Chp 171. Had I Not Seen The Moon (II)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

*Ini hanya versi coba-coba yo! Di versi revisinya nanti Maehwa yang jadi center yo!

Kernyitan sarat akan kemuraman masih tercetak di wajah Maehwa. Dia berjalan ke tempat teman-temannya, mengangkat tangan kanan yang memegang mikrofon.

Begitu Maehwa tiba ke tengah panggung, bergabung dalam formasi, semua lampu panggung yang tadinya temaram menyala terang dengan spektakuler. Didominasi oleh cahaya putih. Lima pemuda itu tampak seperti anak-anak yang bermain bersama.

Maehwa mendekatkan mikrofon ke bibirnya sambil terus melangkah. Mulai bernyanyi.

"Ah, seakan tengah tersesat dalam kabut. Arti hidup, aku tak menemukan jawabannya ♪

"Ya, ini aku. Kehadiran yang bernapas dengan hati tertutup. Tidak memiliki masa depan. Menyadarinya, mengunyahnya, dan menangis♪

Suara Maehwa yang jernih dan rendah menjangkau semua penonton di studio melalui speaker. Berbeda dari sebelumnya, suaranya terdengar damai. Timbre vokalnya dalam dan halus. Bagai bunyi merdu dari kotak musik.

Anak ini mengalami peningkatan lagi. Mereka seakan sedang menonton serenade manis di sore hari atau pertunjukan opera. Saat Maehwa bernyanyi, tidak ada senyuman. Yang ada ekspresi kesedihan dan kekecewaan.

Lagi-lagi Interstellar berseru tertahan untuk kesekian kalinya demi melihat lima anak laki-laki itu melepaskan selendang di kepala mereka lalu mengikatnya ke pinggang. Lantas Lantern memimpin bagian refrain.

"Aku merapatkan tanganku dan berdoa pada bulan cantik itu. Untuk melupakan siapa aku ♪

"Kuharap penghujung hari akan cerah dan aku mendapat keberanian melangkah maju. Keberanian untuk melanjutkan hidup ♪

Sepanjang pertunjukan, mereka menari dengan gerakan anggun. Temponya tidak cepat. Kebanyakan kombinasi pose berdoa, menengadah, dan menutupi muka seolah tidak ingin ada yang lihat dia sedang menangis.

Sungguh penampilan mengharukan. Ise jadi teringat anaknya di rumah, ingin cepat-cepat pulang memastikan anak-anaknya melewati hari dengan lancar. Tapi, tapi, melihat Maehwa mode lembut plus beraura polos ini membuat Ise ingin membawanya pulang dan merawatnya sebagai anak dengan baik.

Umpan kedua dari lagu telah dimulai. Simfoni yang mengalun dimainkan tiga instrumen sekaligus: piano, harpa, dan glockenspiel. Genius sekali memadukan alat musik ini menciptakan melodi yang sangat memesona.

Kyo Rim mengambil alih posisi di tengah. Mereka kembali memasang selendang itu ke puncak kepala, membiarkannya terjuntai sampai paha. Ini adalah bait yang dia tulis sambil mengingat kenangan bersama ibunya.

"Dalam cahaya yang seperti akan menghilang kapan saja, kuberharap kau menghubungiku. Melepaskanku dari kesedihan hidup ini ♪

Lantern dan Dowoo segera melanjutkan dengan membawakan syair mereka yang memang harus dilakukan secara duet.

"Berulang kali aku memanggil namamu untuk memastikan musim telah berlalu ♪

"Kau tidak melakukannya. Kurasa kita takkan pernah saling menghubungi lagi ♪

"Aku menangis setiap malam. Kupikir perasaanku akan lebih baik jika menghilang begitu saja, tapi ini sangat menyakitkan ♪

Maehwa yang menari selama dua maknae itu duet, tersenyum tipis. Dia bangga pada rekan timnya. Padahal beberapa menit lalu mereka merasa gugup dan terlihat akan mengompol kapan saja. Lihatlah sekarang, mereka menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

Meski Maehwa baru mendapatkan satu baris, dia tidak terlalu mempersalahkannya. Toh, poin terpenting di sini bukanlah individual melainkan keindahan penampilan mereka.

Di ruang khusus untuk para mentor, Ise habis-habisan menyadarkan diri untuk tidak membawa Maehwa pulang dengan menggigit baju, melirik rekannya yang mendiskusikan penampilan tim Pray. Terutama Maehwa. Konsep kelembutan dan kepolosan memang sangat cocok untuknya daripada lagu liar.

Kyo Rim yang menyanyikan bagian refrain kedua. Giliran dia dan Haedal yang duet.

"Rasi bintang yang berkerlap-kerlip masih sama seperti waktu itu menerangi hatiku ♪

"Tiada bulan. Hanya bintang menemani. Jika diperbolehkan, aku ingin merasakan sedikit kehangatan dan tertawa tanpa ragu-ragu ♪

Mereka berkumpul dan merapat satu sama lain ke tengah panggung sambil mengangkat tudung masing-masing dan membentangkan tangan seperti menyembunyikan seseorang. Sejurus kemudian mereka pun menyebar dengan dramatis. Yang tadinya Lantern di tengah, berganti posisi menjadi Maehwa.

Alunan alat musik oboe dan biola memimpin dalam membawakan melodi pada transisi ini. Sementara perpaduan piano dan celeste terus memberikan ritme pada lagu.

Maehwa mendongak ke cahaya lampu di langit-langit, sedikit mengerjap karena silau. Tangannya terangkat seolah ingin memetik cahaya itu lalu mendekamnya ke dada.

"Tak peduli seberapa gelapnya malam, aku masih berharap di sini bulan selalu bersinar ♪

"Aku berharap terangnya duniamu tidak pernah padam. Aku berdoa sepenuh hati ♪

Maehwa mengakhirinya dengan menautkan kedua tangan, memejamkan mata, berdoa. Di detik berikutnya dia tersenyum seperti mengucapkan salam perpisahan, kemudian berbalik pergi beriringan dengan perubahan halus dalam suasana lagu mereka.

Tidak hanya Maehwa. Anggota tim Pray yang lain juga berbalik membelakangi penonton. Layar LED berubah menjadi gambar bulan seutuhnya seolah menunggu burung-burung suci kembali ke tempat asalnya yaitu langit. Mesin pembuat asap dinyalakan, memenuhi lantai panggung sebagai poin tambahan.

Melodi yang tadinya hangat seperti pelukan kini berubah menjadi nada melankolis dimainkan oleh biola solo. Instrumen seruling menambahkan getaran menyedihkan di latar belakang seolah menegaskan ini perpisahan.

Sudah waktunya center bersinar. Lantern mendapatkan bagian bridge. Tadinya Maehwa bertanya-tanya untuk apa anak itu meminjam kipas lipat, ternyata untuk melakukan solo dance. Anak itu jago juga berimprovisasi.

"Aku berharap rasa sakit itu menghilang. Bahkan jika hatiku memiliki bekas luka, aku ingin kau memelukku dengan sangat kuat ♪

Dowoo, Haedal, dan Kyo Rim bertugas sebagai pendukung nyanyian Lantern dengan melakukan paduan suara yang memesona.

"Aku merapatkan tanganku dan berdoa pada bulan cantik itu. Untuk melupakan siapa aku ♪

Mereka berlima sekali lagi melepaskan tudung selendang dan mengikatnya ke pinggang, lantas menampilkan gerakan indah seperti tarian boneka di dalam kotak musik menambahkan balutan elegansi pada penampilannya membuat Interstellar tanpa sadar berbinar-binar sedih. Jika benar ini perpisahan, mereka tidak menginginkannya.

"Kuharap penghujung hari akan cerah dan aku mendapat keberanian melangkah maju. Keberanian untuk melanjutkan hidup ♪

"Peluk aku dengan penuh kekuatan. Dan itu akan menelan segalanya ke dalam cahaya ♪

Bagian bridge berakhir dengan flamboyan. Dilanjutkan outro yang ditulis oleh Maehwa. Inilah yang ditunggu-tunggu oleh Maehwa dari tadi. Antara gugup dan antusias, dia tidak tahu cara mendefinisikan perasaannya.

Yang jelas ini adalah kesempatannya untuk menghapus tuduhan lipsing dengan high note! Tempat sebenarnya dalam lagu ini.

Dengan turn yang anggun, Maehwa berada di tengah lagi sambil menggenggam selendang yang kembali menyelimuti kepalanya. Dia meremas tudung halus itu dan menyanyikan bagian terakhirnya dengan hati yang tulus.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro