Chp 105. Semuanya Berkembang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebelum masuk ke konsep seksi yang diusulkan Jun-oh, mari kita mundur dulu.

"KAKAK!" Jinyoung memelukku begitu aku tiba di asrama. Matanya berkaca-kaca. "Ibuku sering membicarakan tentang malaikat pelindung saat aku masih kecil, ternyata kakak malaikat penjagaku!"

Jun-oh ikut-ikutan memelukku yang berdiri diam bagai patung tanpa ekspresi apa pun. "Itu benar! Kau bahkan rela dipukuli demi membalas kemarahan Jinyoung. Hatimu terbuat dari apa, Mae?"

"Aku turut senang kau masih di sini, Kak Maehwa," kata Do Woo tersenyum. "Kita tidak tahu siapa pengirim anonim yang meluruskan kesalahpahaman kakak, tapi berkatnya kita jadi tahu kakak memukul mereka karena alasan tak termaafkan."

Aku menyelamatkan diriku sendiri. Baiklah, itu berkat bantuan sistem juga.

"T-tapi kau baik-baik saja kan, Maehwa? Kau dipukul oleh Daejung dan babak belur oleh anak-anak nakal itu... Lho, kok, kau sudah sembuh?" Geonwoo gelagapan, mengitariku dengan pandangan tertarik.

"Obat dari dokter kenalanku sangat efektif," jawabku sesuai skenario Danyi.

Untungnya mereka polos dan mengangguk percaya. Kyo-rim tertarik dengan Dain dan meminta nomornya padaku. Ibunya sering mengeluh sakit kepala kambuhan dan butuh dokter ahli. Kuharap Dain tidak keberatan aku mengirimkannya pasien.

Oh, benar juga. Selagi aku ingat, aku cek status Jinyoung dan Kangsan ah.

'Keluar Status Window.'

Nama: Do Jinyoung
Umur: 18 tahun
Title: For My Family, I'll Going to Debut!
Stat: Charm (R). Dance (S). Rap (HR+). Vocal (SSS). Visual (R). Mental (A-).

Nama: Choi Kangsan
Umur: 18 tahun
Title: Who's a Friend? Who's a Enemy?
Star: Charm (SSS). Dance (MR+). Rap (HSR+). Vocal (A-). Visual (R). Mental (B).

"Maehwa? Kau kenapa??" tanya Jun-oh khawatir melihatku terbatuk-batuk.

Jinyoung memberiku air. "Minum, Kak."

Sialan, stat mengerikan macam apa itu! Aku tahu Jinyoung dan Kangsan seorang monster, tapi tak kusangka nilai mereka sangat tinggi dari yang kubayangkan. High Rare dan satunya High Super Rare.

Yang namanya bakat dari lahir memang beda kelasnya dari cheater sepertiku. Kenapa stat mereka bisa sebesar itu? Apa karena acara ini makanya mereka berkembang pesat? Orang-orang yang sudah kulihat pasti juga sudah naik level.

Aku tidak berani melihat ulang. Itu membuatku semakin minder. Aku hanya punya satu MR+, tapi itu berada di status tak berguna. Aku tidak boleh ketinggalan. Aku harus menaikkan keterampilanku.

"Ngomong-ngomong," Jun-oh berbisik. Tampangnya seperti orang bergosip. "Yang membantumu Geonwoo dan Ah Ram lho. Mereka merekam perbuatan Daejung dan Hangang. Ukh adikku ini, kenapa tidak bilang kau digencet oleh dua sialan itu? Kakak pasti akan melindungimu."

Aku tak mempedulikan Jun-oh yang mengusap-usap rambutku, menoleh ke dua orang yang dia sebutkan.

Aku sudah menduga video klarifikasi penindasan anak-anak di bawah umur takkan cukup mengeluarkan Hangang dan Daejung, ternyata ada yang diam-diam memberiku pertolongan.

Aku menggaruk pipi. Canggung. "Terima kasih bantuannya, Geonwoo, Ah Ram..."

Mereka saling tatap, tersenyum. "Tidak masalah, Maehwa! Kami ikut senang kau baik-baik saja setelah semua kecurangan yang mereka lakukan padamu."

"Itu benar!" Kyo-rim menyempil bersama Ha-yoon. "Aku tidak percaya Hangang sebrengsek itu. Seperti kata pepatah, jangan menilai dari penampilannya saja."

"Kau tidak apa-apa kan, Maehwa?" tanya Ha-yoon menatapku dengan pandangan yang sukar didefinisikan.

Jujur saja, akhir-akhir ini karakter Ha-yoon terlihat sangat pasif. Di kompetensi sebelumnya, dia juga bukan center, menerima bagian paling sedikit.

Yah, bukan urusanku juga sih. Mungkin pubernya terlambat. Mungkin dia sama sepertiku, di fase merasa hidup ini menjemukan. Mungkin dia punya masalah. Aku tidak ingin ikut campur lagi!

"Seperti yang kalian lihat," dehamku.

"Anak-anak, silakan ganti baju kalian dengan seragam sekolah. Syuting eliminasi akan segera dimulai." Seorang staf berseru mengingatkan para trainee.

Sudah saatnya. Pengumuman peringkat.

"Saya khawatir sekali pada anda!" Yoonseo berkata. Sedetik kemudian, dia menunduk muram. "Saya tidak tahu bahwa anda mengalami kesulitan di acara ini..."

Aneh. Kenapa wanita ini murung? Dia kan cuma penata rias di sini. Urusan internal bukanlah zona kekuasaannya. Pekerjaannya hanyalah mempersolek trainee.

"Tapi!" Yoonseo memeriksa wajahku dengan teliti seperti patung seni yang baru saja selesai dipahat. "Kau tidak memiliki luka lecet atau semacamnya, kan?? Kalau kau berdandan sekarang, takutnya infeksi."

"Tidak usah kalau begitu."

"Eits, mana bisa. Ini hari pengeliminasian. Meski bukan live seperti sebelumnya, anda harus memperhatikan penampilan anda! Lihatlah, sampai sekarang anda tidak bisa memakai dasi dengan benar!"

Ng? Bukan live?

Bisa dimaklumi untuk jaga-jaga terjadi sesuatu di luar dugaan. Apalagi di tengah-tengah skandal para pesertanya yang baru saja berangsur membaik. Star Peak berusaha keras mencari cara untuk memulihkan reputasi acaranya.

[Maehwa, saya benar-benar punya firasat buruk. Seperti ada yang akan terjadi, namun saya tidak tahu apa itu.]

Danyi, ah. Jangan menakutiku di saat aku sudah payah membangun mental baja.

"Maehwa..." Yoonseo berkata lagi, merapikan seragamku seperti seorang ibu yang melepas putranya ke tk. "Jaga diri baik-baik ya? Saya tidak mau anda terluka lagi. Jangan sungkan untuk bercerita. Anda selalu punya teman baik."

Aku mengangguk. "Terima kasih."

Teman baik, heh? Aku keluar dari ruang rias, tersentak melihat Jinyoung, Jun-oh, dan yang lainnya menungguku.

Aku takut membuka hatiku karena aku sendirian selama menjadi Im Rae. Aku tidak mau ditusuk dari belakang.

Jun-oh merangkul bahuku, nyengir. "Ayo cari tempat duduk yang nyaman!"

Rasanya beban di punggungku sedikit terangkat kala aku tidak melihat batang hidung Daejung dan Hangang di sana. Scarlett benar-benar mengeluarkan mereka setelah penderitaan yang kualami sejak pertarungan posisi.

Tapi ini belum berakhir. Bagaimana dengan nasibku? Apa aku bisa bertahan? Mau seberapa keras aku bersikap tenang, aku gugup jika sampai dieliminasi di sini.

"Selamat pagi trainee!"

Aku berhenti cekcok di pikiranku begitu Yihyun masuk ke platform dengan pakaian kasual. Semua trainee bangkit dari kursi, memberi tepuk tangan hangat padanya (termasuk aku). Aku sudah terbiasa dengan tradisi penyambutan ini.

Aku sedikit tersentak ketika Yihyun menatapku. Dia tersenyum. Hah? Apa?

"Sepertinya PD Yihyun senang kau di sini dan baik-baik saja," bisik Jun-oh.

Benarkah? Tapi bagaimana ini, aku masih menaruh dendam padanya karena menyuruhku olahraga lari. Seperti kataku, susah untuk memaafkannya.

"Saya sangat senang melihat perkembangan kalian semua dari episode satu sampai episode sembilan. Saya seperti mengasuh seorang bayi dan ikut bangga terhadap peserta pelatihan."

Yang kentara berkembang itu para monster. Ha-yoon, Jinyoung, Kangsan, Do Woo (barusan kulihat statnya juga sama ngerinya), Jun-oh, Eugeum, dan....

Aku menatap Kyo-rim. Vokalnya naik jadi S+, sementara dancenya menjadi R. Si pemalu Ah Ram juga tidak ketinggalan. Vokal bocah itu sudah SSR+ saat ini.

Yang tertinggal adalah aku. Kalau terus begini, aku bisa mengacaukan semuanya. Kapan aku menemukan dalang kematianku? Aku harus berusaha lebih keras—

[Selamat! Ambisi anda telah mengtrigger quest pengembangan.]

Huh? Aku menelan ludah. Danyi...?

[Misi Rahasia: Dapatkan tanda tangan Song Ina. Reward: 20+ poin stat.]

~To be continued~

Hehehe, akhirnya sudah tiba di Arc seru. Alasan aku ngaret update, soalnya scene yang kutunggu2 itu lama banget sampai aku ngarep IDOL PLAYER bisa update mandiri tanpa perlu kutulis ///plak!

Aku belum tahu nama arc ini. Sebut saja... 'Pemula yang Bukan Seperti Pemula'. Dan sepertinya bakal penuh tekanan mental.

Jangan lupa LIKE dan KOMENTAR untuk mensupport Maehwa kita bersama.

♩✧♪●♩○♬☆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro