29. Dugaanku Benar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"TIDAKKK!!! Kalo tau gini, aku gak bakal nolongin Aga! Tapi-tapi kalau gak kubantu, Aga bisa jatuh dan mati. Ahh! Ini dilema! Jangan suntik aku! ABANG!!"

"Tenanglah, Anak Muda! Lenganmu mengalami Fraktur Tertutup! Harus cepat ditindaklanjuti. Kami hanya perlu menyuntikkan cairan pereda sakit."

"Tak nak! Menjauh dariku! ABANGGG!!!"

~Lima menit kemudian~

Gayanya seperti orang yang mau mati, lalu sekarang dia tidur seperti bayi. Aku mengalihkan pandangan, pura-pura tak kenal manusia yang lagi terlelap itu. Dokter berhasil memperban lengannya.

"Temen lu, Sen," kata Abigail.

"Bukan temen gua." Aku menolak.

Baiklah. Lupakan soal si beban Hanya. Biarkan dia tidur. Ada hal penting yang harus kurus: hasil tes darah Hanya.

Tadi di mobil Aga meng-spill deduksinya bahwa Auri menyalakan ponsel Mimosa dan membiarkan kami menemukan sisa potongan tubuh Mimo sekaligus tempat persembunyiannya mungkin untuk membatalkan rencanaku membawa Hanya ke rumah sakit. Hoho, bukankah itu artinya ada suatu alasan bagus?

Tapi tindakannya menjadi pedang bermata dua. Apa Auri sekarang tengah menggeram jengkel karena Hanya berhasil dibawa ke rumah sakit? Aku tak sabar dengan hasil tes hematologi!

"Begini, Nak, apa temanmu itu mengidap insomnia parah?" [Dokter Fath.]

Aku menggeleng. Seorang Hanya tidak bisa tidur? Sebaliknya kali. Dia pemalas yang suka berleha-leha, tidak mau mengerjakan tugasnya sebagai ketos.

Tapi, hei, beliau hanya NPC. Sampai diberi nama, apa author sedang mode baik? Nick siapa lagi yang dia ambil?

"Temanmu mengonsumsi antihistamin dan trazodone. Itu tidak baik diminum secara rutin. Efek sampingnya membuat pengguna merasa pusing, kebingungan, sulit berpikir. Saya sarankan jangan minum obat tidur lagi untuk beberapa minggu ke depan karena bisa berbahaya untuk paru-paru dan pernapasannya."

Aku pun keluar dari ruangan sembari meremukkan kertas yang diberikan Dokter Fath. Ternyata dugaanku benar. Jadi ini penyebab Auri mengeluarkan kartu joker di waktu yang tidak tepat.

Si sinting itu terobsesi dengan Hanya.

Kruyukkk~

Aku menyentuh perut. "Lapar, sialan."

Kami sibuk bepergian dari rumah sakit -> sekolah -> gunung -> turun -> kembali ke rumah sakit sampai lupa mengisi perut. Aku mendesah, beranjak pergi.

*

"Sen, aku sudah memeriksa cctv di RS ini dan di sekolah. Coba tebak apa yang kutemukan. Tersangka! Auristella!"

Semangat yang luar biasa, Serena. Niat sekali dia begadang sampai pagi demi menonton rekaman. Cielo menguap, baru bangun, beringsut ke sebelahnya.

"Apa ini?" Cielo mengucek mata.

Apanya yang apa? Mau tak mau aku ikut mengintip, tak ingin ketinggalan berita.

Rekaman menunjukkan kedatanganku dan Hanya ke Anatole, lalu hei, ada seorang siswi yang memakai seragam SMA kami berdiri tak jauh dari kami! Dia bergegas kabur saat aku dan Hanya ribut. Rupanya analisis Aga benar total.

Noura mengatupkan rahang. "Sepintar apa si psiko itu, dia gak bisa ngalahin teknologi. Coba telusuri rutenya, Rena."

"Ya. Orang ini berlari sampai ke sekolah, sesekali berhenti sekitar 2 menit lalu lanjut berlari. Tampaknya dia atletis dan memiliki stamina berkualitas."

Aku mengelus dagu. "Entah kenapa aku familier dengan perawakannya."

Abigail mengangguk, setuju denganku.

"Kalian gak jenuh apa? Pagi-pagi udah membahas Auristella. Rehat gih," cetus Hanya, memakan apel. Aku pengen tertawa karena dia masih bisa bersikap sombong dengan lengan yang diperban.

"Ngomong-ngomong, Hanya, kenapa kau tidak bilang Kak Hoshia adalah pacar Kak Alpha? Kau tahu soal itu, kan?"

"Ya habis kalian gak nanya padaku."

Lengang sejenak.

Aku menarik kerah baju Hanya. "Kau ini memang santuy sekali, ya. Satu buah pukulan tak cukup membuatmu kapok."

"Lho, kok ngamuk sih, Sen? Kan aku benar! Kalian gak nanya padaku! Untuk apa aku kasih tahu?!" Ara-ara, lihat si brengsek pemalas ini. Bisa-bisanya dia dengan pede-nya memasang wajah lugu.

Cielo memberiku sarung tinju, memakai punyanya. "Mau kolaborasi, kawan?"

"Dengan senang hati."

Plak! Bugh! Gedebak! Gedebuk!

Abigail menjentikkan jari. "Aha, aku ingat sekarang! Dia mirip dengan gadis yang membawa tas gitar di rekaman yang kita lihat pada chapter 13!"

Hmm? Aku dan Cielo berhenti mengeroyok Hanya, menoleh ke Abigail.





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro