Chp 115. Perekaman Apa?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Rae, kau tidak menyukai udang, kan? Kalau begitu hari ini porsi makan Rae dibedakan dari anak-anak lain ya~"

"Kenapa Nona Kimi bisa tahu?"

Padahal Rae tidak pernah mengungkit soal itu pada siapa pun karena dia tidak mau merepotkan bibi kantin yang susah payah memasak untuk anak-anak di panti. Kan sayang kalau Rae tidak memakannya.

Seringkali Rae jatuh sakit karena memaksa memakan udang atau segala jenis masakan seafood. Badannya jadi bengkak-bengkak dan demam tinggi.

Nona Kimi mengusap-usap kepala Rae. "Jika Rae tidak menyukai sesuatu, jangan sungkan mengatakannya. Terlalu baik akan menyakiti diri sendiri. Tidak ada yang suka kalau Rae sakit."

Rae tersenyum. "Baiklah, Nona Kimi!" katanya ngacir ke dapur untuk menukar nampannya dengan makanan baru.

Nona Kimi sangat perhatian pada Rae, pada semua anak-anak asuhnya. Dia memastikan jika anak-anak dalam kondisi sehat, memastikan mereka jauh dari bahaya atau apa pun hal negatif yang bisa merugikan. Bagaimana mungkin anak-anak panti tidak sayang padanya?

Tapi Rae benar-benar penasaran kenapa Nona Kimi bisa tahu perihal alerginya. Rae kan menyembunyikan rahasia itu rapat-rapat karena malu.

Lamat-lamat Rae mendengar suara seseorang di belakang dapur. Huh? Rae mengintip kepo. Lho, Nona Kimi...?

Bukan kali pertama Rae menciduk Nona Kimi menelepon diam-diam di tempat tertutup seperti ini. Seakan dia sedang menghubungi seorang yokoh penting, seakan tidak ada yang boleh mendengar.

"Jangan khawatir, Nyonya Im. Saya sudah bilang agar tidak memberi udang pada makanan Rae. Anda tidak perlu risau lagi."

Lagi-lagi Nyonya Im.

Siapa sih dia sebenarnya? Kenapa Nona Kimi sering menghubunginya?

***

Jangan tanya lagi apa yang Maehwa rasakan saat ini. Tubuhnya meriang, bernapas pun sangat susah karena tenggorokannya pedih seperti ditusuk-tusuk oleh peniti, pandangannya kabur, kepalanya pusing hebat.

Meski begitu, dia dapat mendengar suara marah-marah di luar ruang kesehatan.

"Kenapa kau memberikan sup udang ke nampan makan Maehwa?! Dia itu alergi udang! Apa kau berniat mencelakai trainee? Siapa yang menyuruhmu?!"

"M-Maafkan saya, Buk. S-saya benar-benar tidak tahu. Maaf, maaf..."

Maehwa beranjak bangun, memegang kepala. Dasar apes. Luka di perutnya belum sembuh total, sekarang ditambah demam. Bagus, kenapa tidak sekalian bikin dia ketabrak truk sekali lagi?

Maehwa memanggil Danyi, tapi sayangnya dia tidak bisa mengonsumsi ramuan penyembuh karena telah meminum ramuan dari Dain dan efektivitasnya dalam proses. Astaga! Dia lupa ramuan penyembuh tidak bisa ditumpuk efeknya.

"Katakan saja, mampus sudah diriku..."

Huh? Maehwa mengerjap. "Satu, dua, tiga?"

Kali ini Maehwa tidak bisa membendung kepanikannya lagi. Suaranya... suaranya pecah! Parau! Apakah karena makan kuah sup udang memicu nodul pita suara?!

Ini sungguh berita buruk bagi seorang vokalis—memiliki tenggorokan yang sakit sebelum pertunjukan—terutama Maehwa yang tercatat sebagai vokalis utama dalam timnya. Setelah beberapa abad akhirnya meraih posisi itu, sekarang dia mendapatkan kendala serius.

'Sial, sial, sial! Meski luka di perutku sembuh, apa gunanya kalau suaraku fals begini? Sup udang brengsek!'

Tidak ada lagi keterampilan yang bisa Maehwa banggakan selain vokalnya. Menari? Dia sangat payah, suka kaku, suka menggeliat seperti biawak terbang. Rap? Itu sama saja dengan bunuh diri! Kalau Maehwa dapat vote paling sedikit lagi di Evaluasi Konsep ini, dia akan gugur.

Selagi bergelut dengan nasib buruknya, Maehwa didatangi Kyo rim dan rekan timnya. Mereka masuk dengan raut wajah khawatir, menunda latihan. Ya jelaslah, satu anggota tidak ada.

"Maehwa, kau baik-baik saja?"

"Ti-dak," jawabnya menghela napas.

Kelimanya terdiam demi mendengar suara Maehwa yang sumbang, tersendat-sendat seperti suara knalpot tersumbat. Lihat, Kyo rim dan Eugeum refleks berpikir keras. Haedal menepuk dahi. Tiga kata, mereka tidak beruntung. Vokalis utama tim mereka memiliki suara pecah.

"Kacau sudah," gumam Haedal.

"Aku turut sedih, Kak," ucap Bang Wool mengusap-usap bahu Maehwa. "Suara kakak parau sebelum kompetensi. Apakah itu bisa sembuh sebelum perekaman?"

Hah? Tahan sebentar. Perekaman apa?

Maehwa hendak bertanya, namun Kyo rim lebih dulu berkata. "Sebelum kompetensi sih sepertinya bisa sembuh, tapi untuk rekaman dua hari lagi kayaknya enggak deh. Maehwa, jangan khawatir. Kau fokus pada pemulihan suaramu dulu, oke?"

Eugeum mendesah panjang.

"Kenapa musibah ini datang sebelum hari perekaman? Aku jadi benci sup udang."

Evaluasi sementara.

Demam Maehwa mereda setelah istirahat seharian (hanya menonton timnya latihan) dan minum obat. Jadi dia cukup percaya diri bisa menari hari ini. Setidaknya dia harus melakukan sesuatu agar timnya tidak dikecam pedas oleh para mentor.

Terutama Ise yang sukarela mengajarkan Maehwa. Mau di mana letakkin muka?

Pintu ruang latihan terbuka. Chan-Ri, Gallagher, Ados, Ise melangkah masuk dengan pakaian kasual yang serasi. Tim ELESIS membungkuk menyambut mereka.

Yang pertama Ise cari tentu saja Maehwa. Alisnya bertaut melihat Maehwa memakai masker, cemberut. Benda itu menutupi wajah tampan trainee kesukaannya! Kenapa dia harus memakai masker sih.

"Selamat siang, ELESIS. Latihan kalian lancar?" Chan-Ri tersenyum menyapa.

"Kami mengalami beberapa kesulitan. Tapi sejauh ini kami sudah berlatih keras untuk mengatasi kesulitan itu," jawab Kyo rim, membalas senyuman Chan-Ri.

"Bagus, sebaiknya begitu karena kami mengundang mentor istimewa hari ini."

Huh? Mentor istimewa?

Tubuh Maehwa membeku saat Dong-Moon melangkah ke ruang latihan.

Gawat, ini lebih gawat dari alergi udang. Dong-Moon dan Horus sudah curiga kalau Maehwa bukan manusia biasa. Jika mereka sampai tahu Maehwa baik-baik saja setelah insiden penusukan itu, bisa menari bebas tanpa merasa kesakitan, dugaan mereka akan semakin kuat!

Tapi masa sih Maehwa harus pura-pura sakit di kala dia telah menunjukkan perkembangan menarinya pada rekan timnya? Mereka bisa kecewa. Anak-anak muda ini tidak bersalah.

Dong-Moon tersenyum misterius melihat Maehwa yang gemetaran. 'Jika dia menari dengan baik hari ini, maka Horus benar. Dia bukan manusia.'

Sebenarnya ini tidak bisa diterima oleh akal sehat, tapi Dong-Moon memilih mempercayai penilaian Horus. Satu, Horus telah membantunya melepaskan diri dari "genggaman" Hangang. Dua, trainee bernama Han Maehwa ini sosok misterius tanpa latar belakang. Bagaimana dia tidak merasa tertarik? Semua manusia pasti memiliki masa lalu yang disembunyikan rapat-rapat, tak ingin diketahui. Aib yang akan mempengaruhi karir masa depannya dan tidak bisa menghindari masa lalu.

"Aku mengharapkan yang terbaik~"

Dong-Moon tersenyum pada tim ELESIS tepatnya tersenyum pada Maehwa yang gregetan di tempat ingin menimpuk kepalanya dengan tongkat kamera.

'Maafkan aku, teman-teman. Tapi aku terpaksa harus menghancurkan usaha...'

Tiba-tiba Maehwa teringat ucapan Dain.

[Berikan mereka padaku. Biar aku yang menghajarnya sebagai pelampiasan stres tekanan dari para profesor.]

Ah, benar. Kan masih ada Dain.

Musik dimulai. Hmm? Ados dan Gallagher memperbaiki posisi duduknya.

Kyo rim serius berkata timnya telah berlatih keras. Sinkronisasi mereka mendekati sempurna. Tidak ada gerakan canggung. Bahkan saat tiba bagian breakdance, presisi mereka tidak goyah.

Ise melongo. Eh, Maehwa? Bukankah dia masih terluka?! Kenapa dia bisa menari seluwes itu tanpa meringis?? Jangankan meringis, mengernyit pun tidak.

'Berarti tebakan Horus benar. Anak ini, bukan manusia. Tapi kenapa... kenapa dia terlihat seperti menantangku?!'

Dong-Moon berkeringat karena Maehwa menatapnya sembari tersenyum miring di sela-sela mengambil napas. Brengsek! Dia lah yang memegang kendali dalam permainan ini! Bisa-bisanya seorang trainee individu menekan wakil direktur!

"Maehwa," kata Dong-Moon mendahului mentor yang lain setelah tim ELESIS selesai menunjukkan latihan mereka.

Mau apalagi orang ini...

"Apakah kau bisa bernyanyi? Dari yang kulihat, kau hanya menari tanpa mencoba bernyanyi. Atau... kau tidak bisa? Kudengar kau pingsan di kantin kemarin. Ada juga yang bilang kau pingsan karena alergi udang. Apa aku salah?"

Eh?! Kepala Ise tertoleh. Dia tidak tahu soal itu, tepatnya tidak ada yang mengatakannya pada Ise. "Benarkah?"

"Iya, Mentor," lirih Maehwa. Jengkel.

Pada akhirnya seperti ini juga, ya?

Para mentor terkejut mendengar suara Maehwa yang serak, kecuali Dong-Moon. Dia tersenyum lebar, mati-matian agar tidak terekam oleh kameramen.

"Maehwa, suaramu..." Ise mengusap wajah. "Astaga, ini buruk sekali. Besok kalian harus perekaman, tapi pita suaramu malah terganggu. Bagaimana, Chan-Ri? Apakah jadwalnya tidak bisa diundur?"

Ya makanya, sialan. Perekaman apa yang kalian bicarakan? Beritahu aku dong!

Chan-Ri menggeleng. "Produser ELESIS telah menetapkan harinya."

Dong-Moon kembali membuka mulut. Firasat buruk menyapa Maehwa. Sial, mau ngomong apa lagi karakter troll itu?

"Meski Maehwa bisa menari lancar hari ini, itu tidak menjamin bahwa dia masih dalam keadaan terluka. Posisimu adalah vokalis utama, namun tenggorokanmu justru memburuk sebelum hari pertunjukan. Kau pasti sangat tertekan. Kami sangat peduli pada kesehatanmu baik mental ataupun fisik. Maka dari itu, bagaimana jika kau mundur dari tim ini?"

Maehwa melotot tak percaya. "Apa...?"

"Ini demi kebaikanmu sendiri, juga demi kebaikan tim ELESIS. Kau harus memperhatikan kondisi tubuhmu, Maehwa. Jika kau memaksa tampil di tim ELESIS, takutnya cederamu makin parah. Maka dari itu saya punya usul. Bagaimana kalau kita memindahkan Maehwa di lagu yang tidak terlalu memforsir tenaga?"

Dong-Moon menyeringai puas.

"Di tim APONA misalnya."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro