Chp 77. Mengagetkan Maehwa Sukses!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Awalnya Ise tidak tertarik dengan Maehwa.

Anak itu tampak biasa saja di matanya, sama seperti trainee lainnya. Faktor pertama, Ise tidak memiliki ketertarikan pada pria-pria muda karena sudah menikah. Faktor kedua, Maehwa terpaku dengan indoktrinasi menjadi pribadi 'dingin'. Ise adalah penilai karakter yang ciamik dan dia tidak suka dengan kebohongan Maehwa.

Tetapi, setelah melihat Maehwa tertawa untuk pertama kalinya di waktu itu hari itu tempat itu, sebuah tawa tanpa kebohongan... Astaga! Ise merasakan masa muda kembali.

Maksud Ise, kenapa Maehwa harus membohongi diri sendiri padahal wajahnya lima kali lipat lebih cerah hanya dengan menunjukkan jati diri?

Lalu, saat ini Ise berperang dalam hati ketika Maehwa melangkah maju ke tembok pemilihan posisi. Dia berdebar-debar? Demi Tuhan, dia sudah menikah! Anak mereka sudah memulai sekolahnya di taman kanak-kanak.

Ise cemberut melihat ekspresi Maehwa yang kembali datar seperti semula. Lagi-lagi dia berbohong dan memakai topeng.

Apa dia tidak ingin 'warnanya' terbaca?

"Maehwa-ssi, apa kau sudah memilih posisimu? Kau seorang vokalis, pastilah mengambil vokal."

Jika memungkinkan, Maehwa juga menginginkan pilihan vokal. Tapi berhubung ini soal hidup dan mati, dia harus mengikuti perintah sistem.

"Mungkin," jawabnya seadanya.

Maehwa pun melewati tembok pemilihan posisi.

Maehwa pikir, posisi Dance dan Rap tidak begitu buruk. Akan sangat disayangkan dia melewati kesempatan untuk mengembangkan kemampuan menarinya. Dia tidak bisa terus-menerus mengandalkan sistem. Lihatlah sekarang, GM yang galak mengunci jendela status.

Masalah utamanya adalah rap. Bagaimana mungkin Maehwa si vokalis beralih jadi rapper. Itu sama saja menyuruh anak kecil berenang ke kolam dengan gaya batu.

"Bisa gila aku lama-lama," umpat Maehwa pelan. Dia mengambil kartu posisi ganda Dance-Rap, melesat ke tembok ketiga.

Tidak apa. Maehwa takkan hancur secepat itu. Di balik tembok ini, pasti Jinyoung atau Kangsan telah menunggunya. Maehwa akan selamat kalau setim dengan salah satu dari mereka. Dua anak itu tidak pernah tidak masuk sepuluh besar.

Menebeng tidak masalah, kan? Lagian Maehwa bukannya mendompleng cuma-cuma. Maehwa tidak akan menjadi beban grup dan membantu semampu yang dia bisa.

Akan tetapi, waktunya mencicipi pahitnya realita.

"Astaga, Maehwa? Apa yang kau lakukan di bagian rap, terlebih di posisi ganda?"

"M-Maehwa ternyata orang yang kompetitif."

Ha Yoon dan Ahram berada di vokal, memasang mimik heran. Sementara Do-woo dan Kangsan satu tim di rap. Ke mana Jun-oh dan Jinyoung? Mereka menghilang, tidak ada di sana. Maehwa yakin peserta pelatihan tidak diperbolehkan keluar sampai semua trainee memilih posisinya.

Kepanikan bisa membunuh akal jernih. Itu terbukti nyata. Maehwa tidak terpikirkan kalau mereka berdua boleh jadi sedang bersembunyi. Dia justru panik duluan dan kepanikannya beralasan karena ini menyangkut nyawa.

Maehwa mendengarnya dengan jelas kalau mereka akan membuat lirik rap dan koreografi sendiri. Jika tidak ada Jinyoung karena Kangsan sudah memilih rap, bagaimana masa depannya?

Apa yang terjadi sih. Bukankah untuk itu Jinyoung menanyakan pilihan Maehwa tadi karena ingin satu kelompok dengannya? Jangan bilang dia berubah pikiran karena menyangka Maehwa tidak serius saat mengatakannya.

Tidak! Maehwa sungguh serius bilang begitu. Jika Jinyoung tidak ada, siapa lagi yang bisa menolongnya. Dasar pemberi harapan palsu! Kalau dia mati mendadak, itu salah Jinyoung.

Jemari seseorang menyentuh punggung Maehwa sambil terkekeh jahil. "Dor!"

"AAAAHHH!!!!"

Jika hantu tidak bisa mengagetkan Maehwa, maka Jinyoung dan Jun-oh adalah orang pertama yang berhasil mengagetkannya setelah tiga tahun terbiasa dengan adegan jumpscare game horor. Maehwa sampai terpeleset jatuh.

Lengang sejenak hingga terdengar kameramen yang terkikik mendapatkan adegan langka.

Bibir Do-woo membentuk huruf o. "Kupikir Kak Maehwa bukan penakut karena dia biasa-biasa saja saat keluar dari Kamar Konsultasi tadi malam. Ternyata oh ternyata..."

Ha Yoon terkekeh. "Takut itu manusiawi."

"R-rencana Jinyoung dan Jun-oh sukses."

Maehwa menoleh kesal ke Ahram. Jadi mereka tahu dua cecunguk itu tengah bersembunyi di belakang tembok untuk mengejutkannya. Mereka semua bekerja sama.

Jun-oh dan Jinyoung tos. "Berhasil!"

Sial, Maehwa malu sekali. Diperbodoh oleh dua bocah kemarin sore. Dia juga tidak bisa meledak mengabsen kebun binatang A sampai Z karena ada kamera di mana-mana.

"Aku berpikir keras memilih antara Dance atau Rap-Dance lho," kata Jun-oh membantu Maehwa berdiri. "Aku tidak percaya kau akan keluar dari zona nyaman. Jinyoung tiba-tiba berseru dan aku pun pergi ke Rap dan Dance. Kami menyusun strategi untuk mengejutkanmu."

"Memang boleh begitu?"

"Boleh." Jinyoung yang menjawab. "Asal tidak memberitahu kau ada di posisi yang mana. Kak Jun-oh tahu aku di Rap-Dance berdasarkan kemampuan mendengarnya. Dia seperti hero."

"Yang penting kami berhasil mengejutkanmu."

Mereka pun tertawa. Maehwa menggeram kesal, ingin menendang pantat Jun-oh dan Jinyoung. Beraninya mempermalukan orang dewasa!

"Tapi aku benar-benar kaget lho, kakak betulan pergi ke Rap-Dance sementara kakak kan vokalis. Apa kakak menginginkan benefit?"

Maehwa mengedikkan bahu cuek. "Akhir-akhir ini banyak idol yang menguasai berbagai bidang selain menyanyi, rap, dan menari. Aku hanya mencoba menjadi salah satunya."

[Anda sangat berbakat menjadi pembohong.]

Maehwa mendengus. Diamlah, Danyi.

"Senangnya bisa satu tim dengan kakak!" kata Jinyoung merangkul Maehwa seperti teman yang sudah lama tak bertemu.

"Mari kita buat panggung yang legendaris!"

Mereka berpikir Maehwa masuk ke posisi berbahaya karena benar-benar ingin update kemampuan. Keliru! Amukan badai besar telah menunggu tim itu karena seperti kata Danyi, Park Daejung memilih posisi ganda Rap-Dance.

"Mohon kerja samanya untuk ke depan!"

"Begitupun kami," sambut Jinyoung ramah.

"Selamat datang, Daejung."

Tidak mau hanya berdiri diam yang bisa menimbulkan tuduhan aneh-aneh, Maehwa ikut menyambut Daejung padahal dalam hati ingin sekali mendorongnya dari tubir. Pipi dan punggungnya sudah menjadi korban.

Maehwa harus mengusir Daejung sebelum hari pertunjukan. Firasatnya buruk membiarkan Daejung berlama-lama berada di timnya. Entah siapa yang akan dia targetkan nanti.

Anggota terakhir bergabung. Itu bukan kenalan Maehwa karena dia berpikir Kyo Rim tadinya.

"M-mohon bantuannya!" kata trainee itu gugup, membungkuk. Dia merasa insecure karena tiga anggota dari tim itu adalah sepuluh besar. Tapi dia harus berani karena dia dalam posisi bahaya.

Maehwa membaca banner namanya.

Park Hong Jo, peringkat 30.

♩✧♪●♩○♬☆


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro