5 - Love Is Not Over

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Rasanya memiliki fangirls yang fanatik bagiku itu menyusahkan sendiri. Dia Pinkan Stellarosaline, teman satu angkatan Kookie hanya saja berbeda kelas. Dia ini menjadi salah satu penyebab aku tidak pernah standby di kelas jika tidak terlalu penting. Kyungsoo sudah berulang kali bosan memperingatkan Pinkan agar tidak perlu agresif kepadaku ataupun kepada Kookie. Tetapi sepertinya hari ini aku harus lebih bersabar pada sikapnya.

Dua minggu yang lalu, dia memberikanku undangan pesta ulang tahun yang ke-16. Dua, berarti bisa jadi untukku dan Kookie atau untuk Kyungsoo yang terpaksa ternista karena perempuan tak jelas itu.

Kyungsoo langsung berdiri di sebelahku saat mencari buku psikologi. "Itu untuk Pinky?"

Dia masih menyebut Pinky, padahal nama aslinya juga tidak jauh dari nama panggilan khusus yang Kyungsoo buat. Wait, apakah jangan-jangan Kyungsoo suka Pinkan?

"Setidaknya ini bisa membantunya agar mencintai dirinya sendiri. Oh atau ku belikan saja albumnya BTS yang terbaru." ujarku.

"Agar kau lepas dari kegiatan fangirlnya kepadamu kan? Ku rasa itu lebih baik. Lagi pula kita tidak mungkin meladeninya terus. Dia terlalu terpaku pada satu dunia." jelas Kyungsoo.

"Ah, kau lebih mengenalnya ternyata. Apakah lebih baik kau berpacaran dengannya saja. Namanya juga sama, sama-sama berbau Stella." sahutku.

Kyungsoo langsung memasang wajah sebal. "Ya, jika itu terjadi kau orang pertama yang akan ku suruh menjadi saksi aku menembaknya." dia berlalu, mungkin mencari buku cara jitu atasi patah hati permanen sedangkan aku tertawa terbahak.
.
.

Selesai membelikan hadiah untuk Pinkan, aku mengajak Kyungsoo makan siang dahulu di salah satu cafe yang berseberangan dengan toko buku. Sedikit terik siang itu, maklumlah musim panas sedang berada di puncaknya.

"Selamat datang." sapa ramah pelayan cafe yang berdiri dibalik meja kasir.

Kami tersenyum dan beranjak ke lantai dua, tempat yang sedikit terbuka.

"Chris, aku rasa sebaiknya kemarin mengikuti saranmu saja." ujar Kyungsoo saat kami baru akan duduk.

"Maksudmu?" tanyaku tak mengerti.

Kyungsoo menunda menjelaskan, memilih memanggil pelayan dan meminta menu andalan kami saat makan di cafe ini. Aku masih menunggunya yang mau menjelaskan apa maksud dari pertanyaannya.

"Mau cerita enggak? Jangan wasting time deh." ujarku mulai bosan.

Kyungsoo menghela napas, heh memangnya beban apa yang dia emban sampai menghela napas seperti itu? Apakah dia akan disuruh menikah di China nanti?

"Bunda tahu yang soal ancaman si Kampret." jawabnya sebal.

"Oh, kampret jantan apa betina?"

"Enak aja, yang kampret cuma satu. Yang satunya princess." belanya sembari memasang eye wink.

"Jijik aku dekat kau Kyung. Sudah heartless, gila pula. Astaga." ujarku dramatis.

Plak...

"Luar biasa pukulan makhluk baper satu ini." sahutku sembari mengusap lengan yang kena tamparannya.

"Kau asal bicara ya, aku benar-benar sudah galau." omel Kyungsoo

Aku hanya menggeleng, heran dengan sahabatku. Sebegitu berartinyakah istri orang itu? Jujur saja aku kesal dengan kondisi yang sekarang. Benar-benar membuat semuanya rumit.

Pesanan kami datang, ayam dan ikan fillet kesukaan serta ice coffe berbeda rasa yang kami sukai. Kyungsoo akhir-akhir ini menyukai Americano dalam wujud dingin -jujur aku tidak tahu apakah ini menyalahi aturan mengopi pada umumnya- dan tentu saja aku memilih ice latte.

"Baiklah, aku akan menceritakannya." putus Kyungsoo.

Aku bersiap mendengarkan dengan saksama sembari menikmati fillet ayam yang selalu menjadi rebutan jika ada Kookie.

"Dia datang padaku saat dijemur di tengah lapangan. Menyerahkan minuman kesukaanku. Dan kau tahu apa yang lebih gilanya?" tanya dia retoris.

Aku menggeleng, tanpa mengurangi minat memotong makan siangku.

"Saat aku mengucapkan terima kasih layaknya murid kepada guru, justru ia meminta aku memanggilnya seperti kami dahulu masih memiliki kisah." jawab Kyungsoo.

"Dan kau pun menuruti permintaan gilanya." putusku.

Kyungsoo mengangguk, mengiris fillet ikan pesanannya. Memakan dengan perlahan agar terlihat benar-benar sedang kacau karena cinta.

"Kyungsoo, apakah kau akan terus seperti ini? Maksudku, kita sudah akan menghadapi ujian dan kau malah terpaku pada satu masalah yang sebenarnya terasa sepele jika kau mau menghadapinya secara dewasa." ucapku.

Kyungsoo hanya mampu menghela napas perlahan, melepaskan segala macam kegundahannya pada kisah cinta. Aku sengaja menyalakan musik, lagu dari boyband kesukaan Kookie. Love Is Not Over.

Mengapa kau terasa sangat jauh. Sangat jauh, hingga aku tidak bisa melihat dirimu?

"Hey, kau sengaja?" tanya Kyungsoo.

Aku tersentak heran, apanya yang sengaja. Lagunya memang cocok untuknya, dan aku berusaha menghibur.

"Entah mengapa, cinta itu menyakitkan bagiku." ujar Kyungsoo.

Aku selesai makan, sepertinya akan asyik menikmati makhluk kutub ini curhat. Sambil menyeruput ice latte ku naikkan sedikit volume music playerku.

"Dia tidak bisakah melihatku di matanya? Kenapa yang ada di matanya hanya Daniel. Tetapi tatapannya bukan karena cinta... Melainkan ketakutan."

Menyeruput ice americano, ku lihat ekspresinya yang sulit menerima bahwa kopi itu rasanya pahit.

"Dia berulang kali mengatakan selamat tinggal sebelum akhirnya kami berpisah. Tetapi sungguh aku tidak terpikir jika ia akan memilih menerima perjodohan yang menjadi penyebab kami berpisah."

"Kau benar Chris, aku harusnya tidak boleh begini. Tetapi aku hanya ingin dia mencintaiku lagi dan kembali ke pelukanku." ujar Kyungsoo lalu menghela napas kembali, frustasi.
.
.

Saat ku tolehkan kepala, ku lihat Stella berjalan menghampiri kami. Dia ini maunya apa sih, selalu saja ada di tempat kami sedang butuh me time. Tetapi saat kuperhatikan lagi, di salah satu meja, Kang Daniel sedang diam-diam mengawasi pertemuan ini.

"Kyungsoo..." panggil Stella.

Kyungsoo yang awalnya sedang menunduk setelah selesai bercerita, mendongakkan kepalanya. Seakan sedang memastikan bahwa yang memanggilnya adalah Stella -baby boo- miliknya dahulu.

"Boleh ku minta waktu kalian sebentar?" tanya Stella.

Heh, basa-basi sekali makhluk ini. Duduk tinggal duduk, kursi kosong juga masih ada baik di sisi kanan kiri kami.

"Mari kita akhiri ini semua Kyungsoo. Benar kata Chris, harusnya kau bisa melupakan aku yang sekarang telah menjadi milik Daniel." ucap Stella ringan.

Percakapan pertama telah dibuka Stella dengan mulus. Tidak ada reaksi berlebih dari Kyungsoo, tidak seperti awal-awal dahulu saat ia diputuskan oleh Stella.

"Kau, harusnya bisa mendapat yang lebih baik dari aku. Karena sejatinya I don't know you and you don't know me. Maka berpisah bukankah sudah sebuah kebaikan?" ujar Stella menjelaskan.

"Itukah sebabnya kau selalu berbohong nyonya Kang Myung Stella?" tandas Kyungsoo.

Stella merunduk, sedikit ku dengar ia terisak. Apakah dia menangis sungguhan? Atau itu hanya keperluan akting semata?

"Kau selalu begitu, membuat duniaku terhenti setiap aku melihat senyummu. Tetapi kau selalu begitu lagi. Berbohong dan akhirnya hanya mampu mengeluarkan air mata saja. Sudahlah, itu tak apa. Semua hal salah sudah terjadi. Aku menganggap perpisahan ini sebuah lelucon dan sebenarnya sungguh tragis, hahaha..."

Isakan Stella mengiringi tawa hambar Kyungsoo. Aku? Hanya obat nyamuk yang -kebetulan apes- menemani sesama mantan bertemu.

"Tetapi mendengar penuturanmu memang alasan kita berpisah sangat sederhana. Maka dengarkan ucapku kali ini dengan saksama Kang Myung Stella." tegas Kyungsoo.

Aku menunggu penasaran, begitupun Stella yang isakkannya sedikit mereda.

"Selamat tinggal adalah awal baru bagiku, dan akhir dari tempat itu bersamamu. Tetapi aku masih punya cinta yang abadi tersimpan untukmu." tutup Kyungsoo.

Ia mengajakku pergi dari cafe, meninggalkan perempuan itu sendiri dalam tangis sesalnya. Aku hanya menatap heran pada Kyungsoo, tumben dia bisa puitis.

"Terima kasih atas lagunya." ujar Kyungsoo padaku.

Dan aku hanya bisa tertawa, ternyata dia mendengarkannya sebelum Stella datang.

"Karena sejatinya cintaku padanya hanya tersimpa abadi tanpa pernah bisa membantuku keluar dari labirin tak berujung." ucap Kyungsoo lirih.

"Kau akan keluar dari labirin tak berujung itu, jika sudah saatnya." jelasku menyemangati.

Kami akhirnya beriringan pulang, berjalan menuju halte. Tidak ada lagi peduli kami pada kisah baru Kang couple. Yang ada hanya ChrisKyungShip.

***


Siapa disini yang pernah patah hati? Cung coba, angkat kakinyaa..

Hehehehe, Dio memang baru aja patah hati. Tetapiiii apakah selamanya Dio patah hati? Tunggu kelanjutannya yaa..

Jangan sungkan memberikan kritik, saran dan koreksi kalian kalau ada yang typo di tulisanku.

Terima kasih. 😉

Jakarta, 04 Januari 2019
Bianne205

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro