IX. | Secuplik Asa di Euryale, bagian pertama

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Angia; 28 Februari, Y.1342


Sambil menunggu proses keberangkatan mereka ke Aira, skuadron Glacialis ditempatkan di Euryale, ibu kota provinsi Caelia. Mereka berempat sepakat untuk memeriksa perbekalan, mengecek perkiraan nautikal dan pelayaran setempat, juga mempelajari mengenai Aira.

Fiore tidak pernah ditempatkan di Euryale atau di kota-kota pesisir semacam ini, sehingga melihat bibir pantai yang begitu dekat dan ombak yang pasang-surut dalam beberapa waktu merupakan pengalaman baru baginya. Ekskursi Daerah mereka di Redcrosse saat masa pendidikan mereka diwarnai dengan kejadian yang tak terlupakan sehingga Fiore (dan tentu yang lainnya) tidak bisa menikmati suasana festival kala itu.

Mereka menempati sebuah rumah dinas yang tidak jauh dari Pelabuhan Sentral Euryale. Sudah seminggu mereka menetap di sana hingga akhirnya mereka dikabarkan akan naik jangkar esok hari di awal bulan Maret. Penantian mereka bukan berarti mereka dibebastugaskan, tentu mereka kerap membantu satuan Polisi Militer setempat apabila ada kejadian tertentu.

Kini mereka adalah Perwira Muda resmi dengan lencana kehormatan karena peran mereka di Perang Sipil Angia. Seragam baru mereka berwarna dominan biru, hampir mirip dengan pakaian mereka saat masih masa sekolah. Val memakai seragam berwarna putih karena dia komandan, katanya memang sengaja dibedakan untuk memperjelas pangkat.

Posisi mereka yang menjalankan sebuah misi khusus juga mengundang tatap iri dari beberapa personil, seakan mereka memanfaatkan kedekatan mereka dengan Pemegang Kitab Kejayaan Hampa yang merupakan Instruktur mereka sendiri.

"Fio? Ada apa kah?" Alicia merenggangkan badan setelah mengangkut beberapa peti kemas masuk ke rumah dinas untuk sementara. Mereka baru diperbolehkan memasukkan perlengkapan malam nanti sebelum waktu keberangkatan.

"Mana ketua kelas dan Karen?"

"Mereka tadi ditanya-tanya sama kepala barak yang jaga di area ini setelah mengambil kotak supply, biasa lah." tukas Alicia. Fiore sudah menduga ada saja mereka yang penasaran. "Jadi Lena menyuruhku duluan. Mereka nanti akan kemari bareng troli ... eh apa namanya mobil mikro? Tadi karena Karen sempat sebut Perusahaan Wiseman, kami bisa pinjam semacam trolinya itu lah jadi mereka bisa bawa peti-peti besar tanpa harus bolak-balik."

Fiore mengangguk-angguk, "Oke, berarti bersama mereka sudah semua suplai dari pusat kita terima, ya?"

Alicia mengacungkan jempol, "Yap. Boleh langsung dibuka aja, Fio? Biar kamu langsung urutkan."

"Oke."

Alicia mengambil linggis dari kotak perkakas dan mulai membuka satu-persatu peti kemas yang dibawanya untuk Fiore periksa dan cocokkan dengan daftar inventaris perbendaan. Mereka sekedar dibekalkan untuk keperluan perjalanan menuju Aira dan tidak sebaliknya, walau ada juga persediaan jika mereka mengalami situasi darurat.

Menurut informasi dari Instruktur Bathory, mereka akan menjadi asisten pengajar yang sudah disetujui oleh pihak akademik Cosmo Ostina. Nantinya setelah mereka berlabuh di pelabuhan terbesar Aira, Hestia, mereka akan segera bertolak menuju Cosmo Ostina untuk melakukan verifikasi dan bertemu langsung dengan kelompok belajar yang diampu Pemegang Kitab Harapan Palsu.

"Aira adalah kontinen yang angkuh karena mereka menguasai sihir dan menganggap mereka diperhatikan oleh Para Peri," jelas Instruktur mereka. "Mereka mungkin akan memandang rendah kalian yang tidak bisa menggunakan sihir, begitu juga mereka yang hanya menggunakan sedikit sihir."

"Ah, jadi ini berlaku untuk saya juga, ya, Instruktur?" Alena Valerian berujar.

"Selain itu, keberadaan kalian, orang asing di Aira, juga pastinya akan mengundang mereka yang penasaran." Instruktur memperingatkan. "Saya rasa kalian sudah paham bagaimana cara membaur, tapi tetaplah hati-hati dan jangan gegabah."

Mengawasi Pemegang Kitab Harapan Palsu adalah tugas utama mereka. Instruktur Bathory bahkan mengatakan belum tentu mereka bisa mendiskusikan soal Perang Megah Para Peri sambil memenuhi misi utama mereka. Instruktur Bathory tidak menyatakan secara gamblang, tetapi jelas beliau memiliki kecurigaan terhadap Freya Nadir Romania.

"Nadir itu temanku ketika aku belajar di Ostina, tapi aku merasa ada yang berubah darinya sejak dia ditunjuk sebagai Pemegang Kitab," ucapnya. "Kita memang bukan dua orang yang terlalu dekat, dan ini bisa saja hanya insting saya yang salah. Tetap waspada. Jangan pernah sekali pun lengah."

"Fio jangan banyak bengong, nanti cepat tua~"

Rasanya dia ingin menjitak Alicia, tapi di posisi Alicia yang setengah membungkuk karena dia sambil menghitung berapa kaleng makanan yang ada di sana, Fiore menendang kaki jenjangnya saja. Alicia menjerit dan mengumpat.

"Maaf, ya. Kepala skuadron kalian ini mengalami konstipasi emosi dan kebanyakan pikiran tingkat akut." sergahnya. Alicia pun tergelak. "Oh iya kurangin itu ngumpatmu, aku takut kita malah dipenjara karena mulutmu yang gak ada filter."

"Sori, sori!" Alicia memasang pose hormat dua jari. Dia lalu berjongkok di samping peti yang terbuka. "Susah ya, jadi kepala skuadron."

"Iya, aku nggak habis pikir, sampai sekarang, walau kita hitungannya sudah jalan." desahnya.

Skuadron Ignis-lah yang paling pertama berangkat dari Angia ke Kaldera sekitaran minggu lalu. Butuh beberapa saat sebelum mereka akhirnya bisa menetap, jadi mungkin informasi seputar Kaldera masih harus menunggu. Skuadron Lumis sudah mulai mengurus banyak sekali persyaratan untuk berdiplomasi dengan Pusara, bisa dibilang mereka-lah yang pusing diantara pusing.

Skuadron Glacialis keberangkatannya memang tertunda, tapi selama seminggu ini paling tidak mereka bisa memantapkan persiapan dan membuat banyak sekali rencana dari berbagai kemungkinan yang bisa mereka diskusikan.

"Kamu merasa risau juga 'kan, soal Aira?"

"Yah, kalian semua juga tahu kalau aku masih nggak terima soal aku ternyata keturunan Aira," Alicia tertawa kering. "Dan ternyata entah apa itu yang disembunyikan orang yang mengandungku di Aira sampai dia jadi tahanan."

"Kamu juga nggak bisa sihir," imbuh Fiore. "Katanya 'kan semua orang di Aira bisa sihir."

"Karena aku numpang lahir di Pulau Penjara kali?" dia mengusap wajahnya. Fiore memberengut. "Ada benarnya juga sih, misal kalau orang yang mengandungku bisa sihir, harusnya aku juga punya potensi, dong? Instruktur Bathory aja sampai cek ulang, dia bilang aku nggak ada potensi sihir sama sekali."

Itulah satu dari banyak pertanyaan awal yang bahkan mereka tidak bisa temukan jawabannya. Belum lagi setumpuk pertanyaan lainnya yang akan langsung mereka temui ketika menjejakkan kaki di Aira.

Fiore menarik kursi kayu yang ada di teras rumah dinas itu dan duduk, dia menaruh daftar barang di meja sebelahnya, helaan napasnya sangat panjang sampai Alicia mengumpat lagi.

"Ngomong-ngomong, aku penasaran," Fiore menunjuk tanda berupa luka melingkar di leher Alicia. "Sebenarnya itu apa? Karena ribut di penjara?"

"Ah, ini ..." Alicia menarik kerahnya turun sedikit, melihat garis-garis melintang dan membujur layaknya sebuah lingkaran yang memeluk lehernya. "Kalau kata Kepala Sipir, aku pernah jatuh dari tempat tinggi, terus dijahit begini. Kalau ada yang nanya aku suka bercandain karena aku berantem di penjara, sih."

Fiore bersyukur dia bukan ujung dari bercandaan itu, atau mungkin saja dia sudah memukuli Alicia hingga babak belur. "Kamu juga sempat belajar pedang di penjara, ya, katanya?"

"Iya, jadi kalau aku buka sekolah pedang, namanya Gaya Alicia," dia melakukan pose seperti sedang menembak. Fiore diam saja, tidak menghardiknya. "Para napi baik-baik, kok, ngajarinnya. Soalnya aku anak bawang."

"Hee," Fiore bertopang dagu. "Pantas pas di Pulau Penjara banyak yang ngejekin kamu."

"Masih ingat aja, sih!" pipi Alicia memerah.

Mereka berdua tertawa lepas, lagi Fiore dengan cepat kembali diam. Dia menatap langit temaram sore di lepas pantai yang tidak pernah dikenalnya, menatap sejauh yang dia bisa.

"Kalau kita gagal ..." suara Fiore mengecil. "Apa itu artinya kita nggak bisa menyelamatkan Ann?"

Alicia mengerjap. Fiore berpikir kalau Alicia akan mencoba bersenda gurau, atau sekedar menggoda Fiore dan menyebutnya melankolis. Tak disangkanya, raut wajah Alicia begitu serius ketika dia kembali berdiri. Dia mendekat untuk menepuk-nepuk bahu Fiore dengan lembut, bukan seperti ketika dia bercanda dengan Eris.

"Kami tahu kamu yang paling kangen sama Ann—dan juga paling merasa bersalah soal Ann." Alicia memberikannya seutas senyum. "Tenang saja, kepala skuadron, kami semua merasa sama denganmu. Kita yang masih hijau waktu itu mana bisa melawan apa yang tidak bisa kita kalahkan?"

Fiore memejamkan mata. Malam dua tahun lalu itu sebelum perpisahan mereka adalah malam terlama di dunia. Ann yang selalu terkenal masa bodoh menjadi orang yang mencarinya karena dia ngambek tidak mau ikut di makan malam terakhir mereka berdua belas itu.

Fiore tahu rasanya menjadi tidak berdaya. Fiore paham kenapa pengorbanan harus terjadi. Fiore mengerti mengapa kala itu tidak ada pilihan selain menyerahkan Progenitor, atau Angia hanya akan menjadi kacau.

Saat ini, dua tahun setelahnya, mereka sudah lebih kuat. Sudah lebih terampil. Mereka bisa mencari sendiri jawaban yang mereka inginkan. Mereka tidak akan merasa payah lagi.

"Jadi ini rasanya dihibur oleh Alicia," Fiore menggelengkan kepala. "Rasanya bikin bergidik."

"Ih, Fio jahat!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro