8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"1, 2, 3, 4..."

King berhenti berhitung. Mau seberapa banyak dia menghitung, pikirannya tak bisa tenang secepat itu. Batinnya bertanya-tanya, apakah pilihan tepat meminta tolong pada klub detektif untuk mencari Paul? Lagi pula apa gunanya? Pasha kan sudah tiada.

Bagaimanapun King tidak bisa membiarkan Paul menghilang ditelan bumi. Jika dia benar-benar sudah mati, setidaknya King harus menemukan jasadnya dan menguburnya dengan layak. Hanya itu yang bisa dia lakukan.

Mengusap wajah, King meraih novel kosong berjudul 'Please Find My Brother', teringat pertanyaan Watson.

"Apa kamu betulan niat mencari Paul?"

Ah, detektif pemuram itu pasti bingung mengapa King tidak langsung memberitahu dan membuat kode berupa judul novel. Merujuk ceritanya yang sudah melakukan pencarian lebih dari 50 kali, seharusnya King mencari cara yang lebih efektif untuk menyampaikan.

Tapi, King baru menyadari bahwa pertanyaan Watson mengganggunya. Bukankah sudah jelas King sangat ingin menemukan Paul? Kenapa dia bertanya seperti itu? Seolah King melakukannya secara terpaksa...

"Tenanglah. Semua akan baik-baik saja."

King menyambar gunting di nakas, kemudian melempar benda itu ke cermin di depannya dengan sekuat tenaga. Prangg!!! Pecahan kaca berderai di lantai pualam, merefleksikan bayangan King.

Lho? Kenapa dia merasa begitu emosional? King tidak mengerti. Segala tentang Paul selalu berhasil membuatnya bereaksi berlebihan.

Tapi, kalimat itu, siapa yang mengucapkannya? Diakah? Atau Paul?  Sederet kalimat penenang yang basi.

Chalawan mengintip dari celah pintu yang ternganga, hanyut dalam pikiran.

-

Jujur saja, Beaufrot merasa ada yang aneh dengan keponakannya itu. Yah, dari dulu dia memang aneh. Tapi level keanehannya justru menjadi-jadi.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Paman tidak lihat? Membaca tentang paus. Aku pikir ia hanya satu, tapi rupanya mereka punya banyak jenis. Aku lebih tertarik membahas yang seperti ini daripada futuristik."

Beaufrot memijat pelipis, mencoba memaklumi keponakannya yang suka jatuh hati pada sesuatu tak lazim. Biarkan saja dia bersenang-senang.

"Paman, apa hubunganmu dengan Tuan Chalawan? Paman pasti tahu anaknya adalah teman klubku."

Inilah yang Watson incar, sebuah percakapan alami. Tapi sherlock pemurung itu tidak berpura-pura. Dia hanya memanfaatkan hobi barunya: menyukai paus dan menjadikan itu peluang membuka obrolan.

Mengingat sifat Beaufrot yang jarang menceritakan tentang klien VIP-nya, takkan mudah membuatnya bicara. Jadi, Watson membuat situasi dimana Beaufrot takkan curiga padanya (perihal bertanya aneh-aneh).

"Dia minta tolong menyediakan apartemen untuk putranya. Hanya itu."

Watson berhenti membalikkan halaman buku. Alisnya menukik tajam. Sesuai dugaan. Beaufrot terkenal dengan sifatnya yang pemegang janji. Dia takkan memberitahu apa pun tentang kliennya jika dia sudah berjanji. Walau yang bertanya Noelle sekali pun.

Nah, sekarang bagaimana cara membuatnya berbicara? Watson tidak terlalu bagus dalam berkomunikasi, duh.

"Paman, apa Paman pernah mendengar nama Paul Procyon di suatu tempat?"

Gerakan tangan Beaufrot yang membaca surat kabar, terhenti. Tubuhnya tertegun, seperkian detik kembali normal. "Tidak. Siapa itu? Kamu yang paling tahu aku tidak suka bermain misteri. Jangan tanya apa pun padaku soal kasus yang kamu kerjakan. Itu menyebalkan."

Dia terpancing. Bantahan berlebihan artinya iya. Jika Beaufrot tahu soal Paul, itu tandanya dia sudah cukup lama mengenal Chalawan.

Di pikir-pikir aneh juga. Dari sekian banyaknya sekolah menengah di Moufrobi, kenapa Beaufrot memasukkan Watson ke Madoka? Cowok itu juga diterima dengan mudah tanpa klausul.

Coba kita tafsirkan, Paul menghilang 11 tahun lalu. Karena umur King sekarang 18, maka insiden itu terjadi ketika King berusia 7 tahun. Astaga, bukankah mereka masih anak-anak?

Jika Beaufrot betulan tahu soal Paul, berarti dia dan Chalawan sudah saling kenal sebelum pengeboman itu terjadi.

Tapi, kok bisa? Beaufrot kan juga warga sipil baru di Moufrobi. Dia itu aslinya orang Inggris. Atau Chalawan juga berasal dari negara sama?

Sebenarnya apa yang disembunyikan dua orang ini? Apa Watson terlalu naif berpikir masalah King sepele?

Puk! Beaufrot menepuk kepala Watson. "Serius banget mukanya."

Bagaimana dia tidak serius? Setelah melewati bermacam-macam kasus, ini mungkin kali pertama Beaufrot terlibat.

"Kasusnya agak berat, Paman. Karena aku mengetahui sesuatu dari topeng milik seseorang, benang kasusnya berubah kesat." Watson sengaja menyindir terang-terangan.

"Oh, ya? Semangat lah."

Jawaban pendek dan intonasi skeptis. Beaufrot sadar Watson tengah membicarakan dirinya. Dia bersikeras tutup mulut, ya? Cara ini tak berhasil.

"Aku ke kamar dulu."

Untuk sekarang belum ada gunanya menginterogasi Beaufrot. Petunjuknya masih sedikit. Entah benar mereka berdua benar-benar berhubungan atau sekadar prasangka Watson saja.

Beaufrot memandang datar lantai dua, tepatnya kamar Watson. Tangannya bergerak mengeluarkan ponsel, menelepon sebuah kontak.

"Chalawan, aku butuh bantuanmu."

-

Pohon sakura di taman belakang sekolah menjadi markas baru dadakan klub detektif. Mengingat anggota STAREISIA masih ada di sekolah, kegiatan mereka jadi terbatas. Bahkan Horstar sudah cari gara-gara, apalagi kalau membuka permohonan kasus? Dia dengan tampang soknya akan menghina kinerja detektif Madoka yang blablabla.

Gaya rambut Aiden hari ini pigtails half-up half-down dan memakai pita kembar merah polos. Sederhana namun berkesan. Agaknya, apa pun yang dipakai gadis itu selalu cocok.

"Ada kemungkinan kamu sedang dikejar, Krakal. Oleh awak... maksudku, orang-orang yang terkait dalam kasus Rumah Kinderen. Mereka sepertinya menginginkan sesuatu darimu."

Aiden, King, Hellen, dan Jeremy bersitoleh ke sherlock pemurung itu. Apa yang dia bicarakan? Kenapa dia tiba-tiba menyimpulkan demikian?

"Kami tak mengerti maksudmu..."

"Mita bilang dia keliling dunia hanya untuk mencari Krakal. Dia bukan dalam masa furlough melainkan bebas bersyarat. Logika saja, ada orang dalam yang membantunya keluar dari penjara."

[Note: Furlough adalah cuti khusus bagi mereka yang menjalankan hukuman.]

"Tunggu, apa? Bukankah itu mustahil? Dia perlu sidang banding jika mau bebas bersyarat." Aiden berseru. "Dan aku tak yakin hukumannya dikurangi."

King diam. Berusaha mencerna.

"Pasal 75 KUHP, orang yang mengajukan pengaduan berhak menarik kembali dalam waktu tiga bulan setelah pengaduan diajukan..." Detektif muram itu menggantung kalimatnya.

"Jangan bilang...!"

Watson mengelus dagu. Jika Mita tertangkap karena tuntutan keluarga dari korban culiknya, maka salah satu dari mereka telah menarik tuntutan tersebut 3 bulan setelah pengadilan menjatuhkan hukuman untuk Mita. Yang berarti dia sudah bebas dari dulu.

Tapi masalahnya, mereka tidak tahu sudah sejak kapan Mita dibebaskan. Terlebih masa sih ada yang mau mencabut tuntutan setelah anaknya dilecehkan? Ada yang tidak aktif.

"Krakal, bagaimana cara kamu bisa bebas dari rumah itu?"

"Seseorang menelepon polisi... Sejujurnya aku tidak terlalu ingat. Aku pingsan waktu itu dan tahu-tahu sudah berada di rumah sakit. Semua orang di rumah Kinderen sudah ditangkap."

"Kamu bilang Mita hanya bertugas menculikmu, kan? Memindahkanmu ke Kinderen. Apa setelahnya kamu pernah melihat sosoknya lagi di rumah itu?"

King menggeleng. Yang menyambutnya setelah membuka mata adalah wanita-wanita asia yang mengenakan gaun malam menjijikan.

"Aku tahu kamu merasa tidak nyaman, tapi untuk kepentingan kasus, kamu harus menahannya karena kamu saksi."

Jeremy ber-hmm pelan. "Bukankah itu artinya bukan Mita yang melecehkan King secara langsung? Sepertinya King salah paham dan mengganggap Mita lah yang menyentuhnya."

"TIDAK!" Raja Abal-abal itu menyanggah cepat. Wajahnya pucat memaksa mengingat kenangan kelam. "Aku yakin dia lah orangnya. Dia yang melakukannya pertama, lalu... baru wanita lain masuk ke kamarku... Aku... dilecehkan oleh dua wanita berbeda..."

Watson menjentikkan jari. "Ah, aku mengerti sekarang. Begitu rupanya."

Mereka menatapnya intens.

"Ini disebut, rencana yang ketahuan."


N. B. Bentar2 temponya melamban dulu ya. Aku mulai suntuk nih.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro