Saat Kebohongan Terlahir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Apa kamu merasa dunia ini tidak adil?

Itu adalah pertanyaan yang ditujukan oleh Freya Nadir Romania pada ketiga muridnya, ketika mereka mengajukan beliau sebagai pengampu tugas akhir. Freya Nadir Romania selalu melancarkan pertanyaan itu, karena itu juga-lah pertanyaan yang disampaikan oleh Nymph saat pertama kali beliau mendengar suara-suara 'dunia'.

Kala ini, Nadia Loherangrin menjawab demikian:

Dunia ini tidak adil, tapi ketidakadilan itu bukan untuk didiamkan

Celia Gawaine menjawab:

Dunia ini tidak adil, tapi kita masih bisa berusaha mencari keadilan.

Hingga akhirnya Freya Nadir Romania mengerti ucapan Nymph yang menyebutkan bahwa dia akan menemukan keturunannya saat itu juga.

Mengapa para Pemegang Kitab hanya bisa mendengar nada-nada dari Nymph? Sederhana, karena inti Nymph sudah lama hancur, menghilang dan binasa ketika Era Kekuatan. Belas kasih air terlalu luar biasa hingga manusia yang congkak itu terus meminta, meminta dan meminta, sampai tidak ada lagi yang tersisa dari Nymph selain sebatas tetes air murni.

Air murni itulah yang juga menunjukkan kekeruhan—amarah, emosi yang kemudian terkumpul menjadi satu, karena manusia yang tamak tidaklah menggunakan kekuatan untuk keadilan.

Bila Kitab Kejayaan Hampa berkata 'darah harus dibayar dengan darah', atau Kitab Takhta Tak Berguna, 'manusia sudah serakah', Kitab Harapan Palsu adalah segala nada dan upaya ketika Nymph berusaha membalas perbuatan manusia—membalas setimpal tipu daya dan keangkuhan mereka, dengan kembali kepada fitrahnya.

Keadilan.

Nymph menginginkan keadilan.

Setelah itulah, klan asimilasi Nymph dan kaum yang dipercaya kemudian bertahun-tahun mencari wadah, mencari seorang manusia yang murni lagi palsu, mereka yang dilahirkan dengan kemampuan mengendalikan 'air' dari 'sarinya', dan menjadi perpanjangan tangan Nymph untuk mengoreksi kekacauan dunia ini—untuk menurunkan keadilannya.

Saat itu, seorang yang tidak diduga Freya Nadir Romania menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang sama dengan apa yang dia haturkan saat mendengar suara-suara Nymph pertama kalinya ketika dia masih sangat hijau.

Dunia ini tidak adil. Bila ada cara untuk memulai dari awal, itu yang lebih (saya) inginkan.

Ada yang sama seperti mereka, ingin menulis ulang catatan keadilan sehingga manusia tidak lagi serakah, tidak lagi bengis, tidak lagi angkuh dan merasa serba bisa. Lalu dia juga mampu mengendalikan 'sari', lagi berbeda dengan dua lainnya yang punya potensi lagi tidak punya 'hati' yang sama.

Nantinya, Nymph bertitah kalau mereka bertiga akan dilatih sama dengan bagaimana dia melatih Ialdabaoth dan Undine—membuat mereka tahu bagaimana nada bekerja, bagaimana mengubah nada untuk menjadikan mereka 'wadah' sempurna bagi Nymph.

Nantinya, ketika hari itu datang - hari untuk mengentaskan keadilan, Nymph pun akan meneteskan berkahnya pada orang yang tepat.

Orang itu adalah—



Freya Nadir Romania bersiul di depan sebuah altar. Sulingnya yang semula ia mainkan kini diturunkan ketika dia mendengar dari kejauhan suara langkah mendekat.

Dia duduk bersila di sebuah altar tua yang menggambarkan naga dan tetesan air. Aliran sihir di altar itu redup, tidak menunjukkan berkah garis ley sama sekali. Freya Nadir Romania membuka matanya mendapati seorang pria berkulit sawo matang dan berambut pirang mengarahkan bilah pisau di hadapan wajahnya. Sang Profesor pun sekedar terkikik, menatap pria yang turut menyunggingkan senyum itu dan tidak mengindahkan bilah pisau yang tertuju pada lehernya.

"Saya kira anda yang sudah mau kepala empat itu lebih tua, ternyata anda masih muda sekali."

"Ya ampun, tidakkah kamu sebagai gentleman perlu sopan tentang umur wanita?" tukas Nadir sambil mengedikkan bahu. "Baru kali ini ada yang sebut-sebut soal umurku lagi, padahal belum lama ini aku dikira masih di bawah tiga puluhan!"

"Mereka sangat respek pada anda, Miss Nadir." pria itu berujar. "Apa saya sudah telat dan anda baru saja berbicara rahasia dengan Nymph?"

"Ngomong apa sih," sahut pemilik rambut coklat itu santai. "Sang Peri tidak ada di sini. Beliau sudah sibuk dengan tubuh barunya sekarang."

"Tubuh ... baru?" pria itu bergidik. "Tidakkah Nymph hanya perlu berfirman melalui wakilnya?"

Freya Nadir Romania terkekeh, "Jadi kamu yang sudah mencoba membaca pikiran dan cuplikan kegiatanku ya, tikus kecil," sahutnya santai. Bahkan dengan bilah pisau itu sang pria mulai torehkan ke kulit leher Sang Profesor, dia tidak peduli. Tatapannya masih sama, lurus, tenang—atau lebih tepatnya, sangat menakutkan.

"Dua puluh tahun lalu, Ialdabaoth sudah gagal membuat wadah yang tepat. Dirigen pun akhirnya harus mati atas kuasa nada," Freya Nadir Romania terkekeh. "Tapi beliau tidak pernah putus harap, dan kini itu semua sudah terbayarkan."

Seharusnya, seharusnya pria itu mundur sesegera mungkin dia mendengar kalau 'Sang Peri' tidak ada di sini, tetapi rasa ingin tahunya-lah yang membuatnya tetap mencoba menekan Freya Nadir Romania. Lagi, sosok wanita itu adalah bak batu karang diterjang derasnya guyuran air. Sekedar gertakan tidak akan menghancurkan sebongkah batu.

"Kamu dari Schwarz juga ya, tikus kecil? Artinya kubu boneka yang sudah dibentuk oleh Sang Peri cukup mengundang perhatian kalian yang harusnya sudah berusaha melindungi hal lainnya untuk bertindak,"

Pria itu mengernyitkan dahinya, "Hal lain?"

"Ya ampun, ternyata kamu tidak tahu!" Freya Nadir Romania tertawa lepas. "Sang Peri sudah selangkah lagi melepaskan keadilannya di Aira. Kamu sudah datang ke orang yang salah. Harusnya kalian mencari Sang Peri."

Yang pria itu saksikan dengan mata kepalanya sendiri di detik berikutnya adalah kengerian, kengerian luar biasa yang bahkan membuat lututnya tertekuk dan dia tersungkur di tanah—untuk kemudian dihujam berkali-kali oleh sumber kengerian itu sendiri, amarah dari air.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro