Dunia Akan Berwelas?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Brukk

Seseorang menubrukku begitu aku baru saja tiba di gerbang desa. Dia, anak kecil berusia sekitar 5-7 tahun, terjatuh.
Aku menawarkan tangan untuk membantunya berdiri, ia menatap wajahku sebentar yang membuatku malu tetapi langsung menerima tanganku dan memelukku. Aku pun langsung menerima pelukan itu dan menggendongnya. Ia meminta diangkat.

"Selamatkan kami," bisiknya di telingaku lalu kudapati ia pingsan.

Aku menatap Kael yang berada di sebelahku lalu menyaksikan apa yang ada di hadapanku.

Orang-orang tertidur di jalanan, beberapa di antaranya menutup rapat pintu rumah dan terlihat mengintip ketika kami melaluinya. Aku tidak mengerti maksud dari ledakan mana, kenapa lebih terlihat seperti wabah yang mengkhawatirkan?

Maksudku, lihat, orang-orang yang tertidur di sepanjang jalan. Tubuhnya membiru dan semakin lama, semakin banyak orang yang tergeletak di jalan dengan tanda biru keunguan yang menjalar di tubuhnya. Aku tidak mengerti apa itu tetapi itu mengarah pada satu tempat. Gereja desa ini yang terletak di jantung desa.

Biasanya para penyihir tidak dapat masuk karena gereja dilingkupi oleh kekuatan suci. Namun, yang kami temukan adalah banyak jejak mana yang menggumpal tetapi tidak diserap siapa pun dan mengambang di sana. Ada juga beberapa orang terkapar dan kursi kursi panjang gereja berserakan. Orang suci tidak punya mana, jadi jelas itu bukan ulah orang suci seperti pendeta dan lain-lain.

"Ini sudah jelas seperti ritual pembangkitan," kata Kael lirih yang kemudian melarangku masuk ke sana. Hanya ia yang masuk ke dalam gereja dan kemudian menutupnya.

"Erm."
Anak kecil yang beratnya separuh badanku ini perlahan bangun dan ia kemudian mulai menangis dan mengaduh kesakitan.

"Sakit, ini sakit." Dia menunjukkan perutnya. Kupikir ia kelaparan karena sepertinya ia adalah anak gereja yang biasanya anak yatim piatu kurang makan. Namun ketika aku membuka perut anak perempuan ini--sebelumnya kukira dia laki-laki karena rambut cepaknya, aku melihat tanda keemasan dan bercak keunguan di sana. Aku tidak tahu apa itu tetapi aku merasa harus segera menyembuhkan anak ini. Anak ini punya kekuatan suci sedangkan dia terkena ledakan mana, aku yang tidak tahu harus berbuat apa, segera membuka pintu gereja dan meminta tolong Kael.

"Kael, tolong. Tolong anak ini dulu. Dia sepertinya terkena ledakan tetapi dia juga memiliki kekuatan suci."

Aku melihat Kael di sana tengah berada di lingkaran sihir yang ia perbuat. Lingkaran itu bersinar berwarna ungu tetapi berangsur padam

Dia langsung berlari mendekat padaku untuk melihat anak atau bisa kubilang adik kecil ini.

"Dia punya kekuatan suci."

Aku mengangguk cepat dan segera meminta tolong padanya untuk melakukan sesuatu dengan mana ungu yang ada di tubuhnya.

Aku tidak tahu apa yang dilakukan Kael, ia membaringkan adik kecil itu di tanah dan memegang kakinya. Adik itu kemudian semakin kesakitan.

Namun tidak hanya adik itu, ada Kael yang ikutan kesakitan. Aku memegang tangan Kael dan seperti ada arus listrik sesaat. Itu menyakitkan. Aku tidak bisa menghentikan mereka berdua. Namun ketika aku melihat raut muka keduanya yang mulai memucat dan aku pun menjadi ketakutan setengah mati berusaha memisahkan mereka dengan menarik jauh Kael.

Kael akhirnya tersadar dan ia kemudian menatapku marah, dan di sana aku melihat adik kecil itu tersadar meski masih dalam kondisi lemas.

"Tolong jangan lakukan itu lagi, itu bisa membunuh salah satu dari kita bertiga, atau mungkin sudah."

Aku tergemap dan mendekati adik kecil itu. "Ka-kak. Ini sudah tidak sakit lagi. Te-terimakasih."

Aku memegang tangannya yang tiba tiba terkulai. Dan seperti sambaran petir, aku menyadari telah melakukan kebodohan ketika ia memejamkan mata.

"Adik, adik kecil, sadarlah. Kumohon sadarlah. Tidak adakah pendeta di sini? Tolong selamatkan dia."

Rasanya tidak karu-karuan ketika emosiku memuncak tetapi tidak ada apa apa di wajahku selain kerutan di wajah dan raut marah atau sedih yang memuncak.

"Aku mohon...." Aku memeluknya tetapi tidak ada keajaiban yang terjadi. Kael memberitahuku, ia akan membersihkan mana yang tercemar di sekitar sini dan tidak boleh diganggu. Sedangkan aku hanya terdiam, sembari memeluk adik kecil yang tidak kuketahui namanya ini sampai kehangatannya menghilang.

Setelah itu Kael menyuruh orang orang yang terkena ledakan mana itu untuk menghilangkan efek ledakan mana itu. Caranya dapat melewati proses menyakitkan bersama Kael atau menunggu bala bantuan dari negara suci yang punya lebih banyak orang-orang berkekuatan suci.

Katanya, cara memurnikan diri melalui Kael adalah melakukan penyedotan mana, kalau lewat kekuatan suci adalah pemurnian diri dengan sejenis penyucian. Cara apapun tidak masalah karena sama sama akan menyelamatkan nyawa dari akibat ledakan mana. Terlebih kata Kael ini ledakan mana pembangkitan raja iblis. Mananya tercemar raja iblis dan tiap kali Kael melakukannya, ia terlihat sangat kesakitan sekali. Aku merasa harus mengnetikannya.

Jadi sebelum ke pasien selanjutnya. Aku menghentikan Kael.

"Kita harus menguburkan anak kecil itu dan kau harus istirahat. Besok kita lanjutkan lagi. Ajari aku, biarkan aku ikut membantu."

"Tuan putri Minnie, Anda tak usah mengkhawatirkanku." Ia berkata demikian sembari menjabat tanganku dan mencium punggung tanganku.

"Aku tidak apa-apa, aku akan melakukannya sendiri. Tapi mari kita besok ke sini lagi dan sekarang kita menguburkan anak kecil itu."

Aku tidak tahu apa tujuannya sampai mengungkapkan identitasku. Yang jelas aku marah ketika semua orang juga jadi menyadari warna rambut perakku.

Aku mengangkat adik kecil yang tergeletak kaku tak jauh dari kami menyembuhkan orang dan kata orang setempat sebelumnya mereka juga tidak tahu siapa nama anak kecil itu. Dia baru saja datang ke sini dan bergabung sebagai anak gereja--bentuk lebih kecil dari panti asuhan yang dibiayai oleh gereja.

Kami menguburkannya di belakang gereja, Kael mencangkulnya dengan kekuatan sendiri, tidak menggunakan sihir karena sepertinya ia sudah kelelahan sekali.

Sebelum menguburkannya aku sempat membersihkan bagian luar pakaiannya, dan aku menyadari sekali anak ini memiliki potensi kekuatan suci yang besar--terlihat selain tanda di perut ada tanda lain di bagian dalam lengannya. Kalau saja aku tidak menghentikannya. Kalau saja....

"Pada dasarnya tidak ada yang bisa diperbuat, itu karena kekuatan sucinya terlalu kuat, harusnya ia dimurnikan dengan kekuatan suci saja. Aku juga tidak menyangka dia sekuat itu."

Kael menenangkanku. Ia menjelaskan kalau orang yang berkekuatan suci hebat memang tidak boleh bersentuhan atau berdekatan dengan pengguna sihir, sekalipun bukan sihir murni seperti milik raja iblis. Sihir apapun itu, ia akan kesakitan. Jadi, ia murni memang harus disucikan oleh kekuatan suci. Tidak bisa sembarangan diserap mana sihir yang masuk atau mengenainya itu. Sejak awal, ini bukan kesalahan siapa-siapa. Namun, tidak bagiku. Aku merasa sangat bersalah.

Setelah itu kami pulang, dan melanjutkan rutinitas untuk menyembuhkan semua warga desa Ironbrook itu keesokan harinya. Itu berlangsung setahun dan Kael benar-benar tidak mengajariku atau membiarkanku mengetahui cara menyerap mana tercemar itu. Sesekali aku tahu ia muntah darah tetapi ia benar-benar menolak dibantu. Ia hanya menyuruhku untuk sampai memisahkan orang yang memiliki kekuatan suci dan tidak.

Aku tidak keberatan dengan pekerjaanku, tetapi aku keberatan karena melihatnya begitu kesakitan tiap usai memyembuhkan orang dan itu membuatku marah. Kemarahan itu juga berlangsung satu tahun lamanya. Kami tidak banyak bercakap-cakap atau cukup peduli setelah itu. Salahkan dia yang terlalu egois.

Sampai suatu hari ada surat datang dari burung pembawa pesan ke gerbang menara. Aku ingat betul kalau ini bukan hari pengiriman pesan dari Kak Willy. Dan begitu aku membuka pesannya.

Aku langsung berlari ke lantai paling atas menara.

"Huft, huft Kael. Kita harus berbicara," kataku di ujung tangga sembari memegang pegangan tangga.

"Aku tahu, duduklah."

Kael menjetikkan jari dan muncul kursi kecil yang bisa kududuki di depan meja kerjanya. Ia tengah duduk di kursinya, dan memegang kepalanya.

"Kita sudah menunda membicarakan ini terlalu lama. Terlebih ada variabel lain dan membuat pertunangan kakakku datang terlalu cepat!"

Aku memikirkan berbagai hal penyebab yang membuat ini terjadi lebih cepat lalu mengambil satu kesimpulan.

"Kael." Aku memanggilnya pelan. Ia mengerti maksudku.

~
1246 kata

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro