XLV. | Requiem of Reconchestra, bagian pertama

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aurora tetap berpendar di atas kepala mereka, memayungi daratan alih-alih seakan semakin intens dan kuat. Bahkan, ketika mereka menjejakkan kaki di pelataran kampus, rasanya seperti berada di dunia lain.

Mereka mendapati gedung yang kosong melompong. Seharusnya, bahkan di jam-jam pagi seperti itu, kampus tidak akan kosong. Marcus Lowell sampai memeriksa garis ley dari sisi gedung, mendapati kalau masih terdeteksi adanya 'manusia' selain mereka di sana. Walau demikian, selama mereka mencari di sekeliling kampus, tidak ada satu pun staff pengajar, staff akademik, atau juga mahasiswa yang terlihat.

Mereka menyegel Rumah Pohon, meninggalkan Dahna yang masih dalam kondisi koma di sana. Dengan Nadia dan Celia mengontrol kapal kecil di kanal Aira, mereka dengan cepat sampai ke Cosmo Ostina walau menggunakan jalur manual.

Pantas saja mereka bertanya kalau-kalau ada yang mabuk laut, karena memang mereka berdua seperti 'menerbangkan' perahu kecil itu dengan bantuan ombak besar dan arus. Untung saja mereka tidak ada yang mabuk laut.

"Kita nggak tiba-tiba sudah ke tempat lain, 'kan?" tanya Alicia mendapati Marcus dan Selen memimpin formasi, sementara Alicia dan Fiore menjaga sisi kanan dan kiri. Karen dan Val menjaga belakang, Nadia dan Celia berada di tengah.

"Nggak kok, kita masih ... napak tanah," sahut Nona Marcus sambil dia menaikkan tongkatnya. "Bersiaplah, aku rasa aku bisa mendengar ada suara melolong."

"Melolong?" Val mengernyit. "Tidak ada yang aneh dari radius dua ratus hingga tiga ratus meter di sekitar kita, Nona Marcus."

"Kalau suaranya bukan dari sini, berarti ..."

Karen mengarahkan astrolabe-nya ke atas, menangkis panah sihir yang mengarah pada mereka dari sisi belakang. Nadia pun segera berbalik, melancarkan panah sihir tandingan, meluncur menuju arah penyerang, yang ternyata adalah staff-staff akademik yang dicari mereka.

"Berapa orang, Lena?" tanya Karen. Val sudah memasang kuda-kuda tinju untuk melindungi wajahnya, sementara mereka mulai menangkis panah-panah sihir lanjutan.

"Sekitar sepuluh," dia lalu mengerling ke arah Nona Marcus. "Bu, apa sirkuit sihir mereka putus?"

"Sepertinya begitu," dia menggeram. "Hipotesaku kurasa benar, Nymph—atau siapa lah itu, dia memutus 'sirkuit sihir' untuk mengambil alih tubuh mereka, sebagaimana dia dengan mudah memutus aliran garis ley di tempat-tempat tertentu di Aira."

"Apa ini jebakan? Apa mungkin mereka tidak di Cosmo Ostina?" sahut Fiore.

"Tidak, aku yakin ada alasan tertentu dia disini—atau suruhannya," Marcus berujar. "Pastinya berhubungan dengan teknologi Ialdabaoth."

'Boneka' ini mengingatkan Fiore pada saat mereka menghadapi prajurit yang ada di bawah pengaruh Progenitor, tapi bedanya Nymph lebih keji. Nymph bahkan tidak membiarkan tubuh pemiliknya sendiri yang bergerak, dia memutus sirkuit sihir masing-masing orang itu dan mengendalikan mereka langsung.

"Hah, minimal kita membuat Sang Peri kesulitan, begitu ya?" Alicia terkekeh. "Boleh saja idenya, tapi bagaimana kalau kita terkepung?"

"Nona Marcus, Fiore, sebaiknya kalian berproses sampai tujuan," imbuh Karen. "Aku, Lena, dan Nadia bisa menghalau mereka."

"Erm, kepala kemahasiswaan, nggak bisa apa sihir di Lena dicabut dulu begitu?" pinta Alicia.

"Maaf, tapi segel itu mutlak." Marcus segera menggeleng. "Sekali lagi maaf."

"Sudah, sudah, sana kalian! Lindungi harta Ialdabaoth!" sergah Val yang sudah maju bersama Nadia, membuat formasi di sekitar Karen yang menghimpun energi untuk menembakkan bola api susulan.

"Kami akan berusaha mengurangi pasukan mereka," ucap Karen. "Bila nanti dirasa kondisi sudah lebih baik, atau kita terpaksa mundur, kami akan menemukan jalan menuju gedung akademik!"

Mereka pun berpisah jalan, meninggalkan tiga orang itu menghalau staf-staf sihir dengan tongkat mereka masing-masing. Tujuan akhir mereka adalah gedung akademik yang disinyalir merupakan tempat yang sama dengan laboratorium Ialdabaoth saat dua puluh tahun yang lalu.

"Bukannya Undine yang, err, istilahnya menjaga tempat itu? Menjaga sisa-sisa Ialdabaoth?" sahut Selen ketika mereka segera berlari.

"Memang, tapi aku tidak tahu apa incaran Nymph—ada banyak hal peninggalan Ialdabaoth yang disimpan di Cosmo Ostina," jawab Marcus. "Aku cuma berpikir kalau ini memang ada kaitannya erat dengan dua puluh tahun lalu karena Nymph sangat bersikeras mengajari Avalon teknik dirigen."

"Pertanyaannya berarti ... kenapa sekarang?" imbuh Alicia. Marcus sejenak menunduk.

"Kurasa itu hanya Nymph yang tahu."

"Awas, Alicia!"

Celia meminta Alicia merunduk. Alicia mengarahkan pedangnya di atas kepalanya, menangkis serangan yang kemudian dipantulkan oleh berkas api milik Celia. Celia mendorong Fiore ke arah berlainan, sementara dia berhadapan dengan ... segerombolan murid yang mulai mendekat ke titik mereka dari utara.

Gedung akademik terletak di sebelah barat daya dari tempat mereka berada, besar kemungkinan 'kekosongan' Cosmo Ostina ini diakibatkan hampir seluruh orang di sana telah diubah menjadi tentara Nymph.

Celia sudah memanggil bilah api serupa pecut, membakar lorong di dekat mereka dan menutup jalan utara. Alicia berusaha untuk melindungi punggung Celia dari serangan jarak jauh yang diluncurkan oleh mahasiswa-mahasiswa boneka itu.

"Mereka tidak akan melewati api ini," sahut Celia. "Kalian pergilah duluan, aku akan membuat lebih banyak penghalang."

Alicia mengacungkan jempol, "Santai, kepala skuadron! Kami akan baik-baik saja! Nanti kami dan kelompok satunya menyusul!"

Lagi, Fiore tidak punya banyak pilihan selain memercayakan ini pada mereka—pada Alicia, pada Val dan juga Karen. Mereka harus secepatnya sampai ke gedung akademik, menemui sumber dari segala kengerian ini.


. . .


Tentu dibanding Karen dan Nadia, Val sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa di sini selain melindungi dirinya, mencoba mengarahkan serangan, juga memprediksi serangan balik agar Karen dan Nadia tidak terluka.

"Karen, fokus di kanan. Nadia, seranganmu ke arah tengah saja. Tidak perlu fokus ke arah yang Karen lindungi!"

Val mundur saat beberapa tombak berbentuk es datang menuju arah mereka. Jarinya mulai refleks menjangkau sisi pinggangnya yang biasanya terdapat pistol atau granat sihir. Val menggeram saja, mengutuk keadaan, kembali berfokus untuk menumbangkan staf-staf ini tanpa ada yang harus terluka.

"Karen, ke kiri! Nadia, tukar dengan Karen!"

Karen menembakkan selubung apinya, Nadia dengan cepat mengayunkan tongkatnya untuk membelah tombak es yang datang dengan luncuran cepat air. Nadia, secara alami lebih cepat dari Karen dalam interval penggunaan sihirnya, menyabet tongkatnya lagi seakan menebas panah sihir yang datang dengan bumerang air.

Dengan cepat mereka mengikis barisan demi barisan, semprotan air bertenaga tinggi dari Nadia lalu dipadu dengan pedang api Karen. Boneka-boneka itu formasinya tercerai-berai dalam waktu singkat.

"Wow," sahut Nadia setelah dia memukul mundur dengan mudah beberapa staf dengan dua kali ayunan sihir atas anjuran Val. "Pantas pas kamu lawan Sharon, dia panik. Ternyata kamu secanggih ini."

"Komandan Valerian hebat, 'kan?" senyum Karen. Val sekedar mendengus.

"Bukan apa-apa sama monster kayak kalian berdua," sahutnya. "Sihir api sekuat Karen? Sihir tanpa jeda darimu, Nadia? Bah!"

"Terima saja pujiannya, Komandan." Nadia turut nyengir.

Baris demi baris 'prajurit boneka' Nymph tumbang, meninggalkan tubuh-tubuh terkulai lemah di tanah, tidak berbeda dengan Dahna yang sekarang terbaring koma di Rumah Pohon. Setelah Val melihat sekeliling mereka dan menangkap kalau mereka sudah aman, tidak ada lagi 'pasukan' susulan. Val mencoba mendekati tubuh-tubuh itu.

Dia menekan nadi di sekitar leher, merasakan masih ada denyut lemah, tapi benar apa kata Nona Marcus kalau hampir tidak ada energi sihir mengalir yang bisa dirasakan Val saat menyentuh tubuh-tubuh itu.

"Mayat ... tapi bukan mayat," Nadia menggertakkan giginya. "Sang Peri ... Air yang tenang ... ternyata beliau seperti ini."

"Apa artinya Sharon dan Sang Profesor pun dikendalikan oleh cara yang sama?" gumam Val. "Mereka lebih seperti ... tetap manusia, dibandingkan dengan orang-orang ini. Seperti mereka tengah ditidurkan, lagi mereka tidak bermimpi indah."

"Ayo kita segera menuju ke arah gedung akademik. Kita tidak tahu kalau masih ada perangkap seperti ini atau tidak." usul Karen.

Val mengangguk. Nadia turut di belakang mereka.

Apa kondisi di Cosmo Ostina ini hanya sekedar jebakan untuk mereka?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro