File 1.3.8 - Meaning of Those Signs

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kenapa, hei? Lesu begitu."

King menatap lemas ayahnya, tak berniat menjawab. Pikirannya sedang berkecamuk. Belum masalah Noki kelar, sekarang Gari meminta bantuan klub detektif. Mana mungkin King bisa santai.

Duh, kenapa jadi super ribet begini sih?! Harusnya dia menolak ketika Aiden menunjuknya sebagai ketua sementara... Tapi jika iya, Watson bisa kecewa pada King yang tidak mau berkembang.

Tunggu deh. Apa itu salah King? Lagi pula dari awal King kan tidak mau menjadi detektif. Kenapa pula dia bekerja keras? Apa karena Chalawan? Lagian kenapa sih ayahnya yang punya tampang mencurigakan itu menyuruhnya bergabung ke klub detektif?

Jangan bilang...

King menatap Chalawan. "Oi, Pa—"

"Yang sopan," cetus beliau mendelik.

"Wahai ayahku yang paling ganteng sedunia, bolehkah hamba yang rendah ini bertanya pada diri Anda nan agung?" celoteh King lebay, pakai membungkuk ala pelayan kerajaan segala.

Chalawan berdeham. "Tentang apa?"

"Bagaimana perasaan Papa saat anak Papa diculik? Tapi bukan King, ya. Ogah dijadiin contoh. Cuman mau tahu argumen dari Papa saja. Itu doang."

Anak ini benar-benar ada masalah di otaknya, ya? Chalawan mengembuskan napas panjang. "Tentu saja aku akan mencarinya hingga ketemu. Hanya orang gila tidak stres anaknya menghilang—"

"Lalu kenapa Papa tidak berusaha menemukan Paul?" King menyindir halus.

Chalawan terdiam.

"Selama ini King hanya menyimpan pertanyaan itu dalam hati. Kenapa Papa biasa-biasa saja ketika Paul menghilang entah ke mana? Kenapa Papa tidak mencarinya?! Dia itu juga anakmu!"

"Aku juga berusaha, King..."

"Oh, dengan memasukkanku ke klub detektif? Berharap aku dan teman-teman di klub berhasil menemukan Paul? Hahaha! Ternyata Papa sama saja kayak Mama. Hanya menyayangi Paul."

King memegang gerendel pintu, hendak angkat kaki dari sana.

"Kamu salah, King! Bukan itu alasanku merekomendasikan dirimu ke klub itu."

King menoleh datar.

"Aku tahu kamu sangat benci dia, namun bagaimanapun dia adalah ibumu." Chalawan menatap King serius.

"Apa maksudmu...?"

"Aku ingin kamu mencari tahu apa penyebab asli ibumu meninggal. Dia tewas karena kasus hanyalah akal-akalan tangan kanannya."

-

Pagi hari, di ruang klub.

"Ayolah Watson, hubungi lah Aiden sesekali. Dia sangat merindukanmu dan iri padaku kenapa kita sering berkomunikasi sementara dia tidak. Jangan pelit sama masa depan sendiri."

[Aku sudah pernah mengontaknya, Stern... Kamu tahu apa yang terjadi? Dia menceloteh nyaris 48 jam tanpa henti dan ketiduran. Aku juga punya kesibukan di sini. Suaraku...]

"Kamu belum bisa berteriak, ya? Lagi pula sebelumnya kamu kan jarang berseru-seru tak jelas. Kamu hanya bersorak saat mengejar pelaku."

Watson diam. Tak bisa menyangkal.

"Pokoknya cepatlah pulang. Aku kasihan dengan King. Wajahnya suka kusut belakangan ini karena beban sebagai ketua pengganti. Terlebih, ada banyak misteri yang harus kamu pecahkan."

[Aku belum bisa, Stern.]

"Kamu sebenarnya masih diam di sana karena menyelidiki sesuatu, kan?" Watson diam kedua kalinya. Berarti tebakan Hellen benar. "Kalau boleh tahu, apa itu?"

[Ini tentang orangtuaku... Ada yang datang. Matikan ponselmu.]

Tuut! Hellen dan Watson sama-sama memutus komunikasi, refleks menoleh ke pintu yang berdecit.

Adalah Saho.

"A-ah, kamu pastilah Hellen Stern..." kata Saho gugup, mengusap rambut. "Aku ingin menyapamu kemarin, tapi tidak jadi karena ada kendala. Senang bertemu denganmu, Hellen."

Watson! Bagaimana dia tahu?! Dia membuatku merinding! "Senang juga bertemu denganmu, member baru. Namamu Saho, kan? Semoga kita akrab untuk ke depannya." Ketika hati dan gestur wajah lain pendapat.

"Barusan kamu sedang menelepon siapa? Terlihat serius sekali."

"Bukan siapa-siapa. Cuman teman lama."

"Tapi samar kudengar kamu menyebut nama Watson. Apa tadi itu Watson?"

"Clemmie Watson. Salah satu kenalan kami saat menyelidiki kasus penculikan massal individu bernama Romeo. Dia ingin tahu kabar Watson dan aku jawab sekenanya. Ayolah, Saho, di dunia ini bukan hanya dia sendiri yang punya nama 'Watson'. Bumi itu luas," jawab Hellen cepat tak lupa tersenyum.

"B-begitu? Maaf kalau aku terlihat penasaran. A-aku permisi dulu!"

Setelah Saho berbalik, keduanya sama-sama menukar raut muka. Saho yang tadinya cengengesan bodoh menjadi dingin. Hellen yang tadinya tersenyum manis menjadi datar.

Jadi begitu rupanya. Inilah mengapa Watson menyuruhku menyelidiki tentang cowok ini. Dia merencanakan sesuatu, pikir Hellen melipat tangan ke dada.

Kecepatan reaksi yang mengagumkan. Pantasan Watson sangat percaya padanya. Ini makin menarik saja, batin Saho tersenyum misterius.

Mari kita lihat, siapa yang topengnya terbuka lebih dulu.

-

Kebiasaan Aiden menggebrak meja kambuh. Hari ini rambutnya kembali bergelombang dan dibiarkan jatuh ke punggung. Poninya dia belah dua dan memakai jepitan kain bunga terompet.

Iya. Dia cantik seperti biasa. Hellen sudah jenuh memujinya.

"Ya ampun! Apa lagi salah meja-chan sampai kamu memukulnya seperti itu, Buk Aiden?" King si lebay menanggapi.

"Kata Ibu Noki, anaknya tidak suka bermain terlalu jauh. Cuman ke taman untuk jalan-jalan bersama anjingnya dan pergi sekolah, dan dua-duanya sudah kita kunjungi. Jadi kali ini kita ke mana mencari petunjuk lainnya?"

Hellen mengangkat bahu. Ya mana dia tahu. Orang dia baru masuk kemarin.

"Buru-buru mencari petunjuk berikutnya, apakah kita sudah tahu arti dari tiga tanda yang kita temukan?"

"Tapi kalau kita terlalu lamban, bisa-bisa pelaku melakukan hal jahat pada Noki mengingat dia tak meminta tebusan." Aiden mendesah kasar.

"Aku juga sudah bilang, pelakunya modelan menculik demi kesenangan. Dia tipekal penantang para detektif!"

"Aku punya ide," celetuk Hellen.

"Bagaimana?!" Keduanya berseru.

"Perhatikan orang-orang di sekitar kita. Kalau ada sosok hitam, berarti dia lah pelakunya. Kayak yang di komik itu."

"Itu komik, Hellen... Ini dunia nyata..."

"T-ternyata ada yang lebih bermasalah otaknya daripadaku."

"Intinya, kita bisa menerjemahkan arti tanda-tanda tersebut jika mengurutkannya dengan benar. Setiap ada pintu masuk, selalu ada pintu keluar. Begitulah kata Watson."

"Tsk, memangnya apa maksud dari tanda pagar? Apa ini mengartikan hastag? Bagaimana dengan simbol '@'? Itu apa artinya astaga. Memusingkan."

Mulai diskusi.

"Tanda pagar digunakan di media sosial guna memetakan topik yang lagi marak diperbincangkan. Tanda ini juga banyak dimanfaatkan oleh jenama sebagai kategori pilar-pilar konten digital."

Hellen menjentikkan jari. "Penjelasan yang bagus, Aiden. Tapi tanda pagar punya maksud lain."

Aiden dan King menatapnya.

"Chakelian mengutip pemaparan Keith Houston di buku Shady Characters: The Secret Life of Punctuation, Symbols & Other Typographical Marks. Beliau menyatakan tanda pagar serbaguna. Bisa dimanfaatkan untuk menunjukkan nomor seperti pada judul cerita, menandakan skakmat dalam permainan catur, atau melambangkan tanda not naik setengah nada pada musik. Nah, tanda ini masuk ke kategori mana?"

"Wow, Buk Hellen! Kamu pasti gabut ya membaca buku yang menjemukan!'

"Setidaknya itu berguna daripada kartun yang kamu baca." Hellen mendengus. Bisa-bisanya si Raja Abal-abal itu mengejek bacaannya.

Aiden mengelus dagu. "Lalu, bagaimana dengan tanda '@'? Bukankah tanda itu hampir punya fungsi yang sama?"

"Buk Aiden ternyata gaptek ya..."

King langsung sujud saat Aiden menggertak dengan mengepal tinju.

"Ekhem! Sekarang giliranku yang tampil!" kata King berdeham membersihkan tenggorokan yang gatal. "Pada sebuah situs Oxford dan buku berjudul Letter by Letter: An Alphabetical Miscellany, simbol '@' atau at diartikan 'to, toward, or at' (untuk, menuju, pada). Nih tanda digunakan buat daftar faktur lembar akuntansi. Penggunaan tanda at murni dalam perdagangan. Lihat saja sosmed, para ulzzang dan artis Mougram tiap memposting sesuatu di beranda akunnya pasti memakai kedua tanda itu. Aku tak mengerti dunia artis."

Hellen bersedekap. "Cih, itu kamu pasti dapat dari catatan Watson, huh?"

"Ehe!" King mencibir.

Plak! Satu jitakan melayang.

Aiden berpikir keras.

Tapi entah kenapa Aiden merasa ada yang tertinggal dari penjelasan Hellen dan King barusan. Apa benar hanya itu?

To be continued...










Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro