6 - The Star

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Np : Pinkan On Mulmed

***

Ponselku bergetar hebat ketika aku hampir tertidur di kaca jendela bus. Mengeluarkan ponsel dari saku jeansku, nama bunda menari-nari di layar ponsel. Kuhela nafas panjang sebelum menggeser tombol hijau.

Tertampang wajah bunda yang sumringah dilayar ponselku "Hei, baby boy! Sedang dimana kamu nak?"

Sialnya aku lupa membawa headset "Didalam bus Bun.."

"Sudah makankah baby boyku sayang?" Dengan nada yang terkesan seperti berbicara dengan balita.

Kulirik Christian yang menahan tawa dengan sebelah tanganya. Ck, beginilah Bunda selalu lebih memilih video call daripada menelpon. Mengenai Christian yang melayangkan tatapan geli, kubuang dia ke rumah Pinkan tengah malam nanti.

"Sudah Bun... Bunda sendiri?"

Bunda berpikir sejenak "Bunda belum makan dua kali nak." Lalu tawanya pecah

Dan aku sama sekali tidak berminat tertawa, aku melirik sekitar bus yang mulai diam-diam memperhatikanku. "Bun.. Dio telpon bunda sesampai dirumah ya?" Tanyaku cepat.

Bunda mencebikan bibir "Bunda ingin bicara sekarang." Wajahnya berubah serius detik kemudian.

Kuhela nafas panjang dan bertanya "Ada apa Bun?"

"Kenal dengan Pinkan Stellarosaline nak?"

Aku dan Christian sama-sama menoleh. Dan kami sama-sama melenguh. Bencana apa ini? Pinkan menemui Bunda? Fangirl Christian yang satu itu memang harus diberikan penghargaan atas kegigihannya. Setelah berusaha mendekati mamanya Chris dengan menguntit mamanya Chris setiap belanja di supermarket. Bahkan Anak-anak Tante Park mungkin tidak hafal jadwal belanja ibunya. Kini ia mendatangi Bunda. Dan aku tidak paham apa tujuannya?

"Iya Bun.. fangirlnya Christian yang terhormat." Jawabku yang membuat Christian mendesis.

"Ah ya, dia datang ke butik untuk membeli gaun pesta ulang tahunnya yang diadakan besok malam." Jelas Bunda "Coba berikan ponselmu pada Christian."

Christian mengangkat sebelah alis saat aku menyodorkan ponsel diiringi senyum iblisku.

"Sore Tante..." Ucap Chris dengan senyum sopan

"Nah kan, wajar saja Pinkan beli gaun Bunda yang harganya fantastis." Bunda berdecak kagum "Chris, kamu itu kharismatik."

Lantas Christian tertawa garing.

"Oh iya nak, kamu diundang Pinkan ke acaranya kan?"

Christian mengangguk pelan "Iya.. Tante."

"Jangan panggil Tante man... Panggil Bunda. Be u Bu n de a da. Bunda" Bunda menampilkan cengiran dengan sederet gigi putihnya.

Aku menyenderkan kepala di kaca bus meratapi nasib. Christian sudah bersahabat denganku sejak kecil dia pasti wajar dengan sikap Bunda. Tapi penumpang bus? Neptunus tolong tenggelamkan aku ke Bikini Bottom.

"Iya Bunda, Chris di undang ke acara Pinkan." Yang aku tahu Chris memaksakan seulas senyum.

"Kamu harus datang nak, Pinkan itu gadis yang cantik dan ceria tidak baik-baik kau sia-siakan man..." masih dengan cengiran usilnya "Ajak Dio ya nak? Kasihan anak bunda yang satu itu harus segera move on." Bunda berbicara setengah berbisik yang tentu saja aku masih mendengarnya dengan jelas.

Kubenturkan kepalaku ke jendela bus frustasi "Bun..." Ucapku

"Sssstttt... Dio tidak sopan menyela pembicaraan bunda dengan Chris."

Damn! Malaikat pencabut rumput, maksudku pencabut nyawa tolong cabut nyawaku detik ini.

"Nanti mampir dulu ke butik bunda ya Chris."

"Iya Bunda."

"Oh ya, tolong seret Dio kalau dia mengajakmu membantah bunda, oke?"

Chris menyeringai mengacungkan ibu jarinya.

"Okay, see you later baby boys."

Christian menyerahkan ponsel dengan raut muka bak disambar petir, aku masih bersandar pada kaca bus.

***

Pria yang memasang jam dipergelangan tangannya, kini sudah mengenakan jas yang terpaksa diambilnya dari butik milik ibu sahabat karibnya. Begitu pun sebuah kotak dengan bungkus kado berwarna baby pink di atas nakas, mamanya dengan sukarela membungkusnya. Semua seperti sudah diatur dalam skenario yang apik. Christian tidak pernah menghadiri pesta nonformal. Ya, kecuali pesta yang diadakan keluarga besarnya atau rekan kerja papanya. Tapi tidak masalah, Christian ingin menghargai Bunda Kyungsoo yang memberikan jas, juga mamanya yang sukarela membungkuskan kado serta si pemilik acara.

Klakson mobil menggema didepan rumahnya. Dan ia tahu itu pasti Kyungsoo dan bundanya.

"Omegoooosh, bang... I lose my words." Ucap Kookie sembari memasuki kamar berdecak kagum pada kakak keduanya.

Christian tidak menanggapi pujian adiknya ia hanya tersenyum kecil dan mengacak-acak rambut adik kecilnya itu yang baru saja setengah tahun melepas seragam SMP-nya.

Pria itu menuju ruang tamu dengan kotak berwarna baby pink ditanggannya. Wanita separuh baya yang tidak bukan adalah mamanya memberikan pandangan takjub pada putra keduanya itu. Ia merapihkan kerah jas putranya keduanya itu.

"Putra mama sudah besar ternyata.. mama jadi merasa semakin tua." Ujarnya sambil tertawa kecil

"Aku ijin pergi ya ma.." Christian tersenyum simpul pada mamanya

"Aku juga ijin pergi ya ma..." Kookie muncul dari kamar dengan jas yang senada dengan Kyungsoo.

"Ah, benar dugaanku jas yang kupilihkan begitu cocok untuk mereka." Ucap Bunda Kyungsoo ketika memasuki rumah lalu menyikut tangan mama Christian.

Para wanita spesial itu saling bertatapan lantas tertawa kecil. Persahabatan diantara Christian dan Kyungsoo berawal dari persahabatan mereka sejak menjadi teman kuliah. Tak jarang mama Christian memberikan karya designnya untuk butik milik bunda Kyungsoo.

Kyungsoo yang berdiri diambang pintu sambil melempar-lempar kunci mobil ditangannya mulai khawatir jika para wanita spesial itu akan menyelenggarakan coffe talk sampai besok pagi. Baik Kyungsoo maupun Christian lebih senang memakai kendaraan umum dibanding mengendarai mobil, terkecuali mungkin ketika mereka memasuki lingkup university life.

Sebelum memasuki mobil terjadi 'gunting batu kertas' diantara Christian dan Kyungsoo untuk menentukan siapa supir perjalanan berangkat dan pulang. Kookie tidak ikut dalam kesepakatan ini karena umurnya yang belum cukup, jadi dia hanya membiarkan dua abangnya itu sambil mengunyah keripik dikursi belakang. Dan Kyungsoo pun menjadi supir perjalanan menuju rumah Pinkan Stellarosaline si Fangirl Christian yang berhasil memboyong Park Christian Jimin ke pestanya dengan berbagai macam taktik dan tipu daya.

Volvo S90 pun melesat melintasi jalan raya yang tidak terlalu ramai dibawah cahaya lampu jalanan berbentuk bulat kuning, diiringi Thats what you get milik Bruno mars penyanyi favorite Kyungsoo yang menggema didalam mobil.

***

Bola matanya berkeliling menyusuri setiap wajah yang ada didalam ruangan ini. Pinkan, nama gadis itu. Ia terus menerus meremas gaun brokat prancis baby bluenya, dan menggigit bibirnya saat berulang kali ketika tidak menemukan sosok yang dicarinya. Ada banyak rasa kecewa yang menggantung dalam rongga hatinya. Banyak kado yang ia terima hari ini, dekorasi rumahnya pun sudah sesuai dengan apa yang ia mau tanpa ada sedikit pun sentuhan warna favoritenya, namun kenapa ia merasa sangat kacau detik ini?

Langkahnya mendadak seberat menyeret kapal pesiar dikakinya. Sambil terus memaksakan seulas senyum kepada teman-teman dan Kakak kelasnya yang hadir, gaun pestanya mungkin bisa saja sangat kusut karena ia terus meremasnya. Detik ini ia sungguh tidak peduli lagi dengan gaun pesta selutut yang ia beli di butik KyuRin's Collection. Gaun cantik yang membungkus tubuh moleknya atau make up natural yang terpoles di wajah anggunnya tidak berarti apa-apa tanpa kehadiran sosok itu di ruangan ini. Bahkan mungkin besok dia akan langsung membungkus gaun dan high heels silver barunya ini untuk dibawa ke panti asuhan.

Mungkin Pinkan terlalu berharap sejauh ini. Berharap seorang Park Christian Jimin yang mengenalkan diri sebagai mantan ketua OSIS angkatan ke-25 saat masa orientasi siswa sudi untuk datang dan mengucapkan selamat ulang tahun padanya seperti orang-orang yang hadir disini. Pinkan dan Christian berada di satu sekolah yang sama namun Christian terasa jauh untuk dapat diraih oleh seorang Pinkan Stellarosaline.

Entah sudah berapa juta kali ia menghela nafas panjang. Mata caramelnya menatapi high heels yang membalut kaki jenjangnya. Sebuah rasa yang bernama kecewa terus menggerogoti hatinya.

Aku tidak mengharapkan hadiah darinya. Aku hanya ingin dia datang dan berbicara banyak padaku. Setidaknya dihari ulang tahunku.

"Selamat ulang tahun Pinkan..." Suara yang sangat familiar bagi ingatannya.

Lantas Pinkan langsung mengangkat wajahnya dan mengerjapkan mata caramelnya beberapa kali. Mata caramelnya bahkan menemukan pria itu menyodorkan sebuah kotak berbungkus kado warna favoritenya.

Satu detik.

Dua detik.

Butuh tiga detik untuk seorang Pinkan Stellarosaline menyadari Park Christian Jimin berdiri dihadapannya dengan sebuah kado. "Terimakasih kak Chris, aku senang Kak Chris mau hadir ke acara ini.." jawabnya tanpa terbata sedikit pun diiringi senyum yang mengembang diwajah kaukasoidnya.

Pria itu mengangkat sebelah tangannya, menyeka cairan bening dari mata caramel dipipi Pinkan tanpa gadis itu sadari. "Sebegitu berharganyakah kehadiran seorang Christian?" Berikutnya tawa kecil menghiasi wajah Mongoloid pria itu.

"Mohon maaf atas ketidaknyamanan disini, aku mewakili Park Jeon Jungkook manusia nista lainnya yang hanya ingin mengucapkan selamat pada pemilik rumah." Ucap pria bernama Do Kyungsoo sahabat dari pria yang begitu ia kagumi.

Kali ini Pinkan tidak ingin berdebat dengan pria yang konon katanya adalah mantan ketua MPS  (Majelis Permusyawaratan Siswa) terkenal dengan pembawaan sedingin es kutub utara. Gadis itu mengulas senyum kepada dua pria tersebut serta menerima kado yang diberikan Christian.

"Oh iya, untuk kadoku dan Kookie kami titipkan di penerima tamu." Kata Kyungsoo sambil berlalu mengikuti Kookie yang sudah berdiri di depan meja prasmanan di sudut ruangan.

Ah ya, masalah makanan memang nomor satu untuk pria bernama Park Jeon Jungkook, maka pria itu pun lebih memilih diwakilkan dalam masalah ucapan selamat untuk Pinkan.

"Mungkin.. untuk seorang Park Christian Jimin itu adalah hal sepele. Tapi tidak untuk seorang Pinkan Stellarosaline." Pinkan menjawab pertanyaan Christian yang sempat tertunda.

Christian mengangguk dengan senyum yang tidak hilang dari wajahnya. Kali ini Best Part milik Daniel Caesar ft. H.E.R. menggema di ruangan.

Untuk pertama kalinya Pinkan bisa menyentuh tangan seorang Christian. Gadis itu membawa Christian ke balkon ruang tamunya.

"Ingin bicara?" Tanya Pria itu tanpa menolak ajakan Pinkan.

"Aku tahu Kak Chris tidak suka kebisingan." Kata Pinkan setelah mereka sampai di balkon.

"Seberapa banyak yang kau tahu?." Kali ini mereka berdiri berhadapan.

Pinkan terdiam sejenak melirik kanfas milik Tuhan yang dipenuhi taburan berlian. "Sebanyak itu mungkin." Ia menunjuk ke arah langit diikuti pandangan Christian.

"Termasuk warna gaunmu?." Memandangi gaun yang dikenakan oleh gadis itu.

Pinkan tahu selain warna hitam, pria yang kerap disapa Chris itu menyukai warna baby blue. "Kurasa aku tidak perlu menjawabnya."

"I know it and you look so beautiful tonight. I mean, not because of my favorite colour but just the way you are."

If life is a movie and you're the best part..

Detik itu Pinkan merasa kakinya tidak lagi berpijak di bumi karena sudah meleleh seperti ice cream dimusim panas. Ini pasti mimpi yang indah, pertama Christian datang di hari ulang tahunnya dengan kado, kedua ia dapat menyentuh tangan Christian, ketiga Christian memujinya.

Tuhan masih adakah ke empat dan selanjutnya malam ini? Batin Pinkan

Jentikan tangan Christian mengembalikan Pinkan ke dunia nyata. Gadis itu menemukan Christian yang tertawa kecil setelahnya. "Kupikir aku mendapatkan jawaban terimakasih atas pujianku."

"Urmh..." Gadis itu meringis "Thank you, kak."

"Oh iya, aku sedang tidak merayumu. Kupikir kau memang cantik dan penuh talenta. Aku berharap kau memiliki ambisi mengejar cita-citamu melebihi ambisimu mengejarku."

Terpaan angin malam kini justru membuat pipi gadis itu menghangat. Rona merah mulai menjalari wajah kaukasoidnya. "Aku ...tidak tahu harus menjawab apa, kak."

"Jangan gugup... Park Christian Jimin hanyalah manusia biasa sepertimu. Just do it."

Gadis yang memiliki mata caramel itu mengangguk kecil "Can i?"

Christian mengangkat sebelah alisnya.

Meski sudah memakai high heels Pinkan tetap harus berjinjit supaya bibir mungilnya mencapai pipi Christian. Sedetik namun seperti bisa mengikis habis bongkahan meteor yang jatuh melintasi mesosfer.

***

.
.

Hayoooo... Mas Christ di kisseu sama mbak Pinkan 😘😘

Adakah yang deg-degan? Wkwkwkwk.. Jangan ditiru yaa adik-adik sayang, hanya boleh dilakukan oleh mereka yang sudah berlabel halal..

Ah iya, aku enggak akan bosan mengingatkan kalian untuk selalu memberikan masukan atas karya ini. Karena aku tahu ini masih jauh dari kata sempurna.

So, jangan sungkan memberikan kritik, saran dan koreksi kalian kalau ada yang typo di tulisanku.

Salam gemash,

Jakarta, 05 Januari 2019
Bianne205 😉

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro