Chp 54. Evaluasi Individu Terakhir (I)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

IDOL PLAYER

Bukan Ha Yoon, bukan juga Jinyong, duo trainee emas yang jumlah suaranya beda tipis kesukaan Interstellar dan trainer, tetapi Maehwa? Astaga! Ini sebuah plot twist. Yeosu berusaha menahan diri untuk tidak histeris. Bagaimanapun dia harus jaga sopan santun di depan idola, kan?

Yeosu tidak menyangka Ina memiliki selera wajah+sikap yang sama dengannya dan Narae. Yah, Maehwa memang punya daya tarik tersendiri walau anaknya tidak sadar bahwa dirinya menarik.

"Em!" Yeosu berdeham untuk mengurangi keantusiasannya. "J-jadi kau stan Maehwa. Kita berdua sama rupanya—"

"Bulan Musim Dingin julukannya Maehwa?! Astaga! Aku baru tahu hal itu. Karena jadwalku sibuk, aku tak bisa menyentuh hape buat cari informasi tentangnya. Aku bahkan berjanji akan latihan ekstra kalau diperbolehkan datang ke sini. Aku sangat ingin melihat Maehwa. Aku jatuh cinta dengan suaranya yang merdu. T-tentu aku juga suka wajahnya! Dia tampan, imut, dan manis! Di siaran saja dia sudah selucu itu, coba bayangkan semanis apa dia secara langsung?! Sebenarnya aku tidak mau mencari masalah, tapi warna rambutku mencolok. Seharusnya aku pakai topeng saja supaya tak ada yang tahu siapa aku."

W-wah. Yeosu kehilangan kata-kata untuk menggodanya—Ina ternyata tidak perlu digoda. Perkataan super panjangnya telah menunjukkan betapa kagumnya dia pada Maehwa. Apa karena dia seorang rapper wanita makanya tidak mudah kehabisan napas? Yeosu saja pusing mendengarnya.

"Tapi... aku khawatir aku datang di hari yang salah. Bagaimana kalau Maehwa tidak tampil hari ini? Aku tidak punya waktu sebebas itu untuk datang ke studio TSP1." Ina menundukkan kepala muram.

"Dia akan tampil terakhir," kata Yeosu, sorot mata yakin. "Terus terang, aku tak mau datang hari ini karena aku percaya nomor panggung Maehwa 30. Aku datang karena temanku mengajakku."

"Kenapa kau seyakin itu?"

"Firasat seorang fans garis keras tidak pernah salah," jawabnya mengibas rambut bangga. Meski ada 2% kerisauan tersisa kalau-kalau tebakannya salah.

"Para penonton diperbolehkan masuk."

Sayup-sayup, terdengar suara teriakan penjaga. Dia membuka gerbang studio. Seratus lebih orang-orang yang datang ke TSP1 berduyun-duyun memasuki studio. Mereka sudah pegal menunggu penjaga akhirnya menbukakan gerbang.

"Ah, aku harus pergi. Temanku pasti kelimpungan mencariku. Atau kau mau nonton bersamaku, Ina-ssi?"

Apa boleh buat? Ina sudah terlanjur membeli tiketnya. Rasanya jadi mubazir kalau Ina tidak masuk ke studio. Dia mengangguk. "Boleh. Rasanya aku akan aman kalau bersamamu... Err..."

"Namaku Kim Yeosu. Diingat ya."

.

.

Sung Hae bersedekap sebal. Dia tadi panik, berpikir Yeosu berubah pikiran dan pulang. Lalu Sung Hae berakhir nonton sendirian. Tahunya Yeosu mengirim pesan kalau dia sudah masuk ke dalam studio.

"Jahat! Kukira kau meninggalkanku!" semburnya menghentakkan kaki.

"Ah, maaf-maaf." Yeosu menunjuk Ina yang bersembunyi di belakangnya, memakai masker baru pemberiannya. "Aku bertemu dengan penonton yang tersesat, jadi aku ajak dia bareng deh."

"Penonton tersesat?" Sung Hae menatap Ina yang memegang topinya. "Apa ini kali pertama dia datang kemari? Ah, sudahlah. Ayo lekas cari tempat duduk! Nanti kita kehabisan bangku bagian tengah."

20 menit menunggu studio penuh, akhirnya acara dimulai. Nam Yihyun, MC utama hari ini, naik ke panggung. Penonton memberikan tepukan padanya.

"Selamat siang, Interstellar terhormat! Bagaimana hari kalian? Semoga baik-baik saja. Akhirnya evaluasi individu terakhir telah tiba dan akan dimulai! Berikan tepuk tangan pada 30 trainee yang bertahan sampai ke tahap ini! Kalian memang tidak bisa melihat mereka karena para trainee menonton di ruang terpisah, namun mereka bisa melihat wajah kalian. Para pendukung yang mendukungnya."

Seluruh studio ricuh oleh tepukan, tak terkecuali Yeosu dan Sung Hae. Semangat mengirim selusin cinta ke biasnya. Ina tak mau kalah, ikut tepuk tangan. Kata Yihyun trainee bisa melihat penonton. Semoga Maehwa menotis sorakan support-nya.

Sayangnya, di ruang tunggu, Maehwa tidak memperhatikan layar sama sekali karena harus menenangkan seseorang yang tak mau berhenti bergumam gugup.

Woo Geonwoo. Dia nomor satu.

Memangnya Maehwa babysitter? Kenapa pula Geonwoo harus menumpahkan kegugupannya pada Maehwa, seolah dia tidak punya teman lain di acara ini.

Maehwa menghela napas pendek, melirik ke sekitarnya. Para trainee yang akan tampil hari ini telah dirias dan memakai kostum. Beda dengan trainee yang tampil besok atau lusa atau lusanya lagi, memakai seragam sekolah The Star Peak.

"Tenanglah, Geonwoo. Nanti riasanmu luntur oleh keringatmu." Jiho menceletuk. Dia urutan ke-17. Masih bisa bersantai.

"A-aku tidak expert penontonnya banyak. Bagaimana kalau aku membuat kesalahan? Aku harus mundur dari program ini..." Padahal Geonwoo berharap yang datang sedikit. Eh, tahunya studio nyaris penuh.

Jiho menyikut lengan Maehwa yang malah asyik memperbaiki dasinya yang senjang. "Katakan sesuatu dong."

Apa yang bisa Maehwa katakan? Aha!

"Terlalu cepat merasa gugup, Geonwoo. Kita bahkan belum tahu siapa jurinya."

Bukannya mendingan, kegugupan Geonwoo malah semakin parah. Benar juga. Yihyun belum memperkenalkan juri-juri yang diundang untuk menilai trainee. Bagaimana kalau selebriti global?

Jiho menepuk bahu Maehwa. "Apa yang kau katakan sih?! Kenapa kau malah menambah stresnya? Dia makin ciut, kan!"

"Kau menyuruhku mengatakan sesuatu. Nah, itu sudah kukatakan."

Toh, Maehwa bukan pelipur lara. Dia hanya mengatakan apa yang akan terjadi dalam beberapa menit lagi. Jujur, Maehwa juga ingin tahu siapa saja jurinya.

Jun-oh (9) dan Do Woo (11) tertawa menyaksikan adegan itu. "Maehwa bahkan tidak bisa menghibur orang."

Selamat, Geonwoo. Kau dapat screentime untuk VCR. Episode 8 lagi, ya? Maehwa membatin, lanjut memperbaiki dasinya.

Kamera kebetulan rolling ke arah mereka. Itu pasti merekam adegan barusan. Maehwa tidak peduli akan kritikan yang akan dia dapatkan sebab dia hanya berkata realistis. Apa yang bisa dikritik?

Dasi brengsek ini! Kenapa tidak mau bener sih?! Maehwa menyerah mengotak-atik dasinya. Daripada dia kena evil editing karena membuat ekspresi masam.

"A-apa kau haus?" Ahram menyodorkan sebotol air dingin. Dia tampil nomor 28.

"Terima kasih... Eh? Ahram, tinggimu nambah ya?" Maehwa menyadari kalau Ahram jauh lebih tinggi darinya.

"A-ah, iya. Naik dua senti jadi 178."

"Wah! Selamat! Kau memasuki tinggi ideal pria Korea!" seru Kyorim (nomor 24).

Benar juga. Maehwa menelan ludah. Kalau dipikir-pikir, semua trainee yang 'akrab' dengannya punya tinggi 177 ke atas. Hanya dia di bawah 175 senti. Bukankah Maehwa terlihat seperti anak kecil kalau berdiri bersama raksasa seperti mereka?

Dia harus menaikkan tingginya—

[Sistem tidak menyarankan prosedur itu. Anda takkan bisa menahan rasa sakit dari penambahan tinggi. Dibutuhkan mentalitas tier AAA+ untuk memenuhi syaratnya.]

Buset. Triple A+? R-rasanya sesakit itu?

"Kalau begitu, tanpa menunggu lebih lama, mari kita sambut tiga tamu yang akan menjadi juri evaluasi putaran ketiga!" Suara Yihyun terdengar lantang di layar.

Juri pertama naik ke panggung.

Maehwa mematung. Dia... kenapa dia?!

~To be continued~

Rajin like, rajin komen, fast update.
♩✧♪●♩○♬☆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro