File 1.1.5 - A Present From Watson

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"AAAAA!!! APA INI?! DAN... DAN JADI KECIL?! AAAA!!! IMUTNYA!!!"

Aiden tak bisa mengendalikan dopamin, oksitosin, dan hormon bahagia lainnya. Semua elemen itu menggabungkan kekuatan lantas mengalir ke otak Aiden membuat gadis itu menjerit senang di atas senang.

[Tenanglah, Aiden. Kamu selalu hiperaktif seperti biasa.] AI mungil itu berkata. Suaranya benar-benar mirip dengan Watson.

"K-kok bisa?" Jeremy merasa ngeri.

"I-itu betulan Kak Watson?" Gari mengintip di belakang Saho yang sama takutnya.

[Aku melihat dua wajah baru di sini. Sepertinya kamu menyelesaikan permintaanku sebelum pergi, Aiden. Syukurlah.]

"D-dia bisa merespon obrolan kita! Bahkan bisa melihat Gari dan Saho!"

King meringis. Apa Jeremy belum pernah melihat Kecerdasan Buatan sebelumnya? Tapi menilai reaksi Gari dan Saho, tampaknya Jeremy tidak sendiri yang gaptek.

"Kamu ngapain sih di sana, Dan?" Aiden mulai melempar pertanyaan seputar rindu. "Kamu tidak lagi membalas pesan-pesan kami atau muncul di grup chat. Kamu sesibuk itu kah?"

[Iya, Aiden. Watson sangat sibuk dalam pembuatanku. Butuh dua bulan dia memprogram serta menyempurnakanku.]

"Kenapa Pak Ketua melakukan itu, maksudku, DIA BISA BIKIN PROGAM AI?!" seru King tidak bisa menahan diri untuk tidak ngegas.

Bagaimana tidak? Ingat, King itu pecinta jejepangan. Mendengar kenalannya mampu merancang sebuah AI, dia akan melakukan segalanya demi menyogok Watson agar membuatkannya satu. Jiwa otaku berkobar.

[Tentu saja, King. Dengan bantuan pacarmu Violet, aku pun berhasil mereka ciptakan. Watson itu putra seorang ilmuwan genius. Aku tak terkejut dia mampu membuat AI.]

Blush! King membuang muka. "K-kami belum pacaran kok! Masih dalam tahap PDKT," ungkapnya malu-malu. Sial. Dia langsung salfok ketika nama Violet disebut.

"L-lalu, kenapa kamu bisa bicara?" Giliran Jeremy yang bertanya. Dia tak habis-habisnya menatap kagum.

[Watson mengambil rekaman paduan suaranya saat di sekolah dasar dulu dan memasukkan database tersebut ke dalam programku sehingga memungkinkan aku mampu berbicara.] Brilian. Tidak mungkin cowok itu membuat AI yang bisu.

"P-pantas saja suaramu seperti itu. Ternyata suara ketika Dan masih kecil." Aiden mengelap hidungnya yang mimisan. Sialan! Lebih dari kata manis! lanjutnya dalam hati, meneriakkan satu kata: imut. Aiden tidak kuat menahan kemanisan ini.

"Anu, kenapa Watson memprogrammu?" Saho penasaran. Kepalanya nongol di antara King dan Jeremy. Begitu-begitu dia pernah berpapasan beberapa kali dengan si sherlock pemurung.

AI itu terdiam, memikirkan jawaban aman tidak memicu kehebohan. [Karena Watson masih memerlukan waktu yang lama kembali ke Moufrobi. Dia menciptakanku sebagai hadiah untuk klub detektif Madoka supaya mengantikannya sementara.]

Deg! Semua orang terdiam.

"Tunggu, apa maksudmu?"

[Ada sedikit masalah di sana. Anyway, kita teralihkan. Apa kalian sedang menyelidiki kasus sulit sampai menghubungi Watson?]

Jeli banget! seru Saho dan Gari dalam hati.

Aiden menendang bokong King, menyuruh raja abal-abal itu menceritakan. Dia berdumal, membuka mulut. Mulai menjelaskan.

[Begitu rupanya. Sampah misterius mengisi istal milik kakek-kakek. Lalu kalian penasaran mengapa cucunya bereaksi berlebihan hanya untuk sebuah atap yang rusak?]

Kelimanya mengangguk-angguk.

AI Watson terlihat berpikir, sebelum suara Aiden memotong. "Eh, kami harus memanggilmu apa? Kan tidak enak menyebut nama orang yang tidak ada di sini."

"Astaga, Aiden..." Jeremy menepuk dahi.

[Kamu boleh memanggilku apa saja—]

"Bagaimana kalau Dangil?! Singkatan dari Dan Mungil. Terdengar imut, bukan?" Aiden merespon cepat. Menggebu-gebu.

Kecepatan luar biasa! batin yang lain merinding. Ini seperti seseorang membalas pesan tak cukup tiga detik.

[Baiklah. Panggil aku Dangil.] Setelah mendesah berat, AI Watson itu mengangguk setuju. Baik mesin ataupun manusia asli, tidak ada yang bisa melawan Aiden.

"Asyik! Jadi bagaimana pendapatmu?"

[Aku rasa kalian harus memanggil Mjol dan memintanya memberikan laporan lanjutan. Kupikir Mjol tidak menceritakan semua yang dia tahu.] Demikian hipotesis singkat Dangil.

"Siap, Kapten!" Aiden hormat. Pun Jeremy. "Kalian berdua ikut kami."

Saho dan Gari bersitatap bingung, namun melihat dua orang itu sudah melengos pergi, mereka pun segera mengekori. Meninggalkan King yang manyun dengan tatapan: dari mana sumber semangat itu.

[King, kamu menyimpan sesuatu, kan?]

Pemilik nama terkesiap. "E-eh? Pak Ketua ngomong apa sih?" gugupnya.

[Kamu terlihat lebih pendiam dibanding saat kemunculanku di layar ponsel. Katakan, apa yang kamu temukan? Aku tahu kamu bukan tipe melankolis.] Dangil menebak akurat, padahal cuman Kecerdasan Buatan tapi ia tampak begitu jeli.

King mengusap wajah. Dia menjelaskan soal buntalan aneh di atap yang berlubang.

"Bagaimana menurutmu, Pak Ketua?"

[Hmm... Kamu tadi bilang, Kakek Windoa mendengar suara dentum keras. Bergegas memeriksa, atapnya sudah berlubang.] King mengangguk mengiyakan. Dangil 'menghela napas' di layar ponsel. [Sepertinya pelaku memakai mekanisme airbag. Yang kamu lihat adalah bantalannya.]

King tertegun. "Tunggu, airbag? Maksud Pak Ketua yang ada di mobil itu?"

[Benar. Ketika tabrakan keras terdeteksi, sensor mobil akan mengirim sinyal supaya airbag mengembang untuk melindungi kepala atau dada dari interior mobil. Kita terapkan fitur keselamatan itu. Sampah misterius jatuh ke istal Kakek Windoa. Volumenya yang keberatan menimbulkan hentakan kuat dan memicu airbag yang dipasangkan ketika menyentuh permukaan tanah. Secara kasar, kamu bisa menyebutnya parasut. Apa kamu melihat benda itu bergerak?]

King mengingat-ingat, tersentak kemudian mengangguk. "Benar! Aku kepo dan melempar kerikil. Buntalan itu bergerak sebentar sebelum kembali bergeming."

[Kerikil tidak cukup tajam meletuskannya... Ada apa, King?] Dangil berhenti berpikir melihat lawan bicaranya mendadak diam.

"Pak Ketua benar-benar hebat. Kamu bisa menjelaskan sepanjang itu dari petunjuk kecil."

[Kamu terlalu memuji.]

"J-jadi apa yang harus kami lakukan, Pak Ketua? Kembali ke TKP dan meletuskan airbag itu agar kita tahu apa yang tersembunyi?" King bertanya. 

[Tindakan selanjutnya tergantung jawaban yang diberikan oleh Mjol. Katakan pada Aiden bahwa aku hanya disetel dua jam oleh Watson. Jangan lupa mencharger-ku.]

AI itu pun mati.

"Lah? Sudah jam segini rupanya? Waktu memang hebat. Berlalu tanpa disadari." King tiba-tiba bersikap puitis.

*

Pukul satu siang, jam istirahat kedua.

"Bagaimana kakak-kakak? Apa kalian sudah tahu siapa yang melubangi atap kandang kuda kakekku?" tanya Mjol semangat.

Aiden dan Jeremy bersitatap, mendesah panjang. Mau bagaimanapun, investigasi mereka takkan berlanjut jika tidak diberitahu secara keseluruhan. Peraturan dasar dalam menangani suatu kasus.

"Mjol, apa masih ada yang belum kamu ceritakan pada kami?" Saho lebih dulu bertanya seolah tahu Aiden dan Jeremy saling sikut-menyikut siapa yang akan berbicara.

Gadis itu terkejut. "A-apa maksudnya?"

"Jujur saja pada kami, Mjol. Kami tak dapat membantu jika kamu tidak mau membantu. Reaksimu sangat tidak wajar untuk sebuah lubang di atap. Ceritakan saja, jangan takut."

Mjol mengepalkan tangan. Bibirnya bergetar. "S-sebenarnya aku menemukan benda-benda aneh di hutan saat mencari kayu..."

"Benda seperti apa?"

"S-sebuah topeng kupu-kupu dan kantong plastik hitam besar busuk. B-benda itu terletak di semak-semak yang tersibak dan mengarah tepat ke tempat tinggalku..."

Klub detektif Madoka mendengar dengan ekspresi tegang. "Apa kamu mengambil dan menyimpan benda-benda itu?"

Mjol menyeka air matanya. "Tidak. Aku terlalu takut dan kabur dari sana. K-kurasa seseorang mengawasi kami dan pemilik barang-barang itulah yang selalu membuat atap kandang kuda kakek berlubang."

"Apa kamu melihat isi dari plastik itu?"

Mjol diam. Ragu menjawab.

"Beritahu kami, apa kamu melihat sesuatu dari dalam kantong hitam itu?"

Mjol mencengkeram roknya, mengangguk patah-patah. "B-benar... Aku melihat sesuatu tergenang dan berceceran di dalamnya..."

"Apa yang kamu lihat?" King mendesak.

"Aku melihat darah." []













Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro