June 8Th 2023

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sub-Genre : Adventure

*****

"Tante Marybel sama Om Henriate ke mana, ya? Kenapa mereka belum datang juga ke sini?" Aquatic memberengut.

Biasanya batang hidung mereka berdua selalu tampak pukul sembilan. Sekarang sudah jam satu siang, namun Marybel dan Henriate tidak kunjung datang. Aquatic khawatir telah terjadi sesuatu.

"Apa... kau mau aku memeriksa mereka?" tanya Lake dengan napas tersengal.

"Tidak usah!" Tangan Aquatic menyentuh kaca akuarium. "Jangan memaksakan dirimu, Lake. Kau lagi tak enak badan."

Makanya Aquatic membutuhkan Marybel atau Henriate karena dibanding Federer dan ilmuwan-ilmuwan lainnya di sana, dia lebih mempercayai mereka berdua.

Entah apa yang terjadi dengan Lake, sejak subuh tadi, Dia mengaku tubuhnya terasa aneh pada Aquatic. Gadis itu menduga Lake terserang demam karena begitu-begitu Lake masih lah setengah manusia. Wajar dia merasakan demam.

Aquatic tadi sudah meminta obat ke profesor yang bertanggung jawab pada tangki akuarium Lake, namun bukannya mereda, Lake justru tambah kesakitan. Sepertinya dia salah mengambil obat.

"Lake pernah berkata, kalau Lake sakit, kekuatan Lake menjadi macet. Kadang berhasil, kadang gagal. Aku tidak mau Lake kenapa-napa, jadi istirahat saja ya? Aku akan bertanya di mana Tante Mary dan Om Henri ke Pak Federer."

Aquatic pun berdiri. Dia sempat diajak keliling oleh Henriate ketika Marybel belum datang ke Pusat Penelitian, jadi dia tahu di mana lokasi kantor Kepala.

"Tunggu, Aquatic... Kau tak bisa pergi sendirian begitu saja... Akan kutemani—"

"Sudah, Lake diam dulu di sana. Nanti aku marah lho, Lake keras kepala gitu."

Lake pun akhirnya menutup mulut.

*

Di mana Marybel dan Henriate? Mereka di stasiun, kawan! Marybel mendapat kabar dari Punya kalau Komisaris Navier mengadakan janji di Whalexsa Timur.

Kemarin mereka menguping pembicaraan dua pengikut aliran Kultus Mistis akan melakukan 'pertemuan' di sana. Jelas ini bukan kebetulan semata. Marybel harus tahu, apa sebenarnya rencana Kultis.

Tadinya Marybel ingin pergi sendiri, eh, tahu-tahunya Henriate membuntutinya.

"Kau kenapa sih mengekoriku mulu dari kemarin? Apa kau suka padaku?" kata Marybel dengan pipi yang sedikit merah.

"Mimpi saja tak pernah," balas Henriate, waswas ke sekeliling. "Kau jarang naik kereta api, kan? Bagaimana kau malah tersesat di kota lain? You need driver. Anggap saja ini petualangan kecil kita ke distrik tetangga. Aku kangen liburan."

Marybel ingin menghajar Henriate, tapi terlalu banyak orang. Mencari keributan di tempat itu membuat dirinya akan mencolok. Jadi Marybel hanya pasrah.

Kereta api yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang sesuai jadwal yang disiarkan oleh operator enam menit lalu.

"Itu mereka," bisik Henriate. Dua pria berpakaian serba hitam di arah jam sepuluh. Mereka akan menaiki kereta yang sama merujuk minimnya stasiun di Whalexsa yang tergolong kota baru.

"Kita tidak boleh berisik dan ketahuan seperti terakhir kali," kode Marybel.

"Kau lupa di taman itu kau lah yang mencari masalah? Kau bilang kau polisi, tapi level stalking-mu masih newbie, ya."

"Sebaiknya kau berhenti sebelum kuketok kepalamu dengan palu kebenaran," gumam Marybel tersenyum kalem, tapi tangannya diam-diam pamer tongkat tonfa hitam.

Setelah diancam akan dipukul, mau tak mau Henriate mengunci bibir, tidak mau Marybel betulan melayangkan sabitan kebenaran. Mereka diam, sama-sama hanyut dalam pikiran, menikmati alunan roda kereta yang beradu landasan rel.

Jrash! Tanpa peringatan, hujan turun.

Marybel memandangi rintik hujan lewat jendela. "Kenapa firasatku tak enak, ya?"







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro