia yang menghalangiku didepan pintu mobil kursi kemudi. Padahal ini sudah didepan gerbang rumahnya. Dan aku sudah memenuhi semua permintaannya. Dari membukakan pintu mobil untuknya sampai memapahnya berjalan dan membawakannya sebuket Lily putih saat menjemputnya di malam prom nanti. Tentunya dengan sedikit menurunkan egoku serta sisa kesabaranku diantara debatan kami yang tidak penting.

Iya, dia mengancam tidak akan mau keluar dari mobil sampai aku membukakan pintu mobil untuknya.

"I said ... Tell me more.." katanya lagi.

"Aku tidak nyaman dengan tantemu atau sepupumu." Aku mencoba meraih pintu mobil dibelakangnya tanpa melakukan kontak dengan sorot matanya yang sangat berbahaya untuk keberlangsungan perasaanku.

Dia menggeser tubuhnya hingga benar-benar menutupi pintu mobil "Kenapa? Kau baru mengenalnya tadi." Tanya Freya dengan nada curiga.

Bagus. Sekarang aku merasa sikap Freya melebihi dan melewati batas pasangan prom night.

"Aku sudah menjawabnya! Sekarang minggir!" Aku mencoba menggeser tubuh mungil gadis keras kepala itu dengan memegang kedua bahunya.

Freya menepis kedua tanganku "Aku tidak akan membiarkanmu pulang sampai kau menjelaskan panjang lebar!" Matanya menatapku tajam.

"Minggir!" Ucapku sambil menggertakan gigi.

Freya tidak bergeming bahkan bergeser sedikit pun.

Aku mengacak rambut frustasi. Tercetus sebuah ide, aku pun bergerak secepat kilat masuk lewat pintu mobil barisan kedua.

Bersusah payah pindah ke kursi kemudi dan aku menemukan hal yang paling tidak ingin kutemui saat ini.

Freya duduk kembali ditempat awalnya yang entah kapan dia masuk kembali ke mobil. Kedua tangannya dilipat didepan dada.

Tuhan, Apakah aku memilih pasangan prom night yang sangat salah? Freya Dupont lebih mengerikan dari Pinkan Stellarosaline? Mendadak aku merasa bersalah karena terus mengejek Christian kemarin-kemarin. Sahabatku yang bagai kepompong itu.

Kuusap wajah dengan kasar. Kulirik ia yang juga melirik ke arahku.

"Freya Dupont yang terhormat aku sudah menyelesaikan tugas sebagai supirmu dengan baik maka sekarang biarkan aku pulang."

"Baiklah, tapi satu syarat."

"Apalagi?" Tanyaku dengan punggungku yang sudah meneriakan nama kasur.

Aku sudah hampir menyerahkan kunci mobil bunda padanya dan memilih pulang jalan kaki atau menelpon Christian.

"Telepon aku sesampainya di rumah, temani aku sampai aku tertidur." Katanya dengan sorot mata manja dan senyum khasnya.

Aku tidak menyia-nyiakan waktu untuk bersilat lidah "Oke."

Sepersekian detik ia masih juga duduk disampingku, entah dia tidak peka atau apapun itu. Aku menunggunya keluar dari mobilku.

"Apalagi, Freya Dupont?" Tanyaku sembari memijit-mijit pelipisku.

Gadis dengan nama serupa Dewi dalam mitologi Yunani itu memandangiku masih dengan sorot mata manjanya "Bukakan pintu mobil."

Siapapun bunuh aku sekarang juga.

***

Magenta di Kamis pagi begitu indah seindah senyum Yoon Ji yang tipis bagai kulit lumpia dalam memori otaknya.

Christian membatalkan niatnya mengajak hang out sahabat terkunyuknya ketika menerima telepon dari bang Hobie dan bang Agust. Kesempatan emas yang tak akan Christian sia-siakan. Lagi pula sahabat kunyuknya itu sedang mengisi banyak energi setelah menjadi supir pribadi seorang Freya Dupont selama satu hari. How pathetic... Kyungsoo..

Kini ia berdiri didepan kedai milik keluarga Min untuk kedua kalinya. Detik demi detik terasa sangat panjang dalam penantiannya. Christian terus melakukan hirup dan buang nafas untuk meredakan debaran jantungnya.

Ponselnya berdering ditengah penantian panjangnya menunggu kehadiran Yoon Ji. Ia mengernyitkan dahi karena tidak mengenal nomor yang menari dilayar ponselnya.

"Halo? Ini siapa?"

"Halo, ini Freya. Benarkan ini Park Christian Jimin sahabat dari suami masa depanku?"

Christian bergidik ngeri dengan kalimat terakhir yang diucapkan Barbie Prancisnya Kyungsoo.

"Cari tahu sendiri!" Mendadak ia kesal karena Barbie Prancisnya Kyungsoo yang merusak suasana hatinya.

"Beri tahu atau aku akan menghasut Min Yoon Ji untuk menolak ajakan Prom Night mu mentah-mentah!"

Christian menggertakan giginya, siapapun tidak boleh merusak planing sucinya termasuk Barbie Prancisnya Kyungsoo.

Susah memang, menjadi orang yang famous seantero sekolah. Gosip menyebar lebih cepat dari bara api yang membakar kayu sampai menjadi abu.

"Ck, Komplek Bugenvil Blok C satu nomor dua belas Jalan Flamboyan nomor tiga." Jelas Christian panjang kali lebar.

Beep

Telpon diputus secara sepihak tanpa terdengar ucapan terimakasih menyambut telinga Christian. Ia hampir saja mengeluarkan kata-kata umpatan untuk Barbie Prancisnya Kyungsoo kalau saja ia tidak menemukan pemandangan Yoon Ji berdiri disampingnya.

Hari ini bang Agust memintanya untuk menemani Yoon Ji pergi ke toko buku di luar kota, ibunya Yoon Ji yang menyuruh Agust menelponnya karena khawatir dengan anak gadis semata wayangnya.

Tentu saja, ini kesempatan bagus bagi Christian untuk menawarkan ajakan Prom Night.

***

Begitu pintu terbuka, seketika ia langsung disuguhi dengan pemandangan papan bertuliskan "Life Goals" yang berisi apa saja yang ingin pria itu capai dan lakukan. Sesuatu yang menarik menurut Freya, ia langsung menyukai kamar milik seorang Do Kyungsoo. Ia dapat mengetahui bahwa pria itu menyukai komik dan anime, band favorite Kyungsoo adalah Simple Plan dan 5 Second of summer dilihat dari poster yang terpajang di dinding kamar Kyungsoo.

Bunda Kyungsoo sangat ramah menyapanya sepagi ini sebagai teman dari anaknya. Freya mendapat pelukan dari wanita paruh baya yang langsung menyuruhnya memanggil dengan sapaan 'bunda'. Ia juga mendapat izin memasuki kamar pria itu untuk mengecek apakah Kyungsoo sudah bangun.

Freya berjalan mendekati tempat dimana pria itu tidur dengan nyenyak seperti bayi. Mengangkat sebelah tangannya dengan ragu untuk menyentuh dahi pria itu, senyumnya mengembang seketika.

"Iya Bunda. Hati-hati dijalan, Dio masih mau tidur." Gumam pria itu ketika Freya menyentuh pipinya.

Dio? Jadi nama panggilannya di rumah itu Dio? Batin Freya

Kedua bola mata yang tadinya terpejam itu tiba-tiba terbuka melebar hampir mau keluar dari tempatnya.

"Bonjour Dio." Ucapnya semanis mungkin.

Pria itu langsung menghempaskan tangan Freya. Membuat Freya tertawa kecil karena kekagetan pria itu.

"FREYA?" Lalu terduduk di tempat tidur menatap kearahnya sejenak.

Detik berikutnya pria itu beranjak dari tempat tidur berlari keluar kamar. Meninggalkannya yang terduduk ditempat tidur masih dengan tawa kecilnya. Kemudian Freya beranjak membereskan selimut dan bantal yang berserakan di tempat tidur itu.

"Bun, Bunda? Bunda? Bun-" Teriak Kyungsoo memanggil ibunya.

"Ck, what's wrong nak? Bundamu itu tidak tuli." Freya dapat mendengar percakapan mereka dengan jelas.

"Bunda kenapa mengizinkan Freya masuk kamar Dio?!"

"Memangnya kenapa? Dia cuma mau mengecekmu dan bunda suruh membangunkanmu."

Terdengar jelas Kyungsoo yang mendengus keras "Bunda.."

Freya sudah selesai dengan kegiatannya dan menemukan Kyungsoo yang berdiri diambang pintu kamar. Ia langsung memberikan senyuman ter

"Go home." Ucap Kyungsoo dengan muka datarnya yang masih kusut karena baru bangun tidur.

Freya melipat kedua tangannya didepan dada "No, I Won't."

Pria itu mendesah berat atas jawaban spontan dari Freya "Pulang Freya..."

Kini telinganya dapat mendengar suara Kyungsoo yang sedikit melembut.

Dan ia memilih menggelengkan kepalanya lalu melewati Kyungsoo beranjak keluar dari kamar pria itu. Sebelum Freya benar-benar keluar sebelah tangan menahan pergerakannya diambang pintu. Freya membalas tatapan pria itu dengan hati yang seketika menghangat seperti matahari di musim panas.

"Dio, mau sarapan apa? Aku bisa masak semua masakan Tiongkok. Tapi Dio harus mandi du-." Ucapannya terpotong ketika mata mereka bertemu pandang, pria itu melayangkan tatapan yang intens selama dua detik.

Sorot mata pria itu melembut, membuatnya dapat meleleh seperti es krim yang mencair "Pulang sekarang, aku antar. Tunggu dibawah."

"Tidak sopan berbicara seperti itu nak, Freya baru tiba." Ucap bunda Kyungsoo "Ayo, Freya kita sarapan." Lantas wanita paruh baya itu merangkulnya penuh sayang dan mengabaikan putranya.

***

Senyum kemenangan terpahat jelas diwajah gadis pecinta diskon itu ketika bunda mengabaikanku. Kamis pagiku yang hancur hanya karena kedatangannya yang muncul tiba-tiba seperti hantu.

Aku tidak mengerti dengan pikiran gadis itu. Mendatangi rumahku di jam-jam seperti ini? Menghadapi tingkah laku ajaib Freya selalu membuatku memijat kedua pelipisku.

What kind the goddess of you,  Freya?

***

.
.

Freya sukses membuat Dio darting gengs..
Adakah disini yang gemas dengan Freya?

Akuuuuu tak pernah bosan mengingatkan klean untuk komen-komen cerita ini.. Juga mohon bantuannya untuk menandai kalau ada typo..

Akhir kata,
Byee...

Jakarta, 11 Januari 2019
Bianne205

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro