XLVII. | Requiem of Reconchestra, bagian ketiga

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tak ada yang mengetahui bahwa inti dari Sang Peri sudah lama hancur—dan itu adalah perang yang tak pernah tercatat dalam sejarah Aira, terkubur begitu saja karena segalanya hampir tidak bersisa.

Yang selamat memilih bungkam. Yang bisu tetap membisu. Mereka hanya ingin tahu kalau Aira baik-baik saja.

Satu-satunya yang mengingat—Sang Peri itu sendiri—kemudian menyimpan angkara murka yang nantinya sedikit demi sedikit berkembang, bagaikan siklus air yang jatuh ke bumi, menguap, mengumpul, dan kemudian jatuh lagi ke bumi. Laut yang semula gersang. Danau yang semula kering. Sungai yang semula hanyalah jalan setapak sepi.

Berkah-lah yang membuat semua orang buta, terbutakan oleh kondisi yang terlihat aman dan nyaman.

Apakah yang sebenarnya tertinggal di dunia? Apa sekedar harapan palsu saja yang Sang Peri berikan, hingga dengan sabarnya ia menunggu waktu pembalasan itu datang?


. . .


Gedung akademik itu hening. Gelap. Sasana pendidikan yang besar dan megah itu lantainya kini retak, atap kacanya yang biasa bermandikan cahaya matahari berlubang, menaungi sebuah akar menancap yang muncul dari dalam tanah menjulang ke angkasa laksana sebuah pancang. Akar rambat yang sepertinya pun berasal dari dalam tanah menjalar di sekitar gedung, seperti ingin mengekang dan melahap gedung itu perlahan.

Suasana seperti hutan itu tercipta dari gerakan garis ley. Gedung akademik itu kini telah diisi dan dikuasai oleh garis ley itu sendiri, layaknya tengah mengisi baterai yang ada dengan energi sihir laten di Aira.

Di tengah-tengah kekacauan itu, berdirilah dua insan. Mereka yang telah 'dipercaya' oleh Sang Peri untuk memimpin kekacauan ini, sebagai konduktor dalam sebuah pentas.

'Sharon' menatap mereka yang datang dengan tatapan kosong, sementara Freya Nadir Romania membentangkan tangannya.

"Wah, wah, sudah datang akhirnya pahlawan kesiangan?" kekeh Sang Profesor.

Marcus mendecih, "Tidak ada pahlawan di sini. Kita semua tahu tidak ada yang bisa menghentikan kalian—karena ini kehendak Sang Peri."

Nadir menyeringai. Seperti biasanya, beliau selalu tenang, laksana riak air. Sharon di belakangnya sudah menarik tongkatnya tanda siaga, di saat Nadir mulai melantunkan nada pembuka dari Kitab Harapan Palsu.

Konsentrasi energi di sekitar mereka semakin meningkat, dan tanah mulai bergetar. Marcus pun mengarahkan tongkatnya ke udara, seperti apa yang sudah didiskusikannya saat mereka merencanakan siasat mereka untuk terakhir kalinya sebelum berangkat. Fiore menanggapi aba-aba Marcus sebagai tanda untuknya mundur, begitu juga yang lainnya memberi Marcus jarak dan tetap dalam formasi mereka.

"Paham 'kan kalau kita tidak akan menang?"

Marcus kembali menyuarakan keraguannya. Fiore mengerti, mereka semua menyadari walau usaha represif yang hendak mereka lakukan pun sebenarnya akan sia-sia nantinya. Nymph memang mungkin tidak pada puncak kekuatannya dan garis ley yang dimanfaatkannya mungkin sekedar secuplik dari apa yang Sang Peri bisa lakukan saat ini, tetapi manusia biasa seperti mereka tidak akan berkutik.

Dengan waktu yang sempit dan keterbatasan pilihan yang mereka bisa ambil, hanya ini yang bisa mereka lakukan, seraya mengetahui lebih dalam motivasi Nymph dan kondisi dari dua 'bidak' favoritnya kini.

"Kami ... tanpa bermaksud merendahkan pihak mana pun, hanya melaksanakan tugas kami dari Angia ke Aira," balas Fiore pada Marcus. "Aku, sebagai pribadi yang bisa mengetahui seberapa kuatnya energi garis ley dan Nymph sendiri, tentu merasa ini adalah misi bunuh diri."

Para anggota skuadron Glacialis masing-masing tertunduk. Dalam masa-masa singkat ini, fisik dan mental mereka diuji, dan kini mereka paham bahwa mereka mungkin tidak akan kembali hidup-hidup. Tentu, pesan dan segala data yang telah mereka kumpulkan masih bisa disampaikan ke Angia melalui jalur tertentu andaikata mereka gugur, dan itu adalah esensi dari penugasan mereka.

Sejak awal, bahkan di pelaporan, mereka sudah memastikan kalau tugas mereka telah gagal. Bila Nymph bisa diartikan sebagai 'sumber', Perang Megah Para Peri kemungkinan tercetus dari Aira, lalu nantinya akan semakin berkembang dan meningkat karena Turbulensi Sihir. Saat Turbulensi Sihir terjadi, tentu manusia-manusia, entah mereka bisa mengumpulkan sebanyak apa pun aliansi dan rekan, tidak akan mampu menangkal bila lawannya Sang Peri itu sendiri.

Di antara empat kontinen, hanya Nymph-lah satu-satunya Peri yang dianggap 'hidup'. Perang Megah Para Peri yang awalnya tidak terbayangkan oleh mereka sebagai sekedar pesuruh dari Pemegang Kitab Kejayaan Hampa—bahkan, pesan mengenai perang itu tidak sempat tersampaikan ke pihak Aira karena situasi yang buruk nan mencekam—kini terasa mendekati nyata.

Kemurkaan Sang Peri Air nyatanya mungkin satu dari banyak faktor besar yang membawa dunia ini di ambang kehancuran.

Kejayaan Hampa. Harapan Palsu. Takhta Tak Berguna. Nyawa Tak Berharga.

Kitab mungkin sudah menggambarkan bagaimana manusia akan mengakhiri era mereka nantinya karena kesombongan mereka sendiri.

"Tapi kami tidak akan menyerah sebelum berusaha—dan itu juga termasuk berusaha untuk menampar Nymph dengan kenyataan—kenyataan kalau manusia masih bisa melawan."

"Bentar, bentar, Fio? Itu rasanya kalimat aneh dari anggota klan asimilasi Peri, deh, walau kamu bukan dari Aira." sahut Alicia.

Marcus tertawa kering, "Ya ampun, masih aja bercandanya," ia tapi turut tersenyum. "Aku paham maksudmu, Titania. Aku sebagai Undine yang sudah dianggap Peri-nya sendiri bodoh pun beranggapan sama."

Wanita berambut merah itu menatap telapak tangannya sendiri, "... Yah, kita juga cuma satu dari entah berapa banyak anggota klan kita yang bisa melawan Peri itu sendiri, bukan?"

Selen mengimbuh, "Sedikit bukan berarti tidak berarti. Itu yang selalu disebut oleh Guru-ku."

Val menopang dagunya, terkesima dengan arah pembicaraan ini, begitu jelas-jelas mereka sudah seperti menyerah pada takdir, mereka masih ingin berpegang pada secercah harap. Sebagaimanapun kecilnya harap itu. "Perubahan dimulai dari hal terkecil, ya ..."

Marcus berdeham, "Baik, sekarang ..." dia mengarahkan tongkatnya di atas meja. "Kita akan mulai dari aba-aba."

Tanah di bawah mereka semakin bergejolak, semakin banyak akar yang keluar dari sana, tapi Marcus tetap bergeming.

"Wahai lautan yang selalu mengasihi, yang selalu tenang. Wahai air yang memberi kebaikan dan kebahagiaan," lolong Marcus ketika berkas cahaya mulai muncul dari ujung tongkatnya. "Atas nama air yang suci, atas nama Peri yang Terus Mengasihi Tanah Ini, atas nama Undine, mereka yang diberi Sang Peri kemampuan untuk mengeja perangai air—"

Nadir terbelalak mendengar ucapan itu, begitu juga Fiore yang sudah mengerti apa yang hendak Marcus lakukan sejak dia menyuarakan untuk memulai 'gerakan' mereka dari sihirnya. Lagi, Fiore tetap melihat dengan takjub ketika tubuh Marcus menyala terang, bersama dengan gejolak tanah itu berhenti. Garis-garis sirkuit sihir mulai menyala di kulitnya, tangan, kakinya, hingga memanjat ke arah leher dan wajahnya, alih-alih menyerupai sisik ikan dibandingkan sirkuit sihir betulan.

Nadir telah menyuruh Sharon untuk menghentikan proses itu, tapi mereka dihalau oleh Selen, Nadia dan Celia yang sigap membalas sihir yang ditujukan pada Marcus.

"Brengsek, kenapa aku harus melawan Nymph pakai ajaran Nymph?" umpat Marcus di kala sihirnya mencapai titik tertingginya. "Nymphaea Regina, sacrificar, Undine."

Garis ley yang dipantik oleh Marcus gelora energinya datang laksana air bah. Air datang entah dari mana, mulai menjangkau kaki mereka, dan hujan seketika turun dari atas kepala mereka. Air itu adalah air 'langit' bukan air 'tanah', air yang dimaksudkan untuk membersihkan impuritas dari bumi.

Itu adalah penanda bahwa kasih Nymph begitu luas, dan lagi—

"Marcus Lowell!" Nadir menyahut berang. Marcus harus tetap ada dalam posisi itu untuk mengeluarkan sihirnya, maka kini giliran Fiore yang maju bersama dengan Karen, membarikade Nadir dari Marcus.

"Muspell Counter, empat." Karen sudah mulai menarik sihirnya untuk memanggil pedang besar api di sekitarnya, mengitari dan melindungi Marcus, sementara Fiore memukul mundur Nadir dengan lonjakan sihir angin.

Val dan Alicia menangkis sulur-sulur akar rambat yang seketika naik karena pengaruh air 'langit', mereka juga menjaga agar pihak yang bertarung dengan Sharon tidak mengenai area Marcus.

Nadir menatap Fiore geram ketika mereka bertukar tinju, kemurkaan itu pertama kali Fiore bisa saksikan begitu jelas di matanya, lagi kini Fiore sadar bahwa itu bukan amarah milik Nadir.

Benar dugaan Marcus kalau 'Nadir' ini adalah boneka Nymph.

"Kami memang tidak bisa menghentikanmu, Nymph. Tapi kami bisa membuat rencanamu berantakan," ucap Fiore, memegang busur panahnya seketika Nadir hendak memanggil sihir tandingan berupa pilar air bertekanan tinggi.

Tanah bergejolak lagi, sulur-sulur dan pilar tanaman semakin aktif. Alicia berdiri melindungi punggung Fiore, membelah sulur yang menuju Fiore, sehingga Fiore bisa berfokus untuk melawan Nadir.

Pilar air yang datang dari Nadir dibelah Fiore dengan berkas angin, lagi dan lagi. Dinding gedung akademik yang semula utuh kini retak karena hempasan demi hempasan energi, dan atap kaca pun mulai pecah berguguran seiring hujan deras turun.

"Kalian sudah kalah! Kalian sudah—menyerahlah!"

Fiore menggertakkan giginya, memanggil tameng sihir besar di sekeliling mereka untuk memantulkan bilah-bilah es yang digabung dengan akar rambat. Fiore dapat melihat elemen kegelapan menyertai masing-masih serpihan es yang hancur, mereka sudah cukup berhasil 'memancing' amarah Nymph.

"Lena, apa kamu sudah menemukan apa yang hendak Nymph ambil dari sini?" tanya Fiore melalui telepati.

"Sudah, kepala skuadron," ucapnya. Komandannya memanfaatkan situasi kekacauan ini untuk menggunakan kemampuan garis ley Marcus dan pengumpulan Selen untuk mencari gedung akademik itu. "Dia tengah mengekstrak sebuah buku yang tampaknya adalah milik Ialdabaoth. Ada tulisan di depannya. AEON. Segelnya milik Ialdabaoth. Ini sepertinya buku yang disebut-sebut Selen juga."

Aeon—jadi nama proyek itu adalah 'Aeon'.

"... Begitu rupanya, jadi memang Nymph tidak pernah tahu teknologi Ialdabaoth dengan sempurna dan Undine sudah sempat menyegelnya."

"Sebentar lagi Nymph mungkin akan selesai mengekstraksi apa yang dibutuhkannya dari buku ini. Apa kita sebaiknya mundur saja sekarang setelah kita ambil bukunya, sesuai rencana Bu Marcus, atau?"

Setelah aba-aba Marcus, Marcus akan menggunakan kuasanya sebagai klan asimilasi Undine untuk 'memurnikan' garis ley yang rusak dengan memanggil air langit dan air laut. Dia percaya ini akan sedikit mengganggu kinerja Nymph yang memanfaatkan aliran garis ley, dan itu adalah satu-satunya pilihan mereka.

Selama periode sihir itu, mereka akan berpencar untuk menghalau serangan agar tidak mengenai Marcus. Mereka akan membagi agar baik Sharon maupun Sang Profesor tidak berfokus pada satu orang.

"Aku tekankan sekali lagi, Fiore Angelica Alba," sahut Marcus. "Sejatinya, ini bukan urusanmu. Ini adalah borok milik Aira. Kalau kamu sudah dapat yang kau butuhkan, segeralah pergi dari Aira!"

Fiore melipat lengannya, "Dan meninggalkan kalian yang ... 'harus' menanggung borok ini?"

Tentu, pergi dari sana sudah menjadi pilihan sejak awal. Mereka hanyalah sekedar tamu, mereka datang tanpa permisi, hendak menyiarkan sebuah kabar dan menjalin diplomasi, dan mereka sama sekali tidak menemukan situasi kondusif untuk sekedar melakukan hal itu.

'Aira sudah tidak tertolong lagi', begitu yang Marcus siratkan ketika mereka bersiasat.

Fiore menarik napas dalam. Di hadapannya adalah Freya Nadir Romania yang entah sejak kapan sudah menjadi kaki tangan Sang Peri—ia yang sudah dilumpuhkan demi kepentingan mereka yang punya kuasa.

Dia bahkan belum sempat mengenal siapa Freya Nadir Romania, atau murid-muridnya yang selalu mendambakan masa depan dan keadilan. Fiore hanya sekedar tahu kalau Sang Pemegang Kitab bukanlah orang yang sama dua puluh tahun yang lalu, dan segala yang berkaitan dengannya, bermuara pada Nymph, pembinasaan kaum alkemis, dan angkara murka Sang Peri.

"Lena."

"Ada apa, kepala skuadron? Apa sudah saatnya kita mengurangi serangan?"

"Aku serahkan informasi yang kudapatkan setelah ini dari Nymph, juga Glacialis padamu."

Pedang api besar Karen menebas dinding air raksasa yang Nadir bangun, Fiore pun kembali maju untuk melayangkan panah sihir susulan ke udara, mendarat di sekitar Nadir. Air langit berpadu dengan berkas angin, membuat pergerakan Nadir terhenti beberapa detik.

Fiore menahan badan panahnya dengan tubuhnya, tangannya kemudian memainkan nada pembuka, yang terdengar nyaris mirip dengan nada pembuka yang tadi sempat dilantunkan oleh Sang Pemegang Kitab.

Nadir menatapnya dengan seringai lebar, "Sudah pasrah dan mau menghalalkan segalanya, ya, Titania?"

"... Bisa jadi." senyumnya.

Di tiap petikan Fiore, waktu seakan melambat. Sebuah nyanyian pun keluar dari bibir sang anak Peri, turut dalam simfoni air yang sudah membuat tanah yang penuh kasih ini porak-poranda.

Angin, dengarkan lagu ini,

bawa duka kami dengan semerbak harum mewangi

ketika kami harus berserah, berpasrah,

karena darah harus dibayar dengan darah

"Sayap Peri ..." Alicia tidak mengedip. "Sayap Peri betulan ..."

Ketika waktu mulai berjalan lagi, titisan Nymph kini berhadapan dengan sesosok yang mengabaikan langit dan bumi itu sendiri.

Rambut Fiore yang semula pirang kini kehilangan warnanya, berubah menjadi perak, nyaris putih bersih, begitu juga mata kirmizinya yang menggelap laksana merah darah. Sirkuit sihir yang tergambar di seluruh jengit kulitnya menyala hijau terang, membentuk garis-garis simetris nan melengkung di ujung-ujung, masing-masing adalah perlambang yang diberikan oleh Sylph.

Sayap transparan terkembang di punggung Fiore, turut berpendar hijau karena sirkuit sihirnya sampai di sana, dan Nymph pun kini mengeluarkan ledakan energinya pada Freya Nadir Romania, menghadapi anak Titania yang sudah hadir hendak membuat segalanya kacau.

Fiore membalas tatapan Alicia, Val, dan juga Karen yang bersiaga tetap melindungi Marcus, sementara dia dan Nadir terbang ke arah langit, menembus hujan, menjangkau cahaya, dan Fiore pun kini dekat dengan 'inti' sang Nymph itu sendiri.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro