Chp 198. Final Dimulai!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pukul setengah tujuh, 10.000 kursi telah padat oleh Interstellar. Bahkan setelah jumlah sebanyak itu, masih ada beberapa penggemar yang tidak kebagian dan terpaksa menonton di luar kubah. Nasib mereka kurang mujur karena tidak bisa menonton pertunjukan dari dekat. Hanya bisa bergembar-gembor mengangkat lampu stick.

Final merupakan hari bersejarah bagi Star Peak. Malam ini, sebuah bintang baru akan lahir. Mimpi anak-anak muda yang bersaing untuk mendaki puncak akan terwujud dalam beberapa jam lagi.

Interstellar menahan teriakannya ketika lampu putih yang dari tadi bergerak-gerak menyenter luar kubah mendadak padam. Layar LED utama menuliskan kata 'star peak' yang dikapital beserta lampu par dinyalakan, menembakkan cahaya pelangi ke dalam kubah. Sungguh menakjubkan.

Lampu warna-warni itu membentuk bintang ke tengah-tengah panggung lantas berputar-putar seperti gasing. Seperti lingkaran portal. Suara gemuruh dari speaker membuat jantung fans berdegup kencang. Temponya semakin cepat.

Pintu yang ada pada layar LED merekah. Tampak dua buah siluet pria dan wanita dari balik asap. Ini adalah konsep makhluk dunia lain datang ke Bumi dengan megah sekaligus dramatis.

Nam Yihyun sang aktor terkenal yang rela rehat beberapa bulan demi menjadi MC Star Peak dan Jung Jewool sang direktur acara, berdiri tegak dengan senyuman mantap terpatri di wajah. Pakaian mereka sangat serasi. Yihyun dengan setelan jas serba hitam terlihat gagah. Sedangkan Jewool dengan gaun tea length putih dengan anting-anting dan jepitan mutiara yang berkilau.

Suara dentum yang dihasilkan dari sistem surround memenuhi semua sudut kubah, bahkan sampai terdengar ke luar kubah. Jantung Interstellar semakin berdebar kencang.

"Selamat malam, Interstellar tersayang!"

Mereka berdua menyapa ribuan manusia itu yang disambut dengan sorakan kagum. Dain sampai menutup telinga saking kerasnya mereka berseru. Ini kali pertama dia menghadiri sebuah kompetisi idol, jadi dia tidak tahu apa-apa mengenai konser.

Inikah yang dilakukan Maehwa selama ini? Meski Dain terbilang dokter yang percaya diri dalam kamar operasi, dia takkan bisa percaya diri di depan lautan manusia. Tekanannya sangat besar.

"Terima kasih banyak kepada semuanya yang sudah menemani trainee-trainee kami dalam perjalanan panjang melelahkan!"

Ketika Yihyun dan Jewool mengurus pembukaan acara, para mentor dipersilakan masuk oleh kru produksi yang pontang-panting di belakang panggung. Kursi untuk mereka tentu saja dikhususkan, terletak paling tinggi di atas layar.

Ise tampil glamor malam ini. Gaun dan sepatu merah, bahkan make up-nya pun menor. Serba merah. Anting-anting bulat seukuran gelang bergoyang-goyang di telinganya ketika dia melangkah menuju tempat duduknya.

Kalian takkan percaya wanita ini sosok yang sama dengan wanita yang selalu membucini Maehwa pagi-siang-malam dan ulangi di hari berikutnya. Bagaimanapun sikap Ise di asrama Scarlet, dia tetaplah seorang pro! Dia sengaja memilih warna merah karena itu adalah warna mata Maehwa.

Gallagher dengan pakaian street menyusul langkah Ise. Dia takkan pernah meninggalkan konsep karismatiknya. Berikutnya, ada Chan-ri dan Ados turun berpasangan. Karena Chan-ri mengenakan high heels, Ados mau tak mau membantunya agar tidak tergelincir di tangga.

"Wow! Mereka sangat memukau!" puji Verdandi. Tangannya terus memegang handycam, memastikan rekaman videonya tetap berjalan. Yeosu di sebelahnya menepuk-nepuk balon tepuk.

Narae mengangguk, memperhatikan sekitar yang bising oleh jeritan dan tepuk tangan. Bahkan peserta pelatihan belum tampil, namun reaksinya sudah sericuh ini. Kemunculan Yihyun, Jewool, dan para mentor benar-benar sesuatu sekali.

"Sekarang yang tersisa adalah satu pengambilan keputusan lagi. Hadirin sekalian, apa kalian sudah siap dengan penampilan terakhir idolamu?"

Teriakan Interstellar semakin mengencang.

"Kalau begitu kami akan memperkenalkan 20 trainee yang akan debut!" lanjut mereka kompak, menunjuk layar LED yang segera bergantian menampilkan foto keduapuluh kontestan.

*

Di sisi lain, di belakang panggung yang sibuk oleh tim produksi, beberapa peserta pelatihan mulai merasakan kegugupan. Di antaranya tadi ada yang berlari ke toilet untuk muntah karena mual.

Kedua tim, The Boys dan The Man, berada di ruang tunggu masing-masing yang terpisah. Mereka menonton yang terjadi di depan sana lewat tv besar yang telah disediakan.

"I-itu jumlahnya beneran?" Ha-yoon gemetar dan terbata-bata, memelototi layar tv. Benda itu tidak dapat mencakup seluruh Interstellar.

Kondisi mental anak-anak trainee tidak stabil saat melihat langsung suasana babak final. Di studio TSP1 milik Scarlet, jumlah penontonnya tidak sebanyak itu. Minimal kapasitasnya 1.000 orang. Lah ini? Jumlahnya membludak sebesar empat kali lipat. Siapa yang tidak tegang dan gugup.

Bahkan Kangsan berkali-kali menutup mulut karena mual. Siyoon berbaik hati membagikan obat penenang miliknya kepada bocah berambut merah itu yang pucat pasi seperti zombie.

"Tenanglah. Kita tampil terakhir. Masih ada waktu untuk mempersiapkan hati," kata Eugeum tegas, menoleh ke Maehwa yang diam memperhatikan tv di pojok. Mereka sedang menayangkan vcr kehidupan trainee di asrama. "Kau tidak apa?"

Maehwa mengangguk. Apa pula yang dia cemaskan? Dia pernah berkali-kali duduk di depan ratusan gamer yang menonton streamingnya.

"Kau yakin kau baik-baik saja?" Eugeum memicing menatap lutut Maehwa yang tidak tenang.

Pria itu secepat kilat menekan lututnya untuk berhenti bergoyang, menatap Eugeum datar. "Ya, aku yakin. Ini bukan apa-apa."

Pintu kamar tim The Boys diketuk, membuat sebagian dari mereka menoleh. Mereka sudah tahu siapa itu. Adalah Yoonseo melangkah masuk dengan mendorong troli aneka baju warna-warni.

"Anak-anak, aku sudah membawakan kostum kalian." Yoonseo berkata dengan air muka murung. Senyumnya terlihat dipaksakan.

Meski mereka tampil terakhir, bukan berarti mereka duduk bermalas-malasan membiarkan rasa takut mengendalikan mental. Satu per satu anggota tim berdiri, melangkah ke Yoonseo yang menyingkir ke tepi. Wajahnya semakin muram.

"Ada apa, Nona Yoon?" tanya Maehwa menyadari keanehan tindak-tanduk wanita itu.

"Ini hari terakhirku..." Yoonseo menggenggam tepi kemejanya, menundukkan kepala semakin dalam. "Hari terakhir mendandanimu..."

"Ah, benar juga." Maehwa menggaruk kepala, tidak tahu bagaimana cara menghiburnya. Malahan dia bingung, kenapa Yoonseo sebegitu sedihnya tentang itu. Apa dia benci perpisahahan?

"Tim pertama, mohon bersiap-siap!"

Mereka menoleh ke pintu. Salah satu pekerja berteriak memanggil tim pertama untuk segera naik ke panggung. Padahal bukan tim The Boys yang dipanggil, namun mereka merasa cemas.

Yoonseo menggelengkan kepala, mengepalkan kedua tangan. "Aku akan membuatmu jadi cowok paling lucu dan manis malam ini! Percaya pada kemampuanku. Akan kubuat Interstellar terpukau! Maka dari itu... jangan lupakan aku ya?"

Maehwa mengembuskan napas panjang, menyambar ponselnya di meja. "Bisakah aku meminta nomor teleponmu, Nona Yoon?"

"E-eh?" Yoonseo mengerjap. "Untuk apa?"

"Sebenarnya saya juga nyaman dengan anda. Cara anda mendandani itu sangat hati-hati. Jika saya debut, saya harap anda mau menjadi stylish pribadi saya. Yah, itu pun jika anda ingin."

Yoonseo berbinar-binar. Tersenyum lebar.

"Tentu saja aku mau! Terima kasih!"


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro