Chp 172. Had I Not Seen The Moon (III)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hujan telah berhenti ketika tim Pray tampil. Udara malam masuk lewat ventilasi membuat studio dingin. Meski begitu tidak ada yang mempedulikan perubahan suhu udara karena fokus pada lima pemuda di panggung.

Seolah baru dilahirkan ke dunia, seolah belum terjamah oleh busuknya dunia. Mereka seperti burung yang terbang sepuasnya di angkasa mencari kebebasan dan arti hidup.

Mereka hanya bayi yang memerlukan kasih sayang! Siapa pun pasti akan terenyuh dan merawat mereka dengan cinta. Interstellar merasa harus melindungi kepolosannya.

Dengan turn yang anggun, Maehwa memisah dari anggotanya. Berjalan ke depan sambil menggenggam veil yang kembali menyelimuti kepalanya. Dia meremas tudung halus itu.

Maehwa melihatnya. Sosok Nang-in yang berdiri di kursi yang ditinggikan bersama Joonha. Tidak perlu bisa membaca pikiran untuk mengetahui orang itu adalah Dokter Lema alias ayahnya Yeosu. Dari sorot mata dan mimik mukanya saja sudah menunjukkan bahwa dia sangat tidak menyukai Maehwa.

Bagus. Ini kesempatan membuktikan bahwa dia tidak lipsing untuk menampar pria itu.

Hah?! Betapa kagetnya Kyo Rim dan Haedal melihat anak itu mencopot earphone yang berfungsi untuk dirancang memblokir semua suara dan latar yang tidak diinginkan.

Dasar bodoh! Kalau dia melepasnya, dia akan kehilangan ketukan nada! Apa yang Maehwa pikirkan? Apa dia berniat memanfaatkan musik dari speaker panggung saja?

Danyi menonton di antara Interstellar, menyamar jadi penonton. Menatap Maehwa gugup. Apa dia bisa melakukannya dengan baik? Sistem memang punya kekuatan untuk memodulasi pita suara playernya. Tapi gagal atau berhasil itu tergantung yang bernyanyi.

"Carilah aku... Temukan aku... ♫

"Kau menemukanku. Aku menggenggam tanganmu sehingga kita tidak terpisah lagi ♪

"Ini aku yang berdoa. Aku berdoa untukmu ♫

Suara Maehwa yang penuh emosi bergema di seluruh tempat. Nada tinggi tiga oktaf pecah dengan sempurna tanpa kesalahan. Timingnya pas dengan meledaknya konfeti warna-warni yang berhamburan ke panggung, menyiram lima pemuda tersebut. Bertepatan pula dengan gambar di layar LED yang berubah menjadi gugusan bulu burung putih.

Tidak salah lagi, ini adalah bagian terbaik dalam inti lagu tim Pray. Piano dan harpa memberikan akord latar, sedangkan biola menambahkan sentuhan. Iramanya terdengar lebih hangat sekaligus memilukan.

Itu mencerminkan pemikiran semua orang di dalam gedung studio. Terutama mereka yang punya masalah dengan orang tuanya. Tidak ada yang heboh mengambil potret atau berteriak-teriak tidak jelas seperti beberapa menit lalu. Mereka hanya fokus mendengar lagunya sambil mengingat-ingat hal terakhir yang dilakukan bersama keluarga.

"Aku merapatkan tanganku dan berdoa pada bulan cantik itu. Untuk melupakan siapa aku ♪

"Kuharap penghujung hari akan cerah dan aku mendapat keberanian melangkah maju. Keberanian untuk melanjutkan hidup ♪

Mereka menyanyikan bagian refrain sekali lagi bersama ketika konfeti menghujani mereka. Instrumen brass menandakan klimaks telah mencapai akhirnya. Penambahan getar alat musik piccolo yang amat halus di sela-sela ritme memberikan irama menarik.

"Aku membenci diriku sendiri karena tidak bisa menerima cinta. Aku menginginkannya ♫

"Napasku berat dan hatiku lelah untuk meraih mimpi itu. Apa aku bisa memetiknya? ♪

Air mata mengalir di mata banyak orang. Pertunjukan ini menyentuh hati dan membawa mereka kembali ke hangatnya sebuah rumah. Mengenang keluguan mereka saat masih kanak-kanak dan ditemani oleh orangtuanya.

Yeosu menurunkan tangan yang memegang kamera, berhenti memotret. Dia tersenyum penuh penghargaan pada Maehwa yang masih bernyanyi dan menari harmonis mewah.

Entah kenapa lagu malam ini seperti ditujukan padanya. Yeosu tidak peduli dikatakan pede atau apalah. Yang penting dia sangat senang Maehwa mewakili perasaannya yang terluka.

Bintang-gemintang membutuhkan bulan untuk menghiasi angkasa. Meski letak mereka menyebar, mereka tetap satu. Sama seperti Yeosu yang saat ini hubungannya rentan dengan ayahnya. Hubungan mereka tidak bisa dihapus begitu saja karena perselisihan.

Ah, bagaimana mungkin Yeosu tidak menyukai pria ini? Dia yang terbaik.

Di sisi lain, Nang-in saat ini sangat ingin bertemu putrinya di lautan penggemar yang terbuai dengan pertunjukan. Hati mereka membuncah dan setelah ini selesai, mereka ingin segera pulang ke rumah menanyakan kabar anak atau orangtuanya. Memeluknya sambil mengatakan 'aku menyayangimu'.

Anak laki-laki itu benar-benar menikam hatinya dengan telak. Dia sudah menjadi ayah dan pria yang jahat. Memaksakan kehendak, tidak mempedulikan perasaan anaknya. Minta maaf pada Yeosu pun rasanya tidak cukup.

Joonha membuka penutup liontin yang  berisikan gambar Jun-oh dan Jun-ah sewaktu kecil tengah tersenyum lebar. Bibirnya ikut melukiskan senyum kerinduan.

"Semua bintang yang mendengar di atas, terima kasih atas pertemuan terakhirnya ♪

Penyelesaian lagu ditandai dengan sentuhan piano yang muram dan lembut. Kyo Rim, Dowoo, Haedal, dan Maehwa saling merapat. Mereka beradu punggung, duduk di bawah tumpukan konfenti, dan memejamkan mata.

Lantern yang mengurus sisanya. Dia berputar dengan indah, membentangkan kedua tangan, tersenyum pada Interstellar. Kemudian membungkuk anggun sambil bergumam,

"Ini aku yang berdoa. Aku berdoa untukmu ♫

Musik berhenti. Cahaya lampu terang padam. Layar LED mati. Nada akhir lagunya masih mengudara di studio. Ini pertunjukan yang memikat semua orang. Baik itu penonton, mentor, tim panggung, tim yang telah tampil atau belum tampil. Rasanya bukan sekadar  memberi hiburan melainkan juga pencerahan.

Mereka kentara terkagum-kagum. Saking kagumnya, Interstellar tidak tahu harus mengatakan apa selain berteriak histeris selang membisu selama beberapa menit. Tepuk tangan memekakkan telinga bergema.

Wajah kelima peserta pelatihan yang melukis senyuman terima kasih ditampilkan ke layar. Senyuman mereka sangat cerah dan terlihat seperti bayi karena kelimanya masih mengenakan veil menggemaskan tersebut.

Bingung tidak ada jeritan heboh di sebelahnya, Narae menoleh ke Yeosu, melotot. Gadis itu banjir air mata. Mengangkat tinggi spanduk Maehwa memakai atribut lingkaran mengambang dan sayap malaikat.

"ANAK-ANAK! Kalian sangat luar biasa! Amazing! Noona jadi ingin mengadopsi kalian semua! You all are so damn adorable!"

"Kalian dengar high note yang dinyanyikan main vokalnya?! Bukan main gila! Suaranya sangat bersih! Orang-orang yang bilang Maehwa lipsing sudah tidak waras!"

"Maehwa! Kamu adalah bayi itikku!"

Di saat rekan timnya membalas respon penonton dengan senyuman dan beranjak meninggalkan panggung, Maehwa dari tadi hanya diam memandang datar Nang-in yang meninggalkan studio tanpa banyak bicara.

Apakah ini sudah cukup mengatasi masalah rumor lipsing itu? Dilihat dari ekspresi lembut di wajah Nang-in, sepertinya Maehwa bisa mengembuskan napas lega sekarang.

Maehwa tidak melihat Danyi menyempil di antara penonton. Mereka saling tidak menatap karena tim Pray telah meninggalkan panggung di bawah kumandang teriakan.

Danyi tersenyum puas, berbalik pergi sambil menyenandungkan lagu tim Pray dengan lirik yang diutak-atik. Moodnya sangat bagus.

"Had i not seen the maehwa flower ♪"


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro