Chp 29. Han Maehwa vs Moon Jun-oh

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Penonton saat ini : 12.451.766 viewers.

Deg, deg, deg.

Aku menggenggam erat shotgun-ku, menggigit bibir. Peluhku mengalir ke leher. Layar status mengambang di kepalaku.

[Main-Quest telah dibuat. Menangkan pertandingan. Jika anda gagal, salah satu stat anda akan diturunkan.]

Selagi asyik hanyut dalam alur permainan, sistem sialan lagi-lagi berulah seakan mencegahku menikmati keseruan game ini.

Hukuman ini jauh lebih berat daripada penalti jantung diremas. Setelah mini-game ini selesai, kami akan rapat dan diskusi. Bagaimana kalau stat yang turun adalah Vocal atau Dance-ku? Mereka akan curiga kemampuanku mendadak turun. Mana aku sudah menghabiskan poin stat-ku ke Mental lagi. Poin personalku akan merosot.

Tenanglah, Maehwa. Kau lupa siapa dirimu sebelumnya? Kau ini Im Rae! Seorang pro-gamer! Survival game ini adalah permainan anak-anak. Lagi pula sejauh ini rencanaku sudah bekerja. Kalau begitu, seharusnya ada dua di sekitar sini.

"Ah! Pemain Han Maehwa bertemu Shooter nomor 2! Tapi karena dia Pengkhianat, Shooter hanya akan  mengabaikannya. Bagaimana dengan pemain Moon Jun-oh?"

Grr!!! Sumpah deh! Dari tadi tuh mc berisik banget. Kalau saja ini bukan siaran langsung dan lenganku tidak nyut-nyutan dari tadi, aku pasti sudah menembak headshot dirinya.

Terlebih, siapa yang kalian tuduh sebagai 'Pengkhianat'?! Itu hanya akal bulusku!

"?! Shooter menembak Han Maehwa? A-apa yang terjadi? Bukankah dia Pengkhianat? Bukankah seharusnya dia diabaikan."

Cih! Orang ini pandai berkelit. Aku melempar shotgun, mengokang senapanku. Ini adalah peluru terakhir. Aku akan mengorbankannya demi rencanaku. DOR!

Shooter nomor 2 didiskualifikasi!

"Tingkat keakuratan yang gila! Padahal sniper biasanya tak diuntungkan dalam pertarungan jarak dekat, namun pemain Maehwa menentang peraturan itu dan berlari ke finish... Oh! OH?!!!"

Sebuah bayangan menutupiku. Aku berkeringat. Padahal garis finish tepat di depan mata sana, tapi halangan terakhir muncul di hadapanku.

"ASTAGA! PEMAIN MOON JUN-OH DATANG MENYERGAP DARI ATAS BALOK JERAMI! SEPERTINYA DIA TELAH MENUNGGU KEDATANGAN MAEHWA DI SANA!"

"Dengan kata lain, Pengkhianat sebenarnya adalah pemain Moon Jun-oh. Dia bergegas ke garis finish untuk menangkap Maehwa yang menyamar jadi Pengkhianat. Maehwa sangat tidak diuntungkan karena nyawanya tersisa satu dan pelurunya telah dia habiskan untuk membunuh Shooter. Kelihatannya pemenang telah ditentukan. Maehwa takkan bisa merespon serangan telak itu. Pemain Jun-oh yang menang."

Wah, detail sekali komentarnya.

"Hahaha! Aku tahu sejak awal kau lah yang paling berbahaya di game ini, Maehwa. Bisa-bisanya kau mencuri posisiku. Tapi yah, semuanya berakhir. Pelurumu habis. Kau berada di ujung tanduk!"

Aku tersenyum miring. "Kau masuk terlalu jauh ke dalam perangkapku, Moon Jun-oh."

Kudorong senapanku lewat sela-sela lengan. Ekor senapanku mengenai ujung laras pistol Jun-oh. Benda itu terlepas dari tangannya, berputar-putar di udara. Aku melompat menggunakan balok jerami.

"Peluru habis?" Aku menangkapnya, membidik Jun-oh. "Gampang. Kan tinggal ambil punya musuh. Apa susahnya?"

DOR! DOR! DOR!

Pemain Moon Jun-oh didiskualifikasi!

Rencanaku sederhana. Aku menyuruh Yihwan bersih-bersih musuh supaya aku leluasa ke sana-sini untuk menebak pergerakan Pengkhianat. Alasan aku membunuh Yihwan adalah meng-trigger Jun-oh agar pergi berjaga ke garis finish. Dia pengkhianat yang asli, jelas tak terima ada seseorang yang mengambil perannya. Aku juga sudah memperhitungkan kalau Jun-oh tahu bahwa peluruku sudah habis supaya dia menerjang maju ke arahku.

Rawan membenarkan posisi kacamata. "B-bukankah anak itu salah ikut audisi? Dia harusnya mengikuti audisi aktor, bukan idola. Apa benar dia tak punya agensi?"

"Haa, kau hebat sekali, Maehwa." Jun-oh mendesah, mengacak-acak anak rambut.

Aku diam sejenak. Tersenyum miring.

"Tahukah kau, banyak pameran utama yang mati dalam cerita karena dia berpikir sudah menang lalu keasikan bikin monolog tak penting. Kau bisa saja mengalahkanku jika kau tak pongah dengan fakta peluruku telah habis, mengatakan sederet dialog tak berguna alih-alih menembak. Apa kau tidak bertanya-tanya mengapa aku membawa senapan yang isinya sudah kosong? Meski sebuah pistol tidak memiliki peluru lagi, pada akhirnya senjata tetaplah senjata."

Aku mengambil bendera di titik akhir.

Aku memang bukan calon idol yang baik, tapi kalau soal game, aku lah yang terbaik.

Properti mahkota didapatkan.

~Idol Player~

Lelah hayati. Walau senjatanya mainan, bobotnya cukup berat untuk ukuran mainan. Aku menjinjingnya ke sana-sini sambil menghindari musuh. Aku butuh ramuan penyembuh~ I need health potion~

[Selamat! 140.000 orang fans berat dengan anda! Reward: 400 koin emas.]

"Hah? Tunggu, sialan. Bukankah itu terlalu sedikit? Koinku sudah banyak. Paling tidak berikan aku poin stat. Jangan pelit kau—"

"MAEHWA~!" Batang hidung Ha Yoon muncul, merangkulku. Bocah ini sebelas duabelas dengan Sung Kyorim. "Kau menang!!! Kita dapat propertinya! Mahkota lho mahkota. Terima kasih kerja kerasnya!"

"Kau sudah bekerja keras, Maehwa," kata Hangang memberi jempol padaku.

"Tapi kau jahat sekali, menumbalkan Yihwan seperti itu. Apa kalian sudah merencanakan itu sebelumnya?" tanya Jiho yang kugelengkan. Dia manyun. "Wah, pasti dia bakal mengamuk nanti..."

"Maehwa... apa lenganmu tidak apa?"

Aku menatap Ahram datar. Ahram balik menatapku seperti anak anjing memelas pada majikannya. Imej puppy menggelikan! Jauh-jauh dariku, dasar hina!

"Aku lelah. Aku mau ke asrama."

"Tentu saja kau harus istirahat! Kita akan rapat setelah makan malam. Bagaimana?"

"Setuju." Mereka kompak kecuali aku.

Aku tersenyum kecil. Ini menyenangkan.

~To be continued~

Don't forget star dan comment aja, Interstellar yang budiman ( ̄∇ ̄)




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro