Chp 117. Dengarkan Aku

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

ACCORDING TO THE JUDGEMENT OF ⭐THE ORATRICE MECANIQUE D'ANALYSE CARDINALE⭐ Kalian dinyatakan bersalah karena tidak memberi LIKE dulu sebelum mulai membaca dan belum memfollow.

Beberapa jam sebelumnya...

Setelah meyakinkan Horus supaya ikut dengannya nanti malam jika ingin tahu jawaban atas pertanyaannya, Horus tak lagi mengusik Maehwa dan menunggu di kantornya. Fyuh! Untuk saat ini, satu masalah selesai diurus. Maehwa telah menenangkan satu ekor pengganggu.

Maehwa melirik jam tangan. Sudah pukul satu siang. Waktunya hanya tinggal 11 jam sebelum hari perekaman besok.

Dasar Dong-Moon bajingan. Jika dia memang punya siasat untuk memindahkan Maehwa ke APONA, kenapa tidak dari kemarin-kemarin saja? Kenapa harus mepet begini? Pria itu sengaja benar mencari waktu dekat untuk menendang Maehwa dari tim ELESIS agar dia menderita di tim APONA yang berantakan.

Apa Maehwa bisa? Dalam waktu setipis itu? Entahlah, dia tidak percaya diri...

"Apa kau sudah lupa siapa dirimu?"

Maehwa menatap cermin yang terpasang di patahan koridor, menempel dinding. Tampak sosoknya di tubuh sebelumnya tengah tersenyum remeh padanya.

"Kau menjadi sangat payah, Im Rae. Apa kau benar-benar masih Im Rae yang sama? Im Rae takkan pernah mengeluh walau dia buntu atau terjebak dalam suatu quest. Dia akan memikirkan segala cara untuk menyelesaikan questnya. Dia akan memutar otaknya mau sesulit apa tingkatan game yang dia kerjakan."

"Dia cerdas. Tidak sepertimu, BODOH dan menyedihkan. Sungguh pria yang malang."

Maehwa tersenyum miring. "Jadi sekarang diriku sendiri bahkan menghinaku? Kau benar. Aku Han Maehwa saat ini. Im Rae sudah mati tengelam di laut tuh. Terus saja remehkan aku, keparat-keparat sialan. Aku akan membungkam kalian ketika hari pertunjukan telah tiba."

Karena Maehwa berencana akan membawa timnya menang di evaluasi ini!

***

Ruang latihan tim APONA.

Jun-oh menanggung semua beban.

Geonwoo bersikukuh menolak jadi center, dia pun mengambil peran ini. Itu satu. Yang kedua, karena anggota timnya cenderung 18 tahunan membuat Jun-oh berinisiatif menjadi leader untuk memimpin mereka. Lalu yang ketiga, rata-rata role timnya adalah vokalis membuat Jun-oh sekali lagi mengambil beban rapper utama.

Terus terang, Jun-oh sangat lelah. Terlalu berlebihan baginya mengambil beban-beban itu. Punggung Jun-oh tidak sekuat itu. Tapi rekan timnya juga kelelahan dan berjuang di bagiannya. Paling tidak dia harus tampak tegar sebab dia yang paling tua di sana.

Jun-oh juga tidak mau menekan mereka karena Jun-oh tahu, lagu ini cukup sulit. Kelihatannya saja yang mudah. Butuh keberanian dan rasa percaya diri kuat.

Kalau boleh jujur, Jun-oh juga tidak mau menjadi center ataupun rapper utama. Dia lebih suka menjadi sub daripada main.

Tapi apa daya? Pembagiannya seperti ini.

"Teman-teman, sudah cukup istirahatnya. Ayo kita kembali latihan. Gerakan kita masih belum terlalu sinkron."

"Lagi? Kak Jun-oh, kita baru istirahat selama lima menit. Kami lelah..."

"Aku tahu kalian lelah karena aku pun lelah, tapi hari kompetensi semakin dekat dan besok adalah hari perekaman. Kita tidak boleh membuang setiap menit."

Mereka mengembuskan napas. "Baik, kak."

Di sela-sela mereka ingin kembali berlatih, pintu ruangan terbuka. Mereka menoleh, bersitatap bingung. Berbeda dengan Jun-oh yang tersenyum sumringah.

"Maehwa! Apa yang membuatmu datang kemari??" seru Jun-oh langsung tancap gas menghampirinya, cengengesan sembari mengusap-usap kepala Maehwa—anaknya juga sudah mulai terbiasa.

"Hehehe, apa kau mau lihat-lihat latihan tim APONA? Jangan khawatir, aku yakin ELESIS yang menang. Aku tidak berniat mengalahkanmu, Adikku!"

"Aku bagian tim ini mulai detik ini."

Singkat, padat, dan jelas. Tapi sukses membuat seisi ruangan melotot kaget.

"HAH? BAGAIMANA BISA?" teriak Geonwoo menumpahkan air di botol. "Kakak kan di ELESIS! Kok tiba-tiba pindah ke sini?! Lalu ada apa dengan suaramu, kakak??"

"Apa ini karena insiden terakhir kali?"

"Panjang ceritanya."

"Jelaskan dalam satu baris," kata Jun-oh. Ekspresinya mengeras. Apa lagi-lagi Maehwa mendapatkan kecurangan? Tidak bisa hidup tenang adiknya itu.

"Sudahlah." Maehwa melewati Jun-oh.

Anggota tim APONA hanya berempat, kini menjadi lima olehnya. Geonwoo, Jun-oh, lalu sisanya adalah dua ranking terakhir di atas Maehwa: Oh Kiyoung dan Haru. Pantasan tim APONA digadang-gadang akan jadi tim yang flop. Pembagiannya saja buruk seperti ini. Tak ada harapan.

"Dengarkan aku."

Mereka berempat menatap Maehwa.

"Aku tahu ini mustahil dan hampir tidak ada peluang untuk mewujudkannya, tapi aku ingin tim kita menang."

Bola mata mereka berempat hampir keluar dari tempatnya. "Apa?! Kau mau tim ampas ini menjadi juara pertama? Jangan gila!"

Maehwa tidak mendengarkan, lanjut memberi instruksi. "Selama aku menghafal lirik dan mempelajari koreografinya, kalian teruslah berlatih sebelum kita mulai berlatih bersama jam 4 sore."

"Apa kau ingin bilang kau akan menghafal koreografinya dalam waktu 3 jam?!"

Maehwa mengabaikan reaksi Geonwoo dan Haru, menoleh ke Jun-oh yang diam mencerna. "Jun-oh, aku tahu kau membenci bagianmu dan tidak mau menjadi center. Maka biar aku ambil peran itu darimu. Aku akan menjadi center dan rapper utama. Kau bisa menjadi sub."

"Tunggu, Maehwa. Ini terlalu mendadak."

Maehwa berbalik setelah mengambil tablet di lantai. "Kalau begitu aku pergi dulu menonton videonya. Ingat, jam 3 kita akan latihan sinkronisasi. Jangan bersantai. Aku serius saat bilang akan membawa tim ini meraih kemenangan."

Maehwa keluar dari ruangan begitu saja.

Jun-oh, Geonwoo, Kiyoung, dan Haru melongo. Mereka saling tatap. Perubahan ini terjadi dengan cepat dan tanpa sadar membangkitkan semangat mereka yang meredup. Mereka tidak bisa diam saja setelah melihat sebuah cahaya harapan.

.

.

Tiga jam kemudian.

"B-bagaimana mungkin...?"

Tim APONA baru saja selesai mandi di asrama dan kembali ke pusat pelatihan untuk berlatih seperti yang disuruh Maehwa. Tapi mereka dibuat takjub melihat Maehwa sudah ada di sana lebih dulu, mendemonstrasikan lagu mereka.

"Ini bohongan, kan? Dia bisa menghafalnya dalam waktu sesingkat ini?"

"Entah bagaimana cara dia berhasil memaksa masuk lirik lagu dan koreografi lagu ke kepalanya. Apa dia genius?"

"Apa dia sungguhan manusia? Ini bukan tingkatan genius lagi, tapi level monster."

Jun-oh berdeham. "Maehwa... mungkinkah kau dari tadi latihan? Apa kau tidak istirahat untuk makan dan mandi?"

Anehnya, Maehwa tidak menggubris pertanyaan Jun-oh. Bahkan sebenarnya Maehwa tidak menyadari kedatangan mereka dan eksistensi kameramen.

Ekhem! Mari kita les forensik sesaat!

Otak kita punya kapasitas harian untuk menentukan pilihan-pilihan bijaksana. Jika kapasitasnya habis, itu akan membuat kontrol impuls kita melemah hingga kemampuan menilai kita dalam hal-hal sepele sekalipun jadi berkurang.

Maehwa mencurahkan seluruh kapasitas otaknya ke lagu serta koreo 'AS YOU WISH, EMPLOYER!' secara maksimal. Otaknya merekam aktivitas yang diulang terus-menerus dalam tanpa melakukan aktivitas lain hingga kemampuan mengingatnya menjadi sangat tajam.

Contoh kasarnya seperti ini. Kita sedang membaca buku, tapi tiba-tiba disuruh mengangkat jemuran. Begitu selesai, kita akan lupa kegiatan yang kita lakukan karena pikiran sudah terpecah belah ke pekerjaan lainnya. Kita juga akan lupa sampai halaman berapa kita membaca.

Jika kita hanya fokus pada satu hal, kita takkan menyadari perubahan besar di depan mata. Kondisi ini disebut Perubahan Kebutaan! Keadaan dimana kita tak bisa melihat hal lain saat konsentrasi tinggi.

"Maehwa!" Jun-oh menepuk bahunya.

Pemilik nama terkesiap, akhirnya menotis batang hidung rekan timnya yang baru. Dia mengelap keringatnya. "Oh, kalian sudah di sini. Bagus, kita langsung latihan—"

"Tidak, kau istirahat dulu. Astaga, kau banjir keringat dan terlalu memaksakan diri! Duduk diam di sana. Kau istirahat setengah jam. Mengerti?"

Maehwa ingin membantah tapi Jun-oh lebih dulu sudah menyeretnya ke tepi ruangan, membiarkan yang lain berlatih.

Jun-oh menyodorkan sebotol air dingin, menghela napas panjang. "Aku tahu kau terburu-buru. Aku juga melihat kau bersungguh-sungguh ingin tim kita menang. Tapi jangan memforsir diri. Aku tidak mau kau jatuh sakit lagi."

"Kita tidak punya banyak waktu, Jun-oh. Kita besok harus perekaman yang mana aku masih tidak tahu rekaman apa yang dimaksud di sini. Lalu empat hari setelahnya pertunjukan dilaksanakan."

"Lho, kau tidak tahu?" Jun-oh tertawa.

"Dengar ya Maehwa adikku yang polos, lagu-lagu dari Concept Mission akan diunggah ke Strawberry Music. Platform musik terbesar di Korea. Kalau beruntung, lagu-lagu ini bisa memasuki tangga lagu. Makanya kita butuh perekaman yang langsung diarahkan oleh produsernya."

Maehwa cegukan. Maksudnya dia bisa mendengarkan nyanyiannya sendiri nanti? Bukankah itu membanggakan? Perasaan senang diam-diam menyelusup ke hatinya.

"Lagi pula meski kita berlatih sekeras ini, kita masih buntu tentang konsep."

"Huh? Bukankah konsepnya seksi."

Jun-oh mendesah panjang. "Iya memang. Tapi dalam konteks apa dulu? Aku belum menemukan tema yang cocok dan aku tidak ingin konsep seksi yang cringe bikin penonton tidak nyaman."

Ternyata masih ada satu kekurangan lagi.

Tema ya, tema...

Sembari berpikir, Maehwa mengusap tangannya yang berkeringat ke seragam, tersentak merasakan sesuatu. Itu pin kucing milik ruang latihan tim ELESIS. Dia lupa melepaskan benda itu.

Cih, bikin mood turun! Maehwa mendengus masam, menanggalkan benda sialan itu dengan kasar, hendak melemparnya entah ke mana karena kesal.

Tunggu, dulu... Maehwa melirik pin tersebut. Sebuah lampu keluar dari kepalanya.

"Hei, Jun-oh, aku punya ide."

Jun-oh menoleh ke Maehwa sebelum bergabung dengan yang lain. "Apa?"

"Bagaimana kalau kita menjadi kucing?"


***TBC***

Untuk kesian kalinya ya syalan, ini bukan BL bukan BL bukan BL bukan BL bukan BL. Jangan masukkin ke reading list BL.

Emang cowok sama cowok dekat langsung dikira gay begitu? Berarti cewek sama cewek bestian mereka Lesbih dong? :>

Ini cuman bromance dan friendship. Buru-buru bikin BL, aku lemah di Romance.

*Haah* Bikin kesal saja.

//Sabar, sabar. Besok puasa lho :)

Marhaban ya Ramadhan🌙



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro