XX. | Taruna

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Fiore tidak pernah berpikir kalau perjalanan mereka di Aira mengemban tugas khusus akan mudah, tetapi dia tidak menyangka mereka akan diawali dengan hal seperti ini. Belum genap seminggu mereka mendapat izin untuk menjadi satuan asisten pengajar Cosmo Ostina, mereka sudah terjun untuk 'diuji'.

Mata Fiore menatap bagian-bagian Cosmo Ostina yang tengah ramai dengan fasilitas yang dibangun baru saja. Dalam sekejap mata, panggung, sekat-sekat untuk petak orang berjualan, dan bangku-bangku penonton, semua terbentuk dengan waktu yang singkat.

Selepas mereka menemui Sharon yang masih bersikap netral dengan mereka, mereka berempat memutuskan untuk kembali mengitari Cosmo Ostina sambil berpikir soal rencana mereka kedepannya.

Sekali lagi mereka dibuat terpukau oleh sihir saat mereka menepi di sebuah tribun yang menurut denah akan menjadi area arena utama Turnamen Sihir yang akan menampilkan pertarungan semifinal dan final, juga arena yang akan menjadi tempat mereka melakukan Duel Harga Diri.

Petugas-petugas bertopi tinggi yang bertanggung jawab atas arena ini mulai mengatur sedemikian rupa panggung terbuka itu menjadi luas dan berkontur dengan sedikit ayunan tongkat mereka. Lapangan yang semula kosong melompong kini sudah menjadi serupa bangunan, seakan-akan mereka sudah berada di tempat yang berbeda dari sebelumnya.

Berbeda dengan di Angia yang mereka masih melakukan banyak hal 'manual' atau dengan bantuan mesin, para penyihir di Aira sekedar mengayunkan tongkat, seakan dunia mereka hidup dan ada di genggaman tangan mereka.

Layar terkembang di sana menunjukkan agenda acara: TURNAMEN SIHIR COSMO OSTINA, Y.1342.

"Fio? Gimana pendapatmu?"

Alicia dan Val yang tengah membicarakan taktik mereka, dan Karen yang sekedar memberikan masukan, kini bertanya pada kepala skuadron mereka yang menghadap ke arah lapangan.

Fiore membiarkan Val yang tadi sempat panik, walau tidak separah dulu ketika mereka belum lama menjadi anggota Kelas Sembilan. Battle Royale saat awal tahun ajaran mereka itu memang sangat berkesan, saat itu juga Fiore menyaksikan Karen, Alicia, dan Val yang diturunkan untuk bertanding melawan anggota kelas lain.

Lagi, apa yang akan terjadi esok hari bukanlah sekedar pertandingan antar kelas untuk mendapat poin. Mereka mempertaruhkan integritas Angia, juga kredibilitas mereka sebagai satuan militer. Mereka adalah yang ditekan, yang dipojokkan, di tanah asing yang sama sekali tidak menerima mereka.

"Kurasa memang ... Lena akan melawan Sharon," ungkap Fiore. "Karen tadi juga bilang, 'kan, mereka mungkin ingin dari Ostina unjuk gigi, tapi mereka nggak akan berlaku curang dengan memasangkan Lena dengan Nadia atau Celia."

"Bisa aku aja padahal," Alicia menunjuk dirinya. "Tapi yah, maklum saja, sih. Bisa tambah heboh mereka kalau aku yang nongol."

Val menepuk-nepuk pundak Alicia. Alicia padahal nyengir saja, dia sudah paham kenapa yang turun pastinya Val dan bukan dirinya—mereka tidak menganggap 'sihir' adalah lambang prestige. Mungkin di saat seperti ini, mereka bisa bersyukur karena Angia sangat berimbang dan melihat kemampuan seseorang bukan hanya dari kapabilitas sihir semata.

"Nadia mungkin akan melawanku," sergah Karen. "Dan dia ingin si jenius melawan kepala skuadron kita ini."

Fiore memalingkan muka, "Seharusnya tidak ada orang luar tahu kalau aku keturunan klan Titania, harusnya. Itu bakal membuat masalah rumit lagi."

Val menggaruk pipinya, "Mau gimana lagi, ketua."

Mereka bertiga menghormati keputusan Fiore untuk menjawab tantangan para penyihir, dan untuk menghormati mereka yang sudah baik menerima wakil Angia di Aira, mereka harus serius.

Duel Harga Diri mengharuskan mereka memberikan hal yang sepadan sebagai jaminan. Duel ini tidak menakar kemampuan sebagai kelompok, lebih ke kualitas individu, tetapi pertaruhan mereka adalah kelompok masing-masing.

Mereka berempat tengah bertumpu pada tralis besi di barisan tribun, menunggu 'panggung' disiapkan. Alicia dan Val di dekat mereka tampak terkagum dengan bagaimana Aira beroperasi sepenuhnya dengan bantuan sihir, sementara Fiore memandang langit yang jauh.

Mereka sudah melihat sekilas kemampuan masing-masing anggota Kelompok Belajar Avalon, bisa dibilang Avalon-lah yang tidak memiliki data tentang Glacialis. Mereka diuntungkan, lagi bukan berarti mereka lebih unggul. Penyihir Ostina memiliki kemampuan sihir yang bukan main.

"Aku tahu mereka meremehkan kita, mereka yang menuntut kita itu." ucap Karen yang berdiri di sampingnya di pelataran itu. "Mereka ingin kita dihabisi dan dipermalukan."

"Itu sudah pasti, mereka menganggap kita orang luar Aira, apalagi sihir yang kita punya dirasa tidak setara." Fiore menjawab dengan tenang. "Lena tidak apa-apa, 'kan?"

"Tenang saja, Alba. Aku memang tidak seseram kalian berdua, tapi aku tidak ketakutan seperti saat dulu Battle Royale kok!"

"... Bukannya kamu sudah habis meracau tadi?" cengir Alicia. Val pun mencibir.

Pertarungan nantinya akan dilaksanakan di arena ini untuk membuktikan posisi mereka di Cosmo Ostina. Keberadaan mereka dipertanyakan karena status campuran mereka, dan mereka dianggap sudah memanfaatkan posisi diplomatik untuk mendekati Kelompok Belajar yang berada di bawah Profesor Freya Nadir Romania.

Kenyataannya memang target mereka dan juga si pemegang Kitab Harapan Palsu tersebut, walau mereka jauh sekali dari berpikiran untuk memanfaatkan Kitab Harapan Palsu. Memang, tugas mereka tidak gamblang diberitahukan pada pihak Aira untuk mengawasi pemegang Kitab, mereka sekedar asisten pengajar. Berita ini sontak mengundang kontra dari banyak pihak, mengingat sang Profesor yang sangat ahli sihir, lagi didatangkan pihak yang kemampuan sihirnya dipertanyakan.

Karen menyingsingkan lengan seragamnya, menampilkan lengan kanannya yang ditandai oleh empat lingkaran merah yang berurutan dari atas ke bawah I hingga IV. Muspell Counter yang mereka berdua siapkan sebagai cara untuk Karen mengendalikan sihirnya sangat berguna di kondisi seperti ini.

"Aku boleh pakai berapa, Fiore? Dua cukup?"

"Cukup," tukasnya. "Kita memang diremehkan, tapi rasanya kita jangan sampai terlalu menonjol. Kita hanya cukup menunjukkan bahwa kita 'mampu'."

Alicia mengangguk. "Benar sekali. Kita tidak perlu terlalu banyak menarik perhatian, bukan?"

Fiore merapal analisis pertarungan mereka yang dibicarakan bersama antara mereka berempat sore itu.

Lena kemungkinan akan berhadapan dengan Sharon Tristania, yang dibilang paling 'kurang mahir' di antara mereka bertiga sehingga dihadapkan oleh Lena yang menggunakan sihir turunan. Akan tetapi, ketika melihat caranya bertarung, Fiore tidak bisa merasakan adanya kekurangan pada Sharon dan sihirnya.

Karen kemungkinan akan berhadapan dengan Nadia Loherangrin, pengguna sihir Murni. Nadia adalah faktor bahaya dengan kecepatan sihirnya. Fiore bisa melihat dari bagaimana dia memanfaatkan situasi dengan sigap dan segera memformulasikan serangan tanpa banyak jeda.

Lalu, yang kemungkinan akan berhadapan dengan Celia Gawaine, seorang yang dianggap jenius dan sangat berbakat, adalah Fiore. Tidak dipungkiri, Celia yang kontras sosoknya antara saat bertarung dan ketika berbicara normal, adalah penyihir kuat. Nadia saja sampai menyebutkan kalau alasan Profesor Nadir mengampu mereka adalah karena kehebatan Celia.

Fiore menghela napas panjang; perjalanan mereka di Aira masih sangat, sangat jauh.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro