21

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Mama!" Hellen berseru.

"Tidak apa, Hellen. Mama baik-baik saja." Beliau menunjuk Watson, tatapan penghargaan. "Berterima kasih lah pada teman detektifmu telah menyelamatkan nyawa Mama. Anak yang brilian."

"Watson?" Hellen menoleh.

Pemilik nama menghiraukan binar mata kagum Hellen. Dia berdiri di depan Mazenle, menatap datar. "Nyonya Rokko, jika Anda menyerahkan diri baik-baik, hukuman Anda akan dikurangi."

"Kamu pikir kamu sudah menang, huh?"

"Anda menderita sindrom sapiosexual. Itulah mengapa Anda tertarik dengan Tuan Stern, sampai sekarang pun masih mencintainya. Apa aku salah?"

[Note: Sapiosexual adalah keadaan dimana seseorang memiliki ketertarikan saat bertemu lawan jenis yang punya kecerdasan dan pengetahuan di atas rata-rata.]

"Bocah sok tahu. Mati saja sana seperti mantan pacarmu." Mazenle tertawa hina.

Watson manyun. Sejak kapan Mela menjadi pacarnya? Ditembak saja tidak pernah. Tetapi dia mengangguk maklum—dia sedang berurusan dengan pasien rumah sakit jiwa.

"Apa maksudmu, Watson?" Hellen bertanya dengan suara bergetar. "Sindrom itu ..."

"Kamu tahu artinya kan, Stern? Wanita ini cinta mati sama Ayahmu. Alasan mengapa dia menculik sipil bernama Romeo adalah sebagai bentuk apresiasinya yang tidak berhasil meraih beliau. Lalu mengapa harus kata 'Romeo'? Itu karena nama ayahmu! Romeo Elione Stern!"

Hellen terdiam. Pun Cynthia.

"Sejak kasus Mupsi, aku merasakan circle diskriminatif yang samar membuatku bertanya-tanya: sebenarnya ada apa ini. Kenapa Ayah Aiden memberitahu namanya sementara Ibunya tidak, kini yang terjadi berkebalikan. Aku tidak mau tertinggal informasi lagi karena hal kecil itu, makanya menggali lebih dalam tentang keluargamu.

"Tuan Elione dan Mazenle satu sekolah. Ayahmu berada di student council (organisasi siswa) sementara wanita ini bergabung ke klub drama. Mereka bertemu ketika Tuan Elione memberi opini untuk pertunjukan sekolah: pentas musikal Romeo & Juliet. Didekatkan oleh waktu, mereka pun jatuh cinta dan berpacaran.

"Akan tetapi, mereka mempunyai jalur pendidikan yang berbeda. Tuan Elione diterima di Fakultas Kedokteran, sedangkan Mazenle tertinggal selangkah. Dia tidak percaya diri bisa bersanding dengan ayahmu yang pintar. Pesimisme telah mengantarkan Mazenle pada akhir dari suatu hubungan, meski di sisi lain dia masih sangat mencintai Tuan Elione. Oleh karena itu, timbul ambisi besar untuk mendapatkan kembali ayahmu dengan belajar di luar negeri tanpa memberi kabar. Sangat disayangkan, Mazenle terlambat karena Tuan Elione sudah menikah. Awal kemunculan Sapiosexual.

"Aku melakukan riset ulang pada korban-korban yang kamu culik, dan simsalabim, aku menemukan petunjuk besar. Romeo Grandham. Meskipun berasal dari keluarga miskin, prestasinya tak dapat diremehkan. Kamu menyuap dengan sogokan melimpah sampai-sampai semua kenalannya tega melupakannya. Siapa yang mau menolak uang gratis dengan syarat sederhana, apalagi mereka di dalam lubang keputusasaan.

"Itu juga berlaku pada romeo-romeo selanjutnya. Reland Romeo, Romeo Zaylon, Fenton Lambert Romeoa, Romeo Kronar, Romeo Donoghan Evaine, lalu terakhir Romero Ronald. Mereka semua berpotensi di bidang masing-masing. Anehnya, kenapa Mazenle hanya menyentuh 'Romeo miskin' sedangkan 'Romeo kaya' tidak? Apa dia melakukan intoleran? Atau finansialnya menipis? Mustahil. Kamu reporter eksekutif dengan gaji besar, bahkan mampu mencungkil latar belakangku.

"Jawabannya adalah, romeo-romeo itu tidak sesuai dengan kriteriamu. Mereka tidak pintar seperti Tuan Elione. Bukankah karena itu kamu tidak menculik mereka? Sindrom Sapiosexual, kamu hanya tertarik pada lawan jenis nan genius. Aku langsung mengetahui penyakit yang kamu derita setelah melakukan perbandingan ini."

Watson mengusap-usap leher. Berbicara sepanjang itu mengeringkan tenggorokannya. Dia juga bingung kenapa analisisnya bisa jadi sepanjang tali beruk.

Prok! Prok!

Mazenle tepuk tangan, terlihat menikmati pertunjukan deduksi. Dia tidak terlihat seorang penjahat yang terkepung. "Hahaha, pintar Watson. Kalau namamu Romeo, kamu mungkin adalah koleksi terbaik yang pernah kumiliki. Itu benar. Untuk apa aku menyukai orang bodoh walau memiliki nama Romeo? Aku hanya menginginkan replika sempurna dari Elione-ku."

Tetapi cukup sampai di sana tawa meremehkan. Bunyi sirene polisi mengaung ke langit-langit ruangan beserta derap langkah kaki. Deon dan antek-anteknya telah datang ke TKP.

"Permainan sudah berakhir, Zenle. Aku akan mengiringmu kembali ke selmu. Semua selesai." Chyntia menginterupsi.

"Dirawat oleh istri dari pria yang kucintai, apa kamu pikir aku sudi? Kamu lah seharusnya berada di sana, Chyntia. Kamu wanita gila mencuri laki-laki orang lain." Mazenle tersenyum miring. Dari gerak-geriknya, Watson tahu orang ini masih menyiapkan sesuatu.

Mazenle bersandar, menatap Watson dengan pandangan yang sulit dibaca. "Ngomong-ngomong, Pak Detektif, tidakkah kamu melupakan sesuatu? Tentang kematian Romero Ronald... Apa kamu tidak mau mengomentari itu?"

"Ah, soal luka unik di perutnya? Itu disebabkan oleh panah composite. Kamu memancingku untuk mengeliminasi kemungkinan kamu pelakunya dengan mengatakan seorang pemanah pemula. Awalnya itu mengecohku, namun tidak sampai aku menemukan senar spectra di tong sampah. Kamu memanah Romero Ronald dengan menggunakan tali senar agar menarik anak panahnya kembali ke tanganmu. Dengan begitu tidak ada yang tahu karena apa korban tewas. Senjata pembunuhan lenyap dari TKP. Metode cerdik menurutku."

Mazenle terkekeh. Watson merasa aneh sendiri. Apa yang tengah dia rencanakan? "Hebat. Kamu menjelaskannya dengan singkat," katanya setengah memuji setengah menghardik. "Tapi tadi... Katamu aku hanya tertarik dengan lelaki genius, lalu kenapa aku menikahi Saul dan melahirkan anak?"

Si sialan ini... Watson menelan ludah, mengepalkan tangan. Mazenle menyeringai lebar demi melihat reaksi Watson sesuai ekspektasinya.

"Kenapa kamu diam, Tuan Sherlock?" Mazenle mendesak, terkekeh puas menikmati perubahan raut wajah Watson. "Apa kamu tidak bisa menjelaskannya? Ahh, atau kamu tidak mampu?"

"Sialan ..." Watson mengeram. Mana mungkin Watson mengatakannya di depan Hellen. Itu akan menyakiti Hellen. Kebenaran kematian teman masa kecilnya, Rokko Romeron. Watson tidak bisa melakukannya.

"Katakan saja!" Hellen mengerti kegelisahan Watson. Dia harus mengetahui kebenaran. "Jangan ragu. Katakan saja apa yang kamu tahu. Apa pun itu, aku siap mendengarnya."

Watson terjebak di situasi yang membuatnya tertekan bukan main, menghela napas singkat. "Mazenle menikahi Saul karena Saul tahu siasatnya. Saul mengancamnya akan membeberkan rencana penculikan itu jika Mazenle tidak menerima ajakan pernikahan. Rokko Romeron lahir di keluarga palsu."

Hellen masih diam mendengarkan.

"Hal sebenarnya yang Rokko lihat waktu itu adalah nama ayahmu, Stern. Mazenle berniat untuk menculik Tuan Elione. Rokko yang terkejut melihat perbuatan ibunya tak sengaja menghasilkan suara, dan pembunuhan itu pun terjadi. Mazenle membunuh Rokko tak peduli Rokko adalah anak kandungnya. Rokko bergegas mendatangimu untuk memperingatimu, lalu tewas kehabisan darah... Dia memprioritaskanmu, Stern, dibanding nyawanya sendiri.

"Tak tahan atas perbuatan Mazenle bahkan berani membunuh putra mereka, Saul berencana ingin membongkar semua tindak penculikannya pada polisi. Malangnya Saul terlambat. Mazenle lebih dulu mengakhiri nyawanya sebelum sempat menelepon polisi, menyembunyikannya ke dalam kulkas, lantas berpura-pura berduka."

Watson menghadap ke Mazenle. Wanita itu masih memasang raut muka menantang, tak gentar sedikit pun. Dia tidak peduli Deon dan petugas polisi menodongkan pistol ke arahnya.

"Dengan pasal dan undang-undang yang berlaku, dapat kupastikan kamu mendekam di penjara seumur hidup, Mazenle."





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro