D u a p u l u h d u a

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

22. Campur Aduk

Beby keluar dari dalam kelasnya. Memilih berjalan menyusuri koridor hingga sampai di parkiran.

Gadis itu menunggu Rios di motor metik milik cowok itu. Saat menatap ke arah lain, matanya tak sengaja menatap sosok Abay.

Namun … cowok itu tidak sendirian. Ada seorang gadis di sampingnya.

Abay menoleh, matanya berpas-pasan dengan mata milik Beby. Cowok itu membuang arah pandangnya dan beralih menggenggam tangan gadis di sampingnya.

Walaupun wajahnya terlihat datar, tetap saja itu menyakiti Beby.

"Ceweknya … Pacar lo?"

"Ya."

Bayangan pertama kali ia bertemu dengan Abay melintas begitu saja. Beby ingat, gadis itu … Mantan kekasih Abay?

"Bengong teros sampe kucing bertelur."

Beby tersentak kaget. Gadis itu menoleh dan langsung mendapati Rios yang dengan santainya memakai helm. "Awas, badan lo gede. Gue mau mundurin motor nih," sindir Rios.

Beby memilih mundur. Ia kembali menoleh ke arah Abay. Namun, cowok itu nampak tak peduli dengan kehadiran Beby.

"Heh curut, naik gak?"

"Eh? Iya-Iya." Beby akhirnya memilih naik ke atas motor milik Rios.

Apa ini alasan Abay menjauhinya? Karna cowok itu sudah memiliki kekasih? Kembali lagi pada masa lalunya, begitu?

Beby mencengkeram seragam Rios. Boleh Beby menyimpulkan?

Kemarin, Abay hanya menjadikan Beby pelarian? Bisa jadi, mengingat Beby dan Abay sama-sama baru putus saat itu.

"By, kalau Regita macem-macem lo siap-siap bakar brankar dia, ya?"

Beby diam, tak menjawab. Pikirannya masih melayang pada sosok Abay.

Rios melirik gadis itu lewat kaca spionnya. "Woi! Kesurupan di sini gue turunin lo, bodo amat dah jadi gelandangan," kesal Rios.

"Eh, apa? Lo ngomong apa?" sahut Beby yang sadar dari lamunannya.

"Lo mikirin apa sih, By?"

Beby tertawa canggung, "Gue? Gue mikirin apa ya? Hahaha …."

"Dih, aneh lo."

Rios membelokan motornya ke area rumah sakit. Memarkirkannya, kemudian melepas helm dan mengecek ponselnya. "Ruangan melati nomor 5, lantai tiga."

"Ya udah ayo," ajak Beby.

Rios menahan tangan Beby. "Kaki gue gemeteran."

"Lah?"

"Takut ketemu mayat."

Beby berdecak kesal. Gadis itu langsung menyeret lengan Rios untuk menuju ruangan yang Rios sebutkan tadi.

Tidak banyak memakan waktu, keduanya langsung mengetuk pintu dan masuk dengan hati-hati.

"Assalamualaikum," ucap Beby.

"Waalaikumsalam."

"Re, gue sama Anne kayanya keluar dulu ya?" pamit temannya Regita.

Keduanya langsung pergi meninggalkan ruangan.

Beby dan Rios berjalan mendekat. "Lo sakit apa?" tanya Rios.

"Cuman telat makan."

Regita melirik ke arah Rios dan Beby secara bergantian. "Gue mau minta maaf."

"Mau meninggal lo? Pake minta maaf segala," ketus Rios.

Beby mencubit lengan cowok itu. Rios melotot. "Apaan sih?"

"Diem lo."

"By, Maaf karna gue udah berusaha rebut Rios dari lo. Gue akuin gue emang salah, gue … gue terlalu dendam waktu itu," kata Regita lirih.

Beby mengerutkan alisnya tak mengerti, "Dendam?"

"Dulu … waktu gue pacaran sama Rios, dia gak pernah suka sama gue sedikitpun. Dia sukanya sama lo, By."

"… kemarin, entah kenapa gue tiba-tiba kepikiran buat bales lo. Gue gak terima karna dulu lo malah nerima Rios gitu aja," sambung Regita.

Rios menghela napasnya. "Regita gak salah, By. Yang salah gue, gue yang kasih dia celah buat masuk. Regita awalnya nolak, tapi … gue yang maksa dia," ujar Rios akhirnya.

"Jadi … lo suka sama gue dari dulu, Yos?" tanya Beby.

"Ya … gimana ya." Rios menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Re, gue juga minta maaf ya? Gue bener-bener gak tau kalian putus gara-gara gue." Beby menginjak kaki Rios dengan kesal. "Lo sih, ngapain jadiin anak orang pelampiasan?!"

"Namanya juga anak SMP mana gue ngerti kaya gitu," jawab Rios tak acuh.

Regita tertawa pelan. "Gue juga minta maaf udah bully lo kemarin. Mungkin balasan Rios kemarin itu karma buat gue."

Regita meraih tangan Rios, ia juga meraih tangan milik Beby. Kemudian ia menyatukannya. "Kalian balikan, ya?" pinta Regita.

Rios melirik Beby. Gadis itu diam tanpa merespon apapun.

Kembali bersama Rios? Beby bingung, perasaannya kini sudah bercampur aduk sejak hadirnya Abay.

"By?" panggil Regita.

"Hah? Gue …."

Rios menatap Beby dengan tatapan penuh harap. Gadis itu menarik tangannya dan menggeleng. "Gue gak bisa."

Regita maupun Rios sama-sama terkejut dengan jawaban Beby.

Beby tersenyum, "Gue duluan, ya? Cepet sembuh, Re."

Beby langsung keluar dari kamar inap itu begitu saja. Rios tanpa aba-aba langsung berlari mengejar Beby.

Namun sayang, tubuh gadis itu menghilang entah ke mana.

Jadi … benar-benar tak ada lagi kesempatan untuknya?

***

Beby duduk di teras rumahnya dengan piyama yang melekat di tubuhnya. Siang tadi, Beby memilih pulang naik angkot.

Gadis itu melirik ke arah kanannya.

Tangan Beby terulur menyentuh anting hitam cowok itu. "Lo kenapa pake ini?" tanya Beby.

"Karna gue suka sama segala hal yang bikin gue nyaman," ujar Abay.

Cowok itu tersenyum, "Termasuk deket sama lo."

Beby memukul kepalanya sendiri. "Jangan muncul di kepala gue terus dong!" kesalnya.

"By, Om Daffa ada?"

Beby mendongak, gadis itu melebarkan matanya. "Gak! Gue ngehayal!" pekiknya.

Beby beranjak, gadis itu membalikan badannya. "Sumpah By, lo gak harus mikirin Abay sampai segitunya."

"Lo mikirin gue?"

Gadis itu menggeleng dengan tangan yang masih sibuk memukul kepalanya sendiri. "NGGAK! Gue gak mau gila! Mama Beby gak mau gila!"

Pintu terbuka, Beby mendongak kala mendapati Daffa yang berada tepat di depannya. "Abay?"

"Abay?" cicit Beby.

Gadis itu berbalik, matanya kembali membulat. "Kok—"

"Ini Om, file kemarin. Kalau ada yang kurang bisa hubungin Abay aja."

Daffa menerima flashdisknya pria itu mengangguk, "Makasih, Bay. Mau masuk?"

"Nggak, Om. Abay mau langsung pulang aja."

"Duluan, Om."

Abay melirik Beby yang masih mematung di tempatnya. Wajah gadis itu terlihat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Duluan, By."

TBC

Regita tobat?

Rios ditolak?

Abay sama cewek?

Beby galau?

Kesan setelah baca part ini?

Ada yang ingin disampaikan untuk Rios

Beby

Abay

Regita

See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro