Chp 153. Masalah Jun-oh Dengan Ibunya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

A/N. Dont forget coment and like -, -

Yang barusan itu... ibunya Jun-oh?

Untuk pertama kalinya jantung Maehwa terasa sakit dalam artian lain. Bahkan dia tidak menerima hukuman penalti dari Danyi, kok bisa dadanya berdebar-debar ya? Ini sensasi yang berbeda.

Wanita tadi..., tipe idealnya banget! Berapa umurnya?! 35 tahun? 40 tahun? Mungkin saja dia melahirkan Jun-oh di usia muda atau dia rajin menjaga tubuh dan rajin juga pergi ke perawatan kulit. Makanya tidak terlihat seperti seorang ibu.

Singkat kata, Maehwa jatuh cinta padanya. Tidak disangka Maehwa akan mengalami hal seperti jatuh cinta pada pandangan pertama yang sering dia baca di novel romansa sewaktu sekolah dulu.

"Sudah kuputuskan. Aku akan menembaknya—"

[Kau sudah gila ya?! Jangan bercanda!]

Danyi menampar kepala Maehwa. Dia sepertinya lupa kalau dirinya bukan lagi Im Rae melainkan Han Maehwa, sang calon idola. Terlebih, ih! Apa-apaan selera pria itu?! Dia suka wanita dewasa.

Maehwa mengelus-elus kepala, melotot ke layar. "Apa sih, Danyi? Jangan ganggu aku! Akhirnya aku bisa merasakan kehidupan asmara setelah jomblo bertahun-tahun. Dia tidak melakukan apa pun, tapi berhasil membuatku jatuh hati. Inilah cinta sejati!"

Logika macam apa itu? Danyi menggeram emosi. Sebenarnya bagaimana pola pikir pria ini sih? Ini pasti efek kebanyakan membaca dongeng fantasi dan keseringan main game simulasi kencan. Dia selalu berkhayal jika dialah tokoh utamanya.

[Terus apa? Kau mau mengencani ibu rivalmu? Memangnya dia mau sama berondong? Bagaimana dengan suaminya? Kau sudah tidak waras.]

"Sepertinya kau tidak tahu, berondong punya pesona tersendiri. Aku mau ikuti mereka dulu ah!"

[Tunggu kau, dasar pria idiot!]

Arghhh! Benar-benar deh manusia satu itu. Kenapa dia sangat menyebalkan!!! Stres Danyi lama-lama mengurus Maehwa dengan segala tingkah ajaibnya.

Dan apa tadi katanya? Wanita beranak dua itu tipe idealnya? Cih, dia punya selera dan mata yang jelek. Maehwa pasti akan berubah pikiran begitu melihat wujud manusia Danyi lalu bersujud minta maaf telah bersikap kurang ajar selama ini.

Danyi menatap poin tabungannya, menyeringai. Bagus! Jumlahnya hampir cukup untuk membeli wujud manusia secara permanen.

"Lihat saja nanti. Akan kubuat kau menyesal!"

♫♪♩

Menurut pengamatan detektif Maehwa, sepertinya Jun-oh punya masalah dengan sang ibu. Wanita itu terus menyuruh Jun-oh pergi dari hadapannya dengan melemparkan kata-kata makian.

Sepertinya mereka hendak menuju suatu tempat. Soalnya Jun-oh hanya diam sana, namun mengikuti ibunya dari belakang. Dia memanfaatkan liburan dari Star Peak untuk pergi bersama ibunya. Apa dia sudah punya ide untuk lagu evaluasi produksi?

Maehwa menggelengkan kepala, fokus mengintai.

Mereka berhenti di sebuah rumah. Tebakan Maehwa tidak sepenuhnya salah. Ibu Jun-oh mengunjungi rumah temannya dan membicarakan undangan atau apalah itu. Maehwa tidak terlalu mendengarkannya. 

Jun-oh ada masalah apa ya sama ibunya? Padahal ke orang lain ibunya tersenyum. Tapi ke Jun-oh, entah kenapa hanya ekspresi sinis yang tercetak.

Mereka hanya mengobrol sebentar. Lalu kembali pulang. Melihat Jun-oh masuk bersama ibunya, itu berarti ini rumah keluarga Jun-oh. Besar juga.

Maehwa mendesis. "Itu berarti Jun-oh tinggal di Jeju. Bukan kebetulan kami bertemu di sini..."

"Enggak kok. Aku dan orangtuaku tinggal di Seoul. Ini rumah nenekku. Ibuku ke sini karena anak pertama tanteku akan menikah. Makanya beliau menginap di sini beberapa minggu," celetuk Jun-oh tahu-tahu berdiri di belakang Maehwa yang masih fokus memandangi rumah besar Jun-oh.

GASP! Maehwa tersentak kaget, menoleh. Sejak kapan Jun-oh di sini? Bukankah dia barusan mengikuti langkah ibunya? Pengintaian gagal...

Jun-oh cengengesan. "Kau membuntutiku terang-terangan. Rambut birumu mencolok tahu." Dia mendorong Maehwa. "Karena kau terlanjur ke sini, ayo masuk! Aku akan menjamumu! Otakmu pasti buntu memikirkan ide lagu, kan?"

"A-apa aku tidak mengganggu?"

"Tidaklah. Ibuku walau galak, dia ramah ke tamu."

"B-begitu ya? B-baiklah..." Maehwa diam-diam tersenyum miring. Siasatnya bekerja! Dia sengaja membuat Jun-oh menyadari kalau dirinya membuntuti mereka untuk diajak masuk ke dalam karena tahu Jun-oh takkan membiarkannya pulang begitu saja. Jun-oh kan punya sifat penyayang.

Penguntitan detektif Maehwa sukses besar.

♫♪♩

"Aku tidak tahu putraku memiliki teman. Duduklah. Aku akan membuatkan teh untukmu."

"Biar saya saja yang melakukannya, Tante!" Maehwa dengan gerakan kilat mengeluarkan benda yang dia beli sebelum membuntuti Jun-oh. "Saya dengar teh ini punya khasiat bermanfaat."

Jun-oh melirik Maehwa yang tersenyum dengan bunga di kepala. Aneh sekali. Memangnya Maehwa murah senyum seperti ini ya? Kan dia bagai musim dingin. Terlebih, sejak kapan dia membeli teh?

"Eh? Tapi kau ini tamuku. Aku harus—"

"Tidak apa. Sudah tugas anak muda mengerjakan pekerjaan berat. Tugas orang tua duduk dengan anteng di kursi yang empuk." Maehwa menoleh ke Jun-oh yang pelanga-pelongo. "Aku pinjam dapurmu sebentar ya. Kau juga, duduklah."

Aneh! Anak itu benar-benar aneh! Dia kesurupan apa? Dari tadi senyam-senyum tak jelas.

Lima menit kemudian, Maehwa kembali dengan senampan teh wangi. Dia bahkan berbaik hati menuangkan segelas teh untuk ibunya Jun-oh dan Jun-oh sendiri seolah mereka lah tamunya.

"Tehnya enak sekali," gumam Ibu Jun-oh.

"Benarkah? Syukurlah sesuai dengan selera anda!Sebenarnya saya tadi bingung hendak memilih teh yang mana karena teh bunga telang sudah menjadi minuman kekinian yang disukai masyarakat. Takutnya tidak cocok dengan lidah anda. Tapi saya tetap membeli itu karena punya manfaat yang luar biasa untuk kesehatan tubuh, seperti menjaga kesehatan otak dan mata, mengobati penyakit asma, dan melancarkan saluran pencernaan."

"Hahaha! Kau perhatian sekali."

Tidak mungkin! Jun-oh berkeringat dingin. Ibunya tertawa di depan orang yang baru dia temui! Sebelumnya tidak pernah seperti ini. Maehwa sialan, dia pakai jasa pelet siapa? Ampuh banget.

"Akhir-akhir ini aku memang lelah karena sibuk membantu pernikahan keponakanku. Mengundang orang dekat, mengundang orang jauh."

Maehwa berdiri, melesat ke dapur, lalu kembali ke ruang tamu membawa sebuah baskom berisi air. "Taruh kaki anda ke sini, Tante. Anda pasti lelah berdiri dan berjalan dari tadi, kan? Air hangat bermanfaat mengatasi pegal atau nyeri otot kaki."

"Ya ampun! Kau berlebihan."

"Tidak ada kata berlebihan di kamus saya, Tante. Selain itu anda butuh pijatan. Permisi..."

Ibu Jun-oh tertegun merasakan sentuhan Maehwa yang pelan dan tidak menyakitkan. "Kau jago sekali memijat. Aku merasa dipijat oleh seorang pro."

Hidung Maehwa kembang (senang dipuji). "Ahh, Tante terlalu membesar-besarkan. Ini bukan apa-apa ♪" Hanya sepotong kue dari pengalamanku sebagai Im Rae yang dikelilingi oleh tetangga yang kebanyakan lansia, lanjutnya dalam hati.

Jun-oh menghela napas. "Aku ke atas dulu."

Cukup. Sudah cukup dia melihat sikap aneh Maehwa. Serius deh, ada apa dengan anak itu? Apa Maehwa aslinya memang super ramah?! Atau ini salah satu kekuatan super miliknya—kebaikan hati?

Begitu Jun-oh masuk ke kamarnya, raut wajah ibunya seketika berubah muram. "Apa putraku bersenang-senang di acara itu?"

Maehwa mengangguk semangat. "Jun-oh pandai bergaul. Dia juga mengutamakan kenyamanan rekan timnya. Saya pernah setim dengannya dan dia benar-benar mempedulikan saya!"

"Aku sebenarnya tidak ingin dia mengikuti acara itu. Aku takut terjadi sesuatu padanya."

Hmm? Maehwa menatap bahu wanita itu. Gemetar.

"Aku takut dia berakhir seperti adiknya."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro