Chp 107. Darah di Atas Panggung

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"DONG-MOON, DASAR KAU BRENGSEK!"

Sekiranya inilah yang terjadi saat Star Peak menemukan kebenaran tentang skandal Maehwa. Dong-Moon mengkhianati Hangang dan memilih Horus yang telah menghapus semua aibnya yang dipegang Hangang. Tidak sulit bagi hacker sekelas dirinya membobol data internal hp tanpa perlindungan.

Tuntas sudah Hangang kehilangan semua penyokong yang dia pamerkan selama ini. Agensinya marah-marah dan sedang proses pengusiran Hangang dari Young Ent.

Hal ini juga berlaku pada Daejung. Mereka berdua kena getahnya. Hancur.

"INI SEMUA GARA-GARA MAEHWA SIALAN ITU!" umpat Daejung, menendang tong sampah. "Kenapa dia harus ada?! Semua menjadi kacau karena dia terlibat!"

Hangang menggaruk pipinya sampai terluka. Dia tidak bisa menerima kesialan ini. Karena si bedebah itu, dia hancur! Hangang takkan membiarkan Maehwa menang begitu saja. Akan dia balas dua kali lipat.

Hangang menatap Daejung yang frustasi, menyeringai. Toh, dia masih punya alat di sini.

Oleh karena itu, Hangang membuat rencana untuk mengacaukan pengumuman peringkat. Dia yang telah hapal seluk beluk gedung Scarlett berkat Dong-Moon dengan mudah menyusup ke bagian tim kamera.

Hangang juga memberi Daejung obat supaya anak itu makin menggila, lantas menyerahkan sebilah pisau. "Kau harus menusuk Maehwa. Pastikan dia sekarat. Aku mengandalkanmu."

Dan inilah yang sedang terjadi.

Hangang terkekeh menikmati pertunjukan berdarah yang dia buat dari ruang penyiaran. Seringaiannya semakin lebar kala Daejung telah melancarkan aksinya.

"Habislah kau, Maehwa—"

"Aku mencium bau busuk, ternyata dari sini."

Mata Hangang terbelalak, menoleh cepat. "P-Produser Caterina?!" Sial, dia sudah memastikan tidak ada yang berjaga di sana. Kenapa Caterina mendadak muncul?! Wanita itu kan seharusnya berkeliaran di lantai satu.

Caterina melangkah masuk dengan menjilati es krimnya, menatap datar Hangang yang menceracau. "A-anda salah paham. Ini tidak seperti yang anda pikirkan. Daejung dia—"

"Kau boleh saja mencelakai orang lain, mengganggu siapa yang kau kehendaki. Aku tidak tertarik selain rating acara. Tapi jangan menargetkan Han Maehwa." Tiga pengawal masuk ke dalam ruang penyiaran.

"Nyonya CEO memberi perhatian penuh padanya. Aku hanya menuruti perintah. Tangkap dia dan kirim dia ke penjara."

Caterina menoleh ke panggung, tersenyum. "Aku akan mendapat rating yang tinggi."

***

Darah segar mengalir dan menetes ke lantai platform. Semua kru menjerit histeris. Yihyun berteriak memanggil keamanan, terlambat menolong. Trainee-trainee yang duduk di kursi piramida, serempak berdiri. Panik.

Daejung terkikik karena misinya berhasil, namun napasnya tercekat melihat Maehwa memandangnya datar seolah sedang dipandangi oleh manusia tanpa jiwa.

Sakit? Sedikit. Tapi Maehwa sudah mati rasa.

"Apa kau pernah menusuk seseorang sebelumnya?" kata Maehwa, memegang tangan Daejung yang mengenggam pisau.

Daejung terbelalak karena Maehwa justru menambah kedalaman pisau dengan tangannya sendiri. Akibatnya, Maehwa memuntahkan darah. Tapi bukannya meringis kesakitan, pria itu justru menyeringai.

"A-apa yang kau lakukan, dasar sinting—"

Maehwa mengusap-usap punggung Daejung yang gemetar ketakutan demi merasakan aura gelap dari korban yang dia tikam. "Jika tidak punya pengalaman, seharusnya kau tidak bermain-main dengan senjata. Pisaumu ini..."

Daejung melepaskan diri dari Maehwa yang napasnya mulai tersengal, terduduk lemas. "Kau... kau... sudah gila, ya? Apa yang..."

Maehwa mencabut pisau di perutnya sambil tersenyum. "Hanya mainan bagiku," lanjutnya melempar benda itu ke belakang.

"Dasar psikopat gila!" seru Daejung.

"Hei, aku korbannya di sini. Jangan berlagak seolah kau yang terluka," ucapnya sebelum akhirnya Daejung diseret pergi oleh penjaga.

"Psikopat! Kau psikopat! Jangan sampai dia debut! Dia itu sakit jiwa!" Daejung masih berteriak-teriak pada Maehwa sampai sosoknya hilang dari panggung berdarah.

Maehwa menyeringai puas. Dengan ini, Daejung dipastikan akan masuk penjara.

"AMBULANS!" Seruan Jun-oh membuat Maehwa kembali ke kesadarannya. "Cepat panggil ambulans! Maehwa, bertahanlah!"

Jinyoung menekan luka tusuk di perut Maehwa sambil menangis. "Kak, jangan begini kak..."

"Maehwa..." Ah Ram sesegukan.

Kenapa mereka pada lebay? Luka sekecil ini, takkan menyebabkan Maehwa mati.

***

Maehwa membuka matanya, mengerjap menyesuaikan pencahayaan lampu.

Eh, sialan, apa dia pingsan barusan? Padahal dia sudah sangat percaya diri bisa menahan luka tusuk itu tanpa harus pakai acara pingsan segala! Ternyata yang namanya luka tetap saja sakit sampai akhir ya.

"Jangan duduk dulu," tegur dokter yang mengurus Maehwa tak lain tak bukan sang Doctor Player, Cheon Dain. Dia bersedekap. "Kau terluka di bagian aorta abdomen. Butuh satu jam untuk mengoperasimu tahu."

Maehwa menghela napas. "Rasanya baru kemarin kita berjumpa. Sekarang kita bertemu lagi. Takdir macam apa ini?"

"Kau bisa tenang sekarang, Maehwa. Dua musuhmu itu didakwa atas penganiayaan, percobaan pembunuhan, dan dijatuhi hukuman 4 tahun di penjara." Dain menjelaskan, mengambil suntik. "Kau menang telak."

Maehwa tersenyum miris. Butuh terluka berkali-kali dulu, butuh putus asa dan nyaris bunuh diri dulu dia baru bisa menyingkirkan Daejung dan Hangang dari hidupnya.

Tapi, syukurlah. Itu berita bagus. Maehwa kini bisa fokus mengejar ketertinggalannya.

"Dain, badanku pegal-pegal semua. Apa kau tidak punya sesuatu? Obat atau suntikan atau apa lah." Maehwa meregangkan kedua lengan yang kesemutan, meringis memegang perut.

"Yah, itu wajar. Kau sudah tertidur selama empat hari di sini," jawab Dain santai.

Maehwa melotot. "APA?! 4 HARI???"

Tidak ada waktu untuk memulihkan diri. Misi selanjutnya pasti telah diumumkan atau jangan-jangan pembentukan tim sudah dimulai lagi. Maehwa harus segera ke asrama.

"Sebentar, Maehwa, minum ini. Cairan itu bisa mempercepat penyembuhanmu. Jangan coba-coba pakai ramuan penyembuh. Kau mungkin tidak tahu, tapi individu bernama Horus mulai mencurigai dirimu."

"Eh?" Maehwa menerimanya, menatap Dain bingung. "Horus? Apa yang dia curigai?"

"Aku memakai skill-ku saat mengoperasimu dan mendapati ada bekas suntik di lenganmu."

Maehwa mengangguk-angguk. "Itu benar! Si brengsek Dong-Moon ingin melakukan sesuatu dengan darahku. Apa yang harus kulakukan? Eh, tunggu... jadi dia bekerja sama dengan Horus? Ternyata aku masih punya musuh."

"Aku pernah mengalaminya juga. Seseorang yang mempertanyakan identitasku. Kau mau tahu apa yang kulakukan untuk menanggapi orang-orang kepo kayak mereka?"

Wah, menilai ekspresi Dain, pasti usulannya tidak baik nih. Maehwa hapal betul ekspresi-ekspresi tengil seperti itu.

Dain menggosok kedua telapak tangannya. "Kau bisa berikan mereka padaku. Biar aku saja yang menghajarnya sebagai pelampiasan stress tekanan ganda dari para profesor."

"Senang bekerja sama denganmu."

Maehwa dan Dain saling jabatan bisnis.

"Sekarang cepat pergi. Kau akan tertahan jika Dahlia datang kemari. Terlebih, aku sudah muak melihat wajah tampanmu itu."

Langkah Maehwa terhenti. "Apa kau baru saja mengatakanku tampan? Biasanya kau tidak pernah melakukannya. Amit-amit katamu."

"Aku juga tidak tahu." Dain mengacak-acak rambutnya, mendesah. "Kau... jadi tampak lebih tampan dari yang sebelum-sebelumnya. Bahkan aku, Dahlia, dan perawat-perawat lainnya gagal fokus saat operasi. Minum apa kok bisa wajahmu jadi setampan itu?"

Yah, itu karena... sebelum jatuh pingsan Maehwa mendapatkan sepuluh poin stat karena keberaniannya menantang Daejung. Dia menginvestasikan semuanya ke keterampilan Charm dan pesonanya sekarang S-.

Maehwa bergaya. "Oho, apa kau akhirnya mengakui kalau aku tampan?"

"Enyahlah dari ruang kerjaku!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro