Chp 155. Make Your Idol Shine V2.0!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ada seorang alumni bernama Im Rae yang sangat disayang oleh Nona Kimi. Beberapa bulan terakhir, dia menghilang tanpa kabar. Nona Kimi mengajukan permohonan pada polisi, namun polisi mengira Rae hanya kabur dari rumah. Dia sudah 32 tahun, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sesederhana itu.

"Tapi Nona Kimi tidak menyerah. Dia terus mendesak polisi untuk mencari Im Rae, berdiri di depan kantor polisi siang-malam tak peduli siang terik dan hujan hingga jatuh sakit. Pada akhirnya tubuhnya tidak sanggup bertahan lagi. Nona Kimi meninggal sebulan yang lalu."

Maehwa menatap kuburan Nona Kimi dengan pandangan hampa. Dia diberitahu di mana alamat makamnya dan berlari bergegas ke sana. Di tengah perjalanan, tahu-tahu hujan turun seolah langit mendukung kesedihannya.

"Kenapa..." gumamnya dengan suara serak. Tubuh Maehwa gemetar. Bukan karena kedinginan, namun karena merasa sesak di dada. "Kenapa nona mencariku? Aku takkan meminta Nona Kimi melakukannya."

Di saat Maehwa enak-enakan bersaing dengan trainee untuk debut, dia tidak tahu Nona Kimi sedang berusaha menemukannya. Padahal dia tidak perlu sebegitunya demi Im Rae. Apa yang membuat wanita itu berjuang mencari tubuh lama Maehwa? Apa Nona Kimi merasa bersalah karena Rae tidak menghubunginya?

Terakhir kali Rae dan Nona Kimi sempat bertengkar. Nona Kimi tidak mau Rae datang ke Panti Mujigae dengan membawa makanan dan mainan untuk anak-anak. Dia tidak ingin merepotkan, namun Rae menolak. Itu sudah kewajibannya. Nona Kimi tidak mau mengalah dan mengancam Rae tidak boleh ke sana lagi jika dia tidak mendengarkan perkataannya.

Kalau saja Maehwa tahu itu adalah pertengkaran terakhir mereka, seharusnya Maehwa minta maaf dan lebih menghargai Nona Kimi. Dia berkata seperti itu agar Rae fokus ke kehidupannya, tidak perlu harus mengurus kelangsungan Panti Mujigae.

"Maafkan aku, Nona Kimi... Maaf..."

Suara hujan menyamarkan tangisannya. Semua kenangan bersama Nona Kimi terlintas.

Wanita itu telah berjasa besar dalam hidup Maehwa di tubuh sebelumnya. Adalah Nona Kimi yang memberinya nama. Adalah Nona Kimi yang merawatnya. Adalah Nona Kimi yang menyekolahkannya. Adalah Nona Kimi yang menghiburnya di kala dia sedih. Adalah Nona Kimi yang pertama maju saat dia terluka.

Maehwa menyeka wajah yang basah oleh air mata sekaligus air hujan. Dari tadi dia merasa diawasi. Anehnya sosok ini tidak bersembunyi, berdiri terang-terangan memegang payung.

Maehwa tahu dia sudah basah kuyup, namun dia tetap memakai tudung hoodienya, berjalan cepat melewati orang itu. Sepertinya dia perempuan menilik dari postur tubuhnya. Apa pun itu, berdiri tanpa tujuan menonton orang lain menangis di depan seseorang bukan perbuatan baik. Lebih baik Maehwa pergi.

Di luar dugaan, begitu Maehwa meninggalkan kawasan permakaman, sosok itu mengangkat payungnya. Tangannya bergerak mencari ponsel dan menghubungi seseorang.

"Dugaan anda benar, Nyonya Im. Saya yakin Han Maehwa adalah Im Rae."

♫♬♪

Sekarang bagaimana?

Maehwa bingung mau melakukan apa. Sudah pukul tujuh malam. Teman-teman setimnya sudah menyepam dari tadi, namun Maehwa tidak berselera membahas lagu yang akan mereka buat. Pikirannya nelangsa.

Orang-orang yang lalu lalang di lingkungan sekitar menatapnya bingung. Apa yang sedang dia lakukan di tengah guyuran hujan?

"Rae, kamu main hujan lagi? Itu nggak baik lho. Nanti kamu jatuh sakit."

Akal sehat pria itu kembali begitu teringat nasehat Nona Kimi lampau lalu. Maehwa menghela napas. Benar, hujan-hujanan begini hanya akan membuatnya demam. Maka dari itu Maehwa melesat berteduh di sebuah halte kosong. Karena hujan semakin deras, tidak ada pejalan kaki yang nekat menerobos hujan.

Maehwa melepaskan hoodie, memiuhnya. Tak sengaja dia melihat papan iklan yang ada di halte itu. Sebuah iklan peluncuran game. Dia terbelalak, melihatnya lebih dekat. "Star Makers? Apa ini game simulasi idol yang terbaru? Tunggu, nama perusahaannya..."

Di gedung tinggi dekat halte, terdapat sebuah TV raksasa yang sedang menyiarkan sebuah iklan game. Maehwa menolehkan kepala, menatap horor iklan yang diputar.

[Star Makers! Jadilah manajer dan bantulah idolamu menjadi nomor satu! Make Your Idol Shine V2.0 akan rilis bulan depan! Segera pra-registrasi untuk memperoleh hadiah eksklusif! Jangan sampai kehabisan server!]

"Apa? Mereka membuat sekuel game itu?"

Maehwa gemetar. Kali ini karena amarah. Semua gara-gara game laknat itu! Kematian Im Rae pasti ada hubungannya dengan para bajingan di balik pembuatan MYIS.

Tidak, ini semua salahnya sendiri. Kalau saja dia tidak terbuai dengan ajakan direkturnya, Im Rae takkan pergi ke Jeju dan mati. Dengan begitu Nona Kimi takkan tewas cuma-cuma.

Meski begitu, bagaimana jika mereka berniat menyingkirkan Im Rae tanpa dia harus pergi ke Jeju? Bisa saja kan mereka datang untuk membunuhnya walau dia tetap berada di apartemennya sepanjang waktu.

Tapi apa motifnya? Sebenarnya untuk apa mereka menyingkirkan Im Rae?  Entahlah.

Maehwa mengepalkan tangan, menatap masam iklan di depannya. "Benda ini benar-benar merusak pemandangan. Dasar brengsek!"

Tadinya Maehwa berniat menghancurkan papan reklame itu menggunakan tinjunya tak peduli jika tangannya berdarah oleh kaca, namun seseorang datang menahan kepalan tangannya dengan sangat santai dan elegan.

"Hei, cowok. Tolong jangan sembarangan melukai tubuhmu dong. Harganya mahal lho."

Maehwa tertegun. Berbinar-binar.

Seorang wanita mengenakan gaun sifon putih polos selutut. Dia memakai jepitan berupa not piano di rambut hitamnya yang panjang dan kalung dengan bandul kunci g. Siapapun orang ini, dia cantik sekali seperti dari dunia lain!

"S-siapa kau?" gagapnya.

Dia mengibas rambut, tersenyum mengejek. "Tidak bisa mengenalku dalam wujud ini, huh?"

Maehwa manyun. Rasa kagumnya lenyap.
Apa-apaan wanita cantik tapi narsistik ini?

Dia lagi-lagi mengibas rambut seperti iklan sampo di tv, berkacak pinggang. "Ini aku, Danyi! Kenapa? Apa kau akhirnya terpesona dan terjerat akan kecantikanku setelah memperlakukanku dengan sangat tidak sopan selama ini? Mumpung mood-ku lagi bagus karena aku sudah mendapat wujud manusia, aku akan memaafkanmu dengan syarat kau harus bersikap baik padaku selamanya!"

Maehwa menggaruk kepala. "Maaf, aku tidak mengenalmu. Tidak mungkin iblis kayak Danyi punya penampakan bidadari menawan—"

PLAK!! Bunyi tamparan yang renyah. Maehwa terkapar dengan gaya estetik.

Tewas di tempat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro