Seorang Pulung Andal

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Usai menghadapi fakta bahwa ada sejarah mengenai raja spirit dengan pendahuluku sekarang aku jadi mengerti kenapa keluarga kami tidak akan pernah bisa pergi ke tanah suci atau berurusan dengan gereja. Darah kami selamanya akan memiliki mana yang artinya kami bisa sihir.

"Tunggu, jika leluhur kami pernah memiliki kisah dengan leluhurku. Dan terlebih ia yang mengutukku. Bukankah itu artinya aku masih bisa mencabutnya asal menemui raja Spirit dan memohon padanya mengingat pendahuluku pernah berhubungan dengannya?"

"Tidak bisa." Kael menepisnya dengan singkat sembai memakan kue kacang di hadapannya pada suatu hari di hari liburku.

"Justru katanya karena kalian lah. Raja spirit menutup akses dengan manusia mana pun dan hanya bisa berkomunikasi dengan pemimpin menara penyihir."

"Lagipula ini juga untuk keamanan spirit yang agar tidak dengan mudah diperbudak manusia, meski beberapa di antaranya ada yang menjalani kontrak dengan manusia secara sukarela."

Aku pernah mendengar demikian, terkadang ada beberapa manusia yang memiliki kontrak dengan spirit yang menjadi familiarnya dan biasanya mereka sangat berteman baik.

"Dan aku beberapa hari yang lalu--saat kau latihan, dipanggil raja untuk membicarakan soal dirimu yang menjadi muridku di menara penyihir."

Aku tak berani menatap matanya karena aku juga belum mengatakan apapun pada Kael.

"Percuma kau mengalihkan matamu. Aku masih bisa mendengarnya."

Aku kemudian kembali menatap matanya itu dan sayup sayup tidak ada pilihan lain untuk mengatakan maaf.

"Ma-maaf, harusnya aku membicarakannya terlebih dahulu padamu."

Dia sedikit tersenyum, "Kau sudah sedikit berubah ya."

Aku kini menatapnya tajam seolah menyesal mengutarakan maaf barusan aku melengos membuang mukaku.

"Kau dapat pergi ke sana saat usiamu 12 tahun. Sebelum itu, kau harus menyelesaikan semua yang ada di sini."

Aku terdiam, teringat dengan beberapa hal yang terjadi di masa depan. Kalau aku pergi, bagaimana aku mengatasi dan mencegah beberapa hal itu.

Rasanya kalau teringat itu aku akan menangis, meski kini tidak bisa. Tetap saja. Rasa sakit di dada itu ada.

"Akan kubantu. Sudahlah, kau jangan bersedih."

Kael tiba-tiba menyodorkan buket bunga primrose kuning di hadapanku. Aku menerimanya dengan kikuk yang padahal langsung memgubah suasana hatiku.

"Sebenarnya, kenapa buah tangannya bunga terus? Padahal bisa apapun?"

Aku melihat-lihat bunga cantik yang terbungkus buket rapi ini.

"Kudengar para gadis suka bunga, dan ya, di sekitar menara penyihir banyak bunga liar yang tumbuh."

Mendengarnya bunga liar, sedikit melorotkan kesenanganku. Namun, aku jadi terpikir itu berarti menara penyihir memiliki bunga-bunga liar dan yang cantik dan tak kalah dengan bunga di taman-taman ini. Aku jadi tak sabar ke sana.

"Kau harus belajar dasar dengan baik di sini dulu. Kalau kau tidak mau hanya sekadar jadi orang yang membersihkan saja di sana. Kau tahu sendiri kan. Aku baru saja suksesi, masih mengumpulkan orang lagi."

Dia tertawa bahagia setelah mengerti pikiranku, tetapi tiba-tiba ia mengubah sikapnya mendadak dan menatap ujung taman ini. Dari sana aku melihat Yang Mulia Ratu berjalan kemari diikuti beberapa pelayannya.

"Aku mendengar kalau Tuan Kael sedang berbincang dengan putriku. Wah, ini memang hari yang cerah untuk minum teh. Bolehkah aku bergabung Putri?" katanya begitu sampai di hadapan kami sembari pelayan di belakangnya menenteng tas yang kuduga adalah kue yang sudah dipersiapkan.

"Dengan segala hormat yang Mulia. Hari akan terasa lebih cerah dengan bergabungnya anda menikmati minum teh ini." Aku berdiri dan memberi hormat kepadanya, diikuti oleh Kael yang dari sudut mataku kulihat telah memberi hormat yang benar.

Suasananya cukup tegang, ketika yang Mulia ratu memilih duduk di hadapanku dan bersampingan dengan Kael. Aku tidak mengerti mengapa ia memilih demikian di meja bundar ini. Yang jelas maksud dan tujuannya sudah mulai terlihat ketika ia menanyakan satu hal ini selain semua kalimat-kalimat pengantarnya.

"Kira-kira kapan yang mulia putri bisa segera mengabdi di menara penyihir?"

"Sesuai umur legalnya ketika ia sudah bisa dianggap cukup dewasa."

"Oh, 12 tahun ya. Dan kira-kira pengabdian itu berapa lama ya biasanya?"

"Itu tergsntung kehendak yang mulia putri. Yang mulia."

Yang mulia ratu langsung menatapku yang sedari tadi hanya meminum teh menerima kekikukan ini.

"Kau tidak akan meninggalkan Ibumu ini terlalu lama bukan? Kakakmu akan segera dinobatkan sekitar dua-tiga tahunan lagi. Kau tentu tidak akan melewatkan acara penobatannya kan?"

Aku mengerti maksudnya. Seperti lihatlah baik baik kalau tidak ada di antara kakakku atau kak Johan yang akan menjadi calon putera mahkota kecuali pangeran Ernest. Aku tahu betul maksudnya. Ini semua karena Ayah lebih menyenangi kakakku daripada kak Johan yang suka berpergian dan yang mulia ratu takut Ayah akan mensuksesikan Kak Willy karena kami semua tahu pangeran Ernest seperti apa. Tidak ada bakat apapun dalam sihir maupun pedang, hanyalah sedikit kemenonjolan di taktik perang.

Setelah itu yang mulia Ratu lebih banyak mengobrol dengan Kael yang kini terlihat sangat hormat pada yang Mulia Ratu. Jauh berbeda denganku. Bagaimana pun juga jiwaku telah berusia 17 tahun, lebih tua darinya tetapi mengapa ia berani seperti itu.

"Bukankah kita teman?" katanya di kepalaku yang membuatku menyadari ia menoleh padaku.

Aku kikuk langsung menyeruput tehku cepat-cepat sembari mengangguk sedikit, dan mereka pun melanjutkan obrolannya. Tanpa aku yang larut dalam teh seperti gula.
~

Sebenarnya bukan karena waktu yang terlalu cepat juga, karena tiba-tiba aku sudah masuk usia 12 tahun. Pesta ulang tahunku juga menjadi pesta debutku yang sederhana. Hal ini membuatku secara tidak langsung menyatakan aku tidak akan terjun di sosialita para gadis karena undangan ulang tahunku yang ke-dua belas hanya sedikit orang yang kuundang dan ya aku mengumumkannya di sini--aku hanya mengundang orang-orang yang pernah mendatangiku terlebih dahulu di masa lalu. Kenyataannya memang betul demikian. Sedikit sekali orang yang tertarik padaku di pesta debut kerajaan dulu sebekum perulangan. Mereka kebanyakan tidak tertarik padaku karena aku pada dasarnya berasal dari bangsawan tingkat rendah--dari garis ibu--terlebih tidak ada di garis suksesi.

Hadiah kali ini lebih wah daripada hadiah setahun yang lalu--tahun lalu lebih mengarah mengenai kesehatanku. Hadiah tahun ini lebih terkesan seperti perpisahan. Kak Willy memberikanku kupon menyuruhnya satu hari, apapun itu. Pangeran Ernest akhirnya memberikan hadiah yang agak betul. Ia memberikanku boneka beruang dengan mata dari ruby. Dan kak Johan memberikanku tiara kecil yang batu-batuan indahnya didapat dari hasil berkelana lagi. Batuan langka yang tidak kuketahui namanya tetapi membuat tiara kecil yang kudapat ini sangat indah.

"Aku tidak bisa memakainya lagi," kataku.

"Adikku bisa memakainya saat kembali ke sini nanti. Agar adikku tak lupa kalau dirinya adalah putri kerajaan Swewschtein ini."

Langsung kupeluk kak Johan dan berterimakasih padanya. Begitu oesta berakhir. Sofia di kamar menangis memelukku. Selain pesta debut, itu juga berarti hari perpisahanku dengan pengasuhku. Sofia.

"Yang mulia, saya akan sering mampir ke menara penyihir nantinya," katanya diselingi tangisan. Rasanya ingin ikut menangis tetapi aku tidak bisa jadi aku hanya memeluknya sembari menenangkannya dengan mengusap-usap punggung.

"Sofia, tidakkah ingin bertemu dengan cucunya? Aku tahu kalau tahun ini cucumu telah lahir tetapi kamu belum sempat menengok barang sedikit pun. Pulanglah dan bermain bersama cucumu. Nikmati hidupmu Sofia. Terimakasih karena sudah merawatku."

Sofia malah menangis hingga menjadi-jadi. Aku tidak bisa menenangkannya sampai aku menerima janjinya untuk diizinkan menengok di menara penyihir.

Aku tidak ada pilihan lain dan mengizinkannya untuk mengunjungiku sewaktu-waktu di menara penyihir. Dan ketika kereta kudaku berangkat, aku juga melihat Sofia dengan kopernya berjalan melambaikan tangannya padaku.

Kini keretaku mengarah ke menara penyihir untuk mengabdi sekaligus menyusun rencana. Kata Kael, ia akan membantuku terlepas dari Kak Willy yang saat ini sudah bergerak dalam bayangan mencari informasi tentang pemberontakan, dan Ibu yang mengawasi keadaan istana untuk mencari tahu siapapun yang mencurigakan sekaligus menjaga kak Willy ketahuan.

Ibu dan Kak Willy sudah kupamiti sebelum berangkat, mereka tidak menangis karena tahu tujuan kami masing-masing. Tenggat waktu sudah dekat dan aku harus beranjak bergerak sebisa mungkin. Selain itu mereka juga percaya pada Kael setelah kuyakinkan, terlepas masih tidak kuketahui masalah antara Raja Spirit dengan leluhurku. Kael masih bisa dipercaya.

Rupanya lokasi menara sihir benar-benar jauh dan terpencil. Harus melewati lubang lompatan yang dibuat khusus olehnya. Dan begitu sampai pun tidak ada apapun kecuali hamparan bunga liar dan satu bangunan tua yang menjulang di sana. Di depan pintu kayu besar menara penyihir, aku diturunkan oleh kusir kuda dan disambut oleh Kael dengan buket bunga.

Kali ini buket bunga daffodil berwarna kuning.

Aku tersenyum dan menerimanya. Sudah cukup terbiasa dengan semua bunga yang ia berikan, karena aku jadi mengerti kalau memang di sekitar menara penyihir banyak bunga liar cantik seperti ini. Sepertinya aku akan betah.

"Kalau kau sudah cukup menguasai sihir dasar, kau mungkin terselamatkan dari kehidupan pesuruh di sini," katanya tersenyum sinis padaku.

Aku jadi langsung sebal karena tahu ia pasti mendengarkan kepalaku. Nyatanya, ia masih sama saja dari dua tahun yang lalu. Meski ia tambah tinggi dan sedikit anu. Aku tidak mau memikirkannya.

"Tampan? Ingat di sini tidak ada orang selain aku dan kau. Jadilah berguna di sini dan tidak berpikir aneh-aneh," katanya lagi sembari mengajakku masuk.

Aku hanya tersenyum kecut sembari meremas buket bungaku. Sudah lama tidak ketemu, terakhir pun saat pesta teh dengan yang mulia ratu waktu itu. Aku tidak tahu alasannya kenapa ia tiba-tiba menolak semua undangan tehku dengan alasan sibuk.

Jika sibuk, kenapa tidak memiliki bawahan lain lagi?

"Tidak ada yang sesuai kualifikasi. Semua orang yang memiliki mana belakangan ini aneh. Mereka kebanyakan tercemar dengan kekuatan iblis yang parah. Aku tidak mau peristiwa suksesiku terulang."

Dia melengos begitu saja setelah menunjuki ruanganku di dalam bangunan tua ini. Ruanganku berada di dalam sihir ruang, karena bangunan tua ini sesuai namanya adalah menara penyihir. Jadi hanya ada menara dengan tangga melingkar dan ruangan yang terbentuk didapat dari dinding sekitaran tangga.

"Mana tercemar iblis?"

Aku terdiam cukup lama di kamar setelah mendengarkan ini. Rasanya aku pernah mendengar hal ini di suatu tempat. Meski aku tahu dasar dari sihir adalah iblis yang membutuhkan sesuatu sebagai balasannya, tetapi untuk hal seperti mana itu seperti diwariskan dan untuk saat ini itu sudah sangat jauh dari silsilah untuk dikatakan dasarnya sebagai iblis.

Jadi, mengapa ada mana tercemar iblis?

Memangnya raja iblis bangkit?

~
1629 kata
aku gatau ini terlalu lama atau enggak, tetapi akar masalah mulai kelihatan kok •^•


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro