Bab 7 - Hari Pertama Belajar Bersama-

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari ini adalah hari pertama Evan dan Hana belajar bersama, rencananya mereka akan belajar setelah pulang sekolah nanti dan untuk tempatnya. Mereka masih bingung mau di mana.

Setelah suara bel pulang sekolah terdengar, Evan segera memasukkan semua bukunya yang ada di meja. Hal itu membuat teman sebangkunya bingung.

"Mau kemana lo?" tanya Ari dengan wajah bingung.

Matanya menatap ke arah Evan, kemudian beralih pada tangan pria itu yang masih setia memasukkan buku ke dalam tasnya.

Mendengar pertanyaan sahabatnya, Evan hanya melirik sekilas wajah Ari dan setelah semua buku masuk ke dalam tasnya. Pria itu langsung beranjak pergi keluar kelas tanpa menjawab pertanyaan Ari.

Dengan langkah panjangnya, Evan pun sampai di depan kelas Hana dengan cepat. Pria itu bahkan sempat melihat Hana yang masih membereskan buku-bukunya dari luar kelas.

Tak butuh waktu lama, Hana pun keluar dari kelasnya. Wanita itu kemudian terkejut saat menemukan Evan yang sudah menunggunya entah sejak kapan.

"Loh, kok lo sudah di sini?" tanya Hana dengan dahi mengkerut.

"Hehe, iya. Tadi pas bel bunyi gue langsung ke sini."

"Oh gitu, ya udah. Mau belajar dimana kita?" tanya Hana sembari menatap ke arah Evan.

Pria itu hanya menaikkan bahunya dengan pelan seraya berkata "Terserah."

Evan juga bingung harus belajar di mana. Pria itu terbiasa belajar di ruang OSIS atau perpustakaan. Namun, dia tentu tidak mungkin mengajak Hana pergi ke ruang OSIS karena teman-teman OSISnya pasti akan meledeknya dan untuk perpustakaan, ruangan itu pasti sudah terkunci karena jam operasionalnya yang sama seperti jam sekolah.

"Ya sudah, ikut gue."

Hana menarik tangan kiri Evan dengan cukup kencang, hal itu membuat Evan seakan terseret. Namun, pria itu tidak mengeluh dan terus mengikuti kemana Hana membawanya.

Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah Cafe yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah. Cafe kecil yang sebenarnya sering Evan lalui jika turun dan pulang sekolah. Namun baru kali ini, dia mendapatkan kesempatan untuk masuk ke dalam cafe itu.

"Kita mau belajar loh, bukannya mau ngeCafe," ucap Evan dengan wajah sedikit kesal.

"Iya gue tau, tapi lo liat sekeliling lo. Banyak yang lagi belajar kan."

Memang benar, nyaris semua pengunjung cafe tersebut tengah belajar. Ada yang tengah membaca buku, ada juga yang tengah menulis dan ada pula yang tengah mengetik sesuatu di laptopnya.

Cafe tersebut sangat sepi dan hanya ada suara lagu yang terdengar. Hal itu tentu dapat membuat orang-orang yang ada di dalamnya dapat berkonsentrasi penuh untuk belajar.

"Ya sudah kalau gitu," ucap Evan mengalah.

Pria itu juga tidak memiliki saran lain untuk tempat belajarnya dengan Hana sehingga mau tak mau dia mengikuti apa yang wanita itu inginkan. Toh, dia sudah membayar Evan. Maka, Evan harus menurut padanya.

"Duduk di situ aja yuk," ajak Hana sembari menarik tangan Evan.

Tujuan mereka adalah sebuah meja dengan dua kursi di hadapannya. Tentu tempat itu sangat cocok buat Hana dan Evan belajar, jauh dari pengunjung lain sehingga mereka tidak perlu takut orang lain dapat mendengar perbincangan mereka.

"Duduk gih, terus pesen. Ntar sambil nunggu pesenan kita datang, kita bisa langsung belajar," jelas Hana dengan semangat.

Keduanya pun duduk saling berdampingan dan tak lama kemudian seorang pelayan datang untuk menanyakan pesanan mereka.

"Saya mau Matcha Latte, Mbak." ucap Hana setelah melihat buku menu Cafe tersebut.

"Lo mau apa?" tanya Hana pada Evan tanpa melihat wajah pria tersebut.

"Terserah aja," jawab Evan singkat. Pria itu kemudian membuka tasnya dan meletakkan beberapa buku di hadapannya.

"Ya sudah, chocolate smoothiesnya satu ya, Mbak."

Setelah memberitahukan pesanan mereka pada Pelayan, Hana kemudian mendekat ke arah Evan dan menatap wajah pria itu dari samping.

"Lo nggak alergi coklat kan?" tanya Hana tiba-tiba.

Evan menjauhkan dirinya dan menggeleng dengan cepat, "Enggak kok."

"Oke deh kalau gitu, yuk belajar."

Hana terlihat begitu semangat untuk belajar. Namun setelah nyaris setengah jam berlalu, wanita itu memohon pada Evan untuk beristirahat.

Kepalanya terasa seperti akan pecah sekarang karena Evan memulai belajar bersama ini dengan pelajaran matematika.

"Kita berenti dulu ya, Van. Pusing pala gue," rengek Hana pada Evan.

Pria itu akhirnya menghentikan penjelasannya dan menutup buku yang tadi dia baca. Buku pelajaran matematika yang cukup tebal itu berhasil membuat Hana menyerah.

Hana menidurkan kepalanya di atas meja dan mengarahkan pandangannya pada Evan yang kini tengah asik menyeruput chocolate smoothiesnya.

Pria itu tidak menyadari bahwa Hana tengah memperhatikannya. Namun, tiba-tiba tangan Hana terulur untuk memegang lengan Evan.

Tubuh Evan terlonjak dan membuat Hana tertawa lepas. Di sisi lain, Evan membuat ekspresi kesal di wajahnya. Baru kali ini, dia dikerjai seperti itu.

Tawa Hana tidak berhenti hingga beberapa saat, bahkan kini dia sampai memukul lengan Evan berkali-kali.

"Lucu banget sih, Lo. Kagetan banget haha."

Evan memperhatikan wajah Hana yang kini sudah berhenti tertawa.

"Seneng banget lo kayanya."

"Sorry, sorry."

Hana mengibaskan tangan di depan wajahnya. Entah kenapa saat tertawa tadi, wajahnya terasa memanas bahkan memerah.

"Mau lanjut nggak nih?" tanya Evan dengan wajah kesal.

"Nggak deh, sakit pala gue."

Hana kemudian menyenderkan tubuhnya ke dinding cafe, Evan yang melihat hal itu pun ikut melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Hana.

Cukup lama mereka saling terdiam sembari duduk berdampingan. Namun sebenarnya, Evan sangat ingin membuka pembicaraan sehingga dia beberapa kali melirik ke arah wanita di sampingnya itu.

Lirikan Evan ternyata cukup mengganggu bagi Hana, wanita itu kemudian menutup matanya

"Lo mau ngomong apa?" tanya Hana, seperti tau bahwa Evan ingin berbicara padanya.

Pria itu menutup bibirnya dengan rapat, dia bingung harus bertanya seperti apa.

Lama Hana menunggu jawaban Evan, wanita itu kemudian duduk dengan tegak dan membuka matanya.

Kepalanya menoleh pada Evan yang masih setia dengan posisinya, "Lo mau ngomong apaan sih?"

Kini, Hana dibuat penasaran dengan Evan sehingga dia berulang kali bertanya pada pria itu.

Wajah kesal Hana pun sudah menjelaskan bahwa dia kini tengah marah pada Evan.

Tanpa bertanya lagi, Hana merapikan buku-bukunya dan memasukkan buku tersebut ke dalam tasnya. Namun, belum sempat selesai wanita itu selesai.

Tangan Evan terulur untuk menahan pergerakan Hana. Mata cantik itu kemudian melirik sekilas tangan Evan yang berada di lengannya. Dia kemudian menarik tangannya dan berdiri.

Dipasangnya tas ransel itu dengan cepat, "Gue balik dulu."

"Jangan," ucap Evan menahan Hana. Pria itu bahkan sudah berdiri sembari menahan tangan Hana lagi.

"Ibu gue, mau ketemu sama lo."

***

Hayoloh, kira-kira Hana mau nggak ya bertemu dengan ibunya Evan?

Yuk, tungguin kelanjutannya besok🥰

***

Jangan lupa tinggalin jejak ya.

***

Terima Kasih.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro