18* The Gate is Finished

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sepertinya aku paham apa yang dimaksud dengan 'melemahnya' Pohon Neraida.

Tidak bisa tidur setelah insiden di Aula Putih dimana hanya aku yang tahu, aku sama sekali tidak mengantuk. Mataku melek, khawatir dengan dua titik cahaya yang keluar dari ukiran bulan sabit pada patung kekuatan.

Jadilah aku memutuskan cari angin malam (sekarang pukul sembilan) dengan terbang melihat keadaan Pohon Neraida, namun aku disuguhi pemandangan yang menyayat hati.

Lihatlah, pohon beringin yang super hijau itu sudah berubah warna menjadi cokelat. Layu. Daun-daunnya berguguran di tanah. Ya ampun, beginikah kondisi Pohon Neraida?

Aku duduk jongkok mengambil sehelai daun, memandang ngilu Pohon Neraida. Tidak ada Sabaism, tidak ada yang bisa bertahan. Padahal Sebille dan Parnox sudah berkerja keras berpindah dari Fairyda ke Klan Druid untuk mengumpulkan air mata unicorn. Tetapi itu hanya pemulihan sementara. Inti kekuatan pohon tetap lah energi dari katedral Sabaism.

Berapa banyak kekuatan Pohon Neraida yang tersisa? Apakah cukup untuk perang besok? Bagaimana kalau kami jatuh saat bertarung melawan Blackfuror? Kami tak diuntungkan.

Aku bersandar ke batang pohon—tenang, aku tak mengaktifkan kemampuan Swift Growers. Aku beralih memandangi langit yang ditaburi bintang gemintang. Aku tak menyangka langit malam di dunia lain seindah dan secantik ini.

Mama sama Papa apa kabar, ya? Mereka pasti panik aku sudah berapa... Hm, berapa bulan ya? Aku tidak menghitung sudah berapa lama aku tinggal di dunia paralel. Waktu berlalu cepat tanpa kusadari. Aku hanya difokuskan Blackfuror, perang, masa depan Fairyda.

Kutatap telapak tanganku. Sampai sekarang, aku tidak menunjukkan kegunaanku sama sekali. Kenapa harus aku yang menerima berkah ini? Patung Kekuatan salah memilih pengguna.

Saat aku menerima Swift Growers, aku tak merasakan perubahan apa pun di tubuhku. Aku merasa telah terjadi suatu kesalahan.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Aku menoleh. "Oh, hai Kala. Kau tidak tidur?"

"Kau sendiri, bagaimana?" Kala duduk di sebelahku, memandang pohon beringin di belakang kami. "Keadaannya makin parah."

"Kau tak punya mantra atau ramuan yang bisa memulihkan Pohon Neraida, Kal?"

"Ia menolak sihirku. Mungkin karena pohon ini buatan calon pemimpin baru Klan Peri, ia langsung tahu siapa aku." Kala menggeleng.

Ohh, jadi yang dimaksud Parnox dan Cleon waktu itu Pohon Neraida bergeming saat Kala mengukur kekuatannya, karena pohon ini memang tidak bekerja pada penyihir.

Hening di antara kami. Hanya terdengar semilir angin lembut dan suara jangkrik.

Keningku berkedut jengkel. "Hei, hentikan anginmu, Kala. Jangan bermain angin di depan gadis yang memakai rok. Itu mesum."

"Itu angin alami," jawabnya datar.

"Dasar, kita sudah mau di penghujung nih. Kau masih tidak mau memberitahuku, kau ini penyihir spesialis apa? Rinvi tahu, namun dia bilang lebih baik kau yang kasih tahu."

Kala menjentikkan jari. Sebuah buku tebal muncul di pahaku. Aku membaca judulnya, Semua Hal Tentang Klan Penyihir Jilid 2?

Aha! Aku tersenyum lebar. "Ini sambungan buku pertama..." ucapanku seketika terhenti, digantikan dengan menelan ludah gugup. Aku kikuk menatap Kala yang hanya memasang wajah datar. "J-jadi kau tahu aku membaca buku itu..." bataku malu. Padahal sudah kusembunyikan di tempat rahasia dan aman!

Dia mengedikkan bahu membuat maluku bertambah. Puh! Aku membuka acak buku kamus tersebut. Beruntungnya langsung tiba di bab yang ingin kubaca: kategori penyihir.

"Telah ditambahkan beberapa keahlian penyihir: Penyihir Astrologi, Penyihir Hewan & Tumbuhan, Penyihir Alkimia..." Aku terus membaca sampai ke tengah. "Yang mana satu kategori spesialismu? Penyihir Mantra? Oh, kau Penyihir Sayap! Kau bisa membuatkan Rinvi sepasang sayap, pasti ini keahlianmu."

"Tidak," dia menggeleng lagi, "paling bawah."

Oke. Aku langsung lompat ke paragraf terakhir, mataku membola lebar. Penyihir Sempurna, seorang penyihir yang bisa melakukan semua elemen dan ilmu sihir. Penyihir yang mencapai tahap ini pantas direkomendasikan sebagai penyihir menara.

"Tidak mungkin. Membuat portal saja kau tak bisa." Secara natural aku mencemooh.

"Bukannya tidak bisa," kata Kala tersinggung. "Aku sudah lama tidak membuatnya."

"Memang apa bagusnya Penyihir Menara?"

"Kau akan dikenal di seluruh dunia. Tapi aku memilih job jadi Penyihir Pengembara." Kala mengeluarkan sebuah kartu, memberikannya kepadaku. Aku berbinar-binar menerimanya.

Itu kartu id petualang yang sering kubaca di lightnovel fantasi. Aku minder melihat level Kala sudah 887, hampir menuju angka 900.

"Kenapa kau mencoret kolom afiliasi?"

"Karena kartu itu mendaftarkan apa saja yang tertulis di atasnya. Mereka bisa tahu kalau aku ada di Fairyda saat ini," jawabnya malas.

"Itu berarti gelarmu paling tinggi di antara kategori penyihir. Ini tingkat terakhir. Apa kau mau melindungiku?" Aku cengengesan, menyengir.  "Hahaha, aku hanya bercanda—"

"Aku tidak keberatan," sahutnya.

Tawaku tersumpal, mengerjap menatap Kala yang serius. "E-eh? Aku hanya bergurau barusan, Kala! Aku tak mau merepotkanmu."

"Dan aku tidak bercanda." Kelereng aqua-nya menatap mataku dalam. "Aku tidak keberatan melindungimu. Justru kau yang keberatan—"

"AHA! S-sepertinya aku percaya kau Penyihir Sempurna deh. Aku ingat, kau bisa membuat Ondina berbicara, memanggil barang sesuka hati dengan menjentikkan jari, belum lagi menciptakan sayap imitasi untuk Rinvi yang hampir mirip dengan sayap peri asli." Aku menyergah dengan berdiri. Olahraga ringan.

Aku tak ingin Kala lihat wajahku lagi merona.

"Verdandi..." Kala menatapku intens. "Jika situasinya menjadi sangat pelik, kau harus pulang. Aku sudah menyiapkan portalnya."

Kalimat Kala sukses membuatku mematung.

*

Matahari terbit, merangkak perlahan menyiksa batinku. Kami sudah dipanggil oleh Parnox untuk segera membuat barisan dan barikade di lapangan sekolah sementara aku masih tertahan di kamar, teringat kalimat Kala yang sudah menyelesaikan portal.

Kalau situasinya runyam, aku harus pulang. Tentu saja aku senang bisa pulang ke dunia asalku, namun aku akan melarikan diri begitu saja? Meninggalkan teman-temanku yang setengah dari mereka bertarung untukku?

Aku tidak bisa. Aku takkan pulang sebelum Subklan Fairyda benar-benar menang. Maaf Verdandi jadi anak yang nakal, Ma, Pa.

Kuambil jubahku, menegakkan sayap yang dari tadi layu. Tak lupa menyambar kantong biji bunga. Semuanya sudah lengkap.

Aku memutar gerendel pintu nan unik. Kulihat banyak peri yang lalu-lalang meluncur ke padang luas. Baiklah! Tersenyum mantap, aku pun terbang meninggalkan kamar, melesat ke tempat sama dengan yang mereka tuju.

*

Tidak semua teman-temanku satu unit denganku (akhirnya aku masuk Kelompok Pelindung). Aku jadi canggung karena tidak mengenal satu pun peri di sekelilingku.

Aku tidak berani mengajak siapa pun bicara. Suasananya tegang. Aku harus menahan mulutku dan lebih baik menunggu Parnox... Panjang umur! Parnox muncul dengan bakat Teleportation-nya di depan barisan.

"Dengarkan!" Suara bisik-bisik para peri di halaman seketika lenyap, menyisakan suara Parnox seorang. "Kita tidak tahu kapan tepatnya Pohon Neraida berhenti berfungsi. Jadi persiapkan diri kalian karena boleh jadi kekuatan terakhir pohon itu habis saat di sela perang atau semoga saja kita beruntung, habis di akhir momentum pertarungan."

Aku menelan ludah. Ini pertaruhan yang gila.

"Kita sudah berjuang sejauh ini. Mari kita membawa kemenangan, Fairyda's. Kita jadikan hari ini hari terakhir Blackfuror ada."

"Mengerti!" seru kami serempak.

"Tunggu, Ketua Parnox! Ada laporan krisis! Dua kekuatan baru telah jatuh di Blackfuror!"

Aku, maksudku kami menoleh ke dua peri yang mendatangi Parnox tiba-tiba. Aku kenal salah satu dari mereka, adalah Gee. Kenapa mereka membawa buku List of All Potencia?

"Apa yang terjadi, Tanny?" tanya Cleon. Sudah jelas dia berada di Peri Garis Depan.

Oh! Aku ingat sekarang. Dia peri yang membuat Cleon cari masalah dengan Kala. Dia cantik. Rambutnya lurus sepunggung.

"Buku ini diperbaharui beberapa menit lalu."

"Tunggu, apa?" Madam Allura dan Master Olavo saling tatap bingung. Bukankah Patung Kekuatan sudah berhenti menebar benih karena ada masalah pada Istana Sabaism?

Tanny membuka halaman buku. "Kita kedatangan dua kekuatan berbahaya yang saling sinkronisasi. Kekuatan baru menetas."

Tubuhku membeku di tempat, teringat dua titik cahaya yang keluar dari patung. Jangan bilang cahaya itu adalah benih kekuatan...?

Parnox mengepalkan tangan. "Ini kemampuan yang merepotkan. Kita harus bergegas—"

"PENYERGAPAN!" Seseorang berseru.

Dari arah Barat, Timur, dan Selatan, pasukan Blackfuror melaju cepat ke akademi. Kami terkepung karena satu-satunya yang berada di Utara. Apa mereka sudah merencanakan ini dan membentuk formasi mengepung kami? Sial! Kami telah meremehkan mereka!

"Siapa yang akan jadi hari terakhir, huh? Kalian lah yang akan kalah, Fairyda's!" seru peri komando yang memimpin pasukan Blackfuror. Ukh, suaranya menyeramkan. Seperti mendengar suara dari dalam sumur.

"Wahai, mereka mencuri start kita." Parnox menghela napas. "MAJU SEMUANYA!"

Tanganku terkepal. Perang telah dimulai.




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro