2| DEADLINE

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Deadline yang paling susah dijawab adalah; Kapan nikah?
Emang manusia itu Tuhan, yang bisa tahu tentang jodoh dan masa depan?
-ephemeral-

Menikah?

Satu kata yang pastinya akan sering mampir di benak hampir semua laki-laki maupun perempuan di fase usia matang, atau kita menyebutnya; dewasa. Siapa yang tidak ingin membangun kehidupan baru bertitel rumah tangga? Para jopan - jomlo mapan- pasti mengharapkan demikian. Bertemu jodoh dengan pasangan yang dicintai, menikah, punya anak, hidup bahagia, happily ever after. Impian banyak orang.

Ah! Sayangnya tidak sesederhana itu Ferguso!

Apa lagi yang mau ditunggu, kalau karir sudah oke, sudah siap lahir dan batin. Pasangan juga ada. Tinggal sat-set, melangkah ke jenjang serius. Namun, tidak demikian dengan laki-laki berperawakan tinggi tegap serta berhidung mancung satu ini. Meskipun hidupnya hampir sempurna dengan kombo; karir cemerlang, penghasilan lebih dari cukup, wajah tampan dan pasangan nan cantik yang dicintai sepenuh hati, tapi bagi Rashad Mahawira Jusuf semuanya masih kurang karena terhalang restu orangtua yang telah mengasuh dan membesarkan. Jusuf Hadinata. Restu itu sangat penting bagi Rashad. Apalagi untuk menjajaki hubungan yang tidak main-main. Tentunya dia ingin ikatan cintanya kelak berlangsung langgeng, damai, bahagia senantiasa. Akan tetapi, meski sudah menjalin hubungan selama hampir dua tahun dengan perempuan pilihan hati, sampai detik ini Rashad belum mengantongi restu Jusuf Hadinata.

Sudah tentu Rashad tidak ingin dicap sebagai cucu durhaka yang membangkang titah sang kakek. Apalagi selama tiga puluh tahun bernapas, Rashad telah diasuh, dididik dan dicintai sepenuh hati oleh Opa-Oma-nya. Takut juga dikutuk jadi kembaran Malin Kundang. Halah!

Orangtua Rashad meninggal dalam sebuah tragedi kecelakaan saat Rashad berusia tiga tahun. Sejak saat itu, hidup Rashad sepenuhnya berkhidmat pada Jusuf Hadinata. Apapun perintah Opa-nya akan dia jalani sepenuh hati sebagai bentuk balas budi dan implikasi kasih sayangnya.

"Maaf, Marsha." Rashad menatap wajah Marsha - kekasihnya dengan raut sesal. Sungguh, dia tak ingin mengatakan ini pada sang pacar. Namun, mengingat kembali ancaman Pak Jusuf Hadinata beberapa waktu lalu, membuat nyali Rashad sedikit menciut.

Faktor lainnya Rashad ini adalah sosok yang sangat menghormati orangtua, terutama Jusuf Hadinata. Maka keputusan Opa-nya membuat dia diserang bimbang yang mendalam. Ibarat ingin melangkah, satu kakinya tersandung kerikil, hampir jatuh andai tidak segera cari pegangan yang kuat. Sama seperti hubungannya dengan Marsha, diambang kerapuhan.

Gadis yang dipanggil Marsha masih terdiam. Pinggiran dress fuchsia bertali spaghetti-nya diremas kuat olehnya sendiri. Sesekali isakan kecilnya terdengar menyayat perasaan Rashad.

"Why?" Tanyanya dengan mata layu karena sembap oleh tangis. "Kita udah jalanin ini selama dua tahun, Shad. Apa aku enggak berarti apapun buat kamu?" Pertanyaan melompat dari bibirnya yang penuh serta terpulas gincu pink lembut. Keadaan ini sangat tidak bagus bagi Marsha. Kehilangan Rashad, itu artinya dia harus siap kehilangan semua fasilitas dan kenyamanan yang selama ini diberikan lelaki itu sebagai bukti rasa cintanya. Oh, No! Marsha mau beli Christian Laboutin bulan depan. Stiletto edisi khusus yang hanya dijual beberapa pasang, dan Marsha ingin jadi salah satu pemiliknya. Dengan adanya Rashad di sisinya, bisa dipastikan Stiletto Laboutin akan mendarat dengan manis di kakinya.

Rashad mengusap wajah. Decakannya menguar pendek. Disapunya airmata Marsha dengan tangan kosong sebelum berujar, "Ini juga sangat sulit bagi saya, tolong pahami, jika saya kehilangan semuanya, apa kamu juga siap hidup bersama saya dari nol, dengan kita yang enggak punya apa-apa?" Suara Rashad terdengar serak saat mengatakan hal tersebut. Tangis Marsha sontak berhenti. Lelaki ambisius satu itu tentu tak ingin kehilangan semuanya dengan begitu saja. Dua perusahaan kontraktor milik Jusuf Hadinata yang melingkupi hunian apartemen serta real estate, serta beberapa cabang anak perusahaan, termasuk yang bergerak di bidang Advertising, menanti Rashad sebagai pewaris tunggal.

Telak!

Marsha bungkam dengan pertanyaan Rashad. Tidak. Bukan ini yang dia mau. Dia tetap ingin ada di sisi Rashad, tapi juga tidak mau kalau sampai lekaki itu jatuh bangkrut karena didepak sebagai ahli waris tunggal Jusuf Hadinata. Hidup dari nol?
Tidak punya apa-apa?
Tolong! Marsha sangat tidak siap - bahkan tidak mau sampai itu terjadi. Apa kata circle-nya nanti? Kalau sampai tahu, kekasih seorang Marsha Ravena - selebgram cantik telah jatuh bangkrut. Influencer dengan 600 ribu follower itu pasti akan sangat menanggung malu.

Marsha memindai raut Rashad. Sendu memancar di wajah tampan yang dikelilingi bulu-bulu halus itu Senyum Marsha dipaksa mencuat saat menatap kekasihnya.

"Maaf Shad, aku kebawa emosi, aku sayang banget sama kamu, makanya enggak mau pisah sama kamu." Marsha mengusap pipinya yang basah. Wajah yang tadi ditekuk sekarang menampakkan semringah senyum lebar. Diam-diam otak Marsha merangkum sebuah ide untuknya dan Rashad. "Aku punya ide bagus, biar kita bisa tetap sama-sama, dan kamu juga tetap bisa jadi pewaris tunggal Opa." Ucapan Marsha menarik atensi Rashad sepenuhnya. Lewat sapuan mata seakan tidak sabar ingin mendengar ide yang dicetuskan sang kekasih.

"Apa itu, Marsha?"

"Gimana kalau kita pura-pura break dulu, Shad. Kita jaga jarak, supaya Opa kamu percaya kalau kita beneran udah putus. Dengan begitu, kita masih bisa berhubungan di belakang dia, kan. Dan, posisi kamu juga pasti aman, Shad." Marsha memamerkan deretan giginya yang berpagar bahel hijau toska usai berkata. Sementara reaksi Rashad berbeda jauh dengan sang kekasih.

Rashad terdiam sibuk mencerna ide Marsha dalam otaknya.
Biasanya Marsha paling tidak bisa diabaikan. Sehari tidak ketemu saja ngambeknya bikin kepala Rashad cenut-cenut, kenapa mendadak malah minta break? Jiwa bucin Rashad meronta mendengar permintaan nyeleneh sang kekasih.

"Kamu enggak salah dengan idemu itu?" Cecar Rashad. Matanya berkilat tajam menadahi ide yang menurutnya tidak masuk akal. "Atau kamu sengaja mau menjauh dari saya, lantas nanti kamu bakal pergi diam-diam dari saya?!" Nada bicara Rashad sedikit meninggi, sampai membuat Marsha menunduk takut.

Marsha menggeleng tegas.
"Bukan gitu, Shad, kita cuma break sebentar aja, cuma pura-pura. Setelah Opa kamu percaya kalau kita udah enggak berhubungan, nanti kita pikirkan cara lain supaya Opa bisa terima aku." Marsha menjabarkan. Ekspresi Rashad melunak. "Backstreet," imbuhnya lebih jelas.

Marsha meneguk gelasnya yang berisi jus jeruk, kemudian kembali berkata-kata,
"Selama kita enggak ketemu, kamu juga harus berusaha meyakinkan Opa kamu, kalau aku sangat layak berada di sisi kamu, Shad?" Pengimbuhan Marsha diangguki Rashad.

"Maaf, saya tadi sedikit emosi." Tangannya meraih jemari Marsha, memberi kecupan di sana sebagai ungkapan maaf.

"Kamu benar, kita harus menjaga jarak sementara waktu." Tiba-tiba Rashad teringat prolog Opa-nya tentang kebiasaan buruk sang kekasih. Lelaki dengan rambut legam itu menatap Marsha dari balik meja kafe tempat mereka bertemu. "Tapi, saya punya permintaan selama kita pura-pura break." Rashad mencoba menakar ekspresi sang kekasih saat bicara.

"Apa, Sayang?" Marsha merespons dengan tersenyum.

"Bisa, kan, kalau mulai sekarang kamu belajar buat hidup lebih sederhana, Marsha?" Pintanya dengan hati-hati. Takut gadisnya akan tersinggung.

Kening Marsha berkerut dalam mendengar permintaan Rashad. "Maksudnya gimana, Shad?"

"Kamu tau, kan, Marsha. Opa sangat benci manusia yang suka menghamburkan uang tanpa tujuan jelas, kalau bisa kamu harus belajar mengatur keuangan sebaik mungkin, tahan keinginan belanja barang-barang yang enggak terlalu penting." Pengimbuhan Rashad memicu delikan mata sang gadis. Marsha konstan menatap kekasihnya dengan mulut menganga.

"Shad, please! Kamu tahu kerjaan aku. Aku butuh baju-baju bagus, branded, semua itu buat menunjang karir aku, Shad." Alibi Marsha merasa tak terima dengan protes Rashad. "Lagian kamu sendiri yang bilang, kalau bakal mendukung karir aku, kenapa sekarang kamu kayak gini?"

Rashad mengusap wajahnya. Frustrasi menghampiri lagi. Bukan situasi begini yang dia inginkan. Lagipula apapun profesinya, tidak harus memakai sesuatu yang 'wah' kan? Bayangkan, berapa banyak uang yang terbuang sia-sia jika membeli selembar baju Giorgio Armani tapi hanya dipakai untuk sekali pemotretan. Kaum selebriti hidupnya high maintenance? Ah, sialnya Rashad tidak bisa menampik statement Pak Jusuf Hadinata yang ini.

"Ini demi kebaikan kita, Marsha. Demi mendapat restu Opa." Rashad enggan bertengkar. Apalagi dia dan Marsha sepakat akan break untuk beberapa waktu ke depan demi mengatur strategi meraih restu Jusuf Hadinata.

"Maaf Shad, akan aku coba nanti." Marsha mengalah akhirnya.

Rashad tersenyum lega. Andai bukan demi restu, dia tidak ingin membatasi apapun yang Masya mau. Jusuf Hadinata jelas tidak sembarangan dalam memilih perempuan yang akan mendampingi cucu tunggalnya kelak. Dan, Rashad ingin perempuan itu hanya Marsha Ravena.

Senyum di bibir Rashad makin mengembang, "Makasih kamu sudah mau berusaha buat kita."

Sang gadis mendongak sembari mengangguk dibarengi senyum cantiknya. "Aku bakal coba semua saran kamu, Shad."

Rashad mengamini kata-kata Marsha. Lelaki itu lantas memindai arloji di pergelangan tangan dengan seksama, "Maaf Sha, saya enggak bisa lama-lama, sebentar lagi ada pitching dengan klien penting," ujarnya ingin menyudahi pertemuan siang ini.

Marsha menampilkan ekspresi cemberut mendengarnya. "Kerja terus Shad, waktu buat akunya kapan?" Protesnya merasa diabaikan.

Tawa Rashad berderai pelan. "Yakin kamu mau kita break? Meskipun cuma pura-pura? Mau ditinggal meeting saja udah protes gini," ujarnya mengacak rambut panjang Marsha yang dicurly cantik.

"Yakin, tapi setidaknya sehari ini kamu sama aku, sebelum kita pura-pura break, Shad," sahut Marsha. Wajahnya memancar penuh harap.

"Come on, Sayang, saya kerja keras juga buat masa depan kita, buat kamu, disiplin is number one. Jangan marah ya." Tangan Rashad masih mengabsen puncak kepala Marsha. Memberinya usapan sayang.

Marsha mengangguk lemah. "Padahal aku mau ngajakin kamu nyari baju, Shad, aku butuh pendapat kamu, Sayang, beberapa hari ke depan aku bakal sibuk. Ngerjain endors-an yang udah numpuk, aku butuh banyak properti buat pemotretan." Manja Marsha dengan suara sedikit merajuk.

Rashad tertawa pelan. "Kamu pilih saja yang kamu suka, maaf saya enggak bisa nemenin." Rashad berujar sembari mengeluarkan sebuah kartu berwarna gold dari dompetnya - sontak membikin mata Marsha berbinar cerah. Gadis itu memekik senang. Apalah arti ketidakhadiran Rashad kalau dia bisa mendapatkan apa yang dimau. Itu sudah lebih dari cukup bagi Marsha.

***

Rashad melangkah terburu-buru memasuki sebuah restoran Jepang siap saji. Lelaki itu berdecak pelan sembari melirik pergelangan tangannya guna memastikan dia tidak telat. Disiplin dan tepat waktu adalah harga diri bagi Rashad. Jangan sampai klien sampai di tempat meeting lebih dulu sebelum dia dan ank buahnya datang.

Rashad memangkas jarak menjangkau meja yang telah dipesan. Lewat ekor mata dia memindai head senior staf tim kreatif yang fokus mengerjakan copywriting, dan siang ini menemaninya meeting. Tito. Anak buahnya sudah datang lebih dulu dan tengah sibuk mempersiapkan bahan presentasi.

"Dari tadi, To?" Tanya Rashad sembari mengenyakkan tubuhnya di kursi.

"Lumayan, Pak," sahut Tito.

"Klien kita belum datang, kan?" Rashad bertanya lagi. Kali ini dibarengi wajah tegang. Cemas kalau-kalau kliennya sudah sampai duluan, dan sedang ke toilet, mungkin.

Tito menggeleng. "Belum, Pak. Sebentar lagi mungkin."

Rashad mengembuskan napas lega.

"Bagaimana konsepnya, sudah siap?"

Tito mengangguk. "Sudah siap semua, Pak."

"Jadi, kita tetap pakai konsep yang kemarin?" Rashad bertanya dengan raut cemas. Mengingat konsep yang dia lempar kemarin siang yang menurutnya sangat buruk.

"Bita sudah merevisinya dua kali, Pak. Saya yakin klien akan suka nanti."

Rashad mengangguk, walau masih tidak yakin sepenuhnya. Kalau sampai dia dipermalukan di depan klien gara-gara konsep sampah itu, dia berjanji tidak akan melepaskan Bita dengan mudah.

"Maaf sekali Pak Rashad, saya kejebak macet. Maaf sudah membuat Anda menunggu." Secara profesional sang klien segera minta maaf ketika menyadari telat hadir lebih dari sepuluh menit.

"Tidak apa-apa Pak Handoyo, kami juga belum lama di sini," sahut Rashad.

Seseorang yang dipanggil 'Pak Handoyo' lantas membalas kalimat Rashad.
"Kalau gitu kita mulai saja presentasinya," ujarnya mengisyaratkan.

Rashad memberi kode pada Tito untuk segera menayangkan slide konsep yang telah dirancang oleh tim-nya, ah, lebih tepatnya oleh si anak setengah junior yang kemarin hampir membuatnya naik-darah.

"Kita coba aplikasikan tema zodiak ke dalam produknya, Pak. Karena pangsanya remaja perempuan dan dewasa muda, ini sangat relate dengan kebutuhan sehari-hari mereka. Saya yakin kalangan muda akan menyukai ini. Zodiak bisa jadi bahan stimuli provokatif bagi audience perempuan." Tito menjelaskan setiap gambar dalam slide presentasi.

Perwakilan Orchid Beauty manggut-manggut, terlihat senang dengan konsep yang dipresentasikan.

"Sure! Menarik sekali, Pak Rashad. Saya sangat puas dengan hasilnya, jadi tidak perlu menunggu lama, segera kita buat kesepakatan agar tim produksi bisa segera melakukan proses sutingnya, Pak." Penjabaran yang membuat Rashad mengembuskan napas lega.

Kesepakatan bisnis telah dibuat. Acara selanjutnya diteruskan dengan menikmati santap siang bersama klien. Wajah Rashad tidak setegang tadi saat baru pertama kali datang.

Makan siang berlalu. Rashad dan Tito kembali ke kantor usai klien mereka pamit. Selama perjalanan ada satu hal yang mengganggu benak Rashad. Tentang gadis berpashmina sage green yang tempo hari dicecar habis-habisan. Konsepnya yang dinilai sampah, ternyata hari ini deal dengan klien tanpa perlu revisi ulang.
Deadline kerjaan kelar. Tapi ada satu deadline yang belum bisa Rashad sempurnakan: mengantongi restu Jusuf Hadinata untuk hubungannya dengan Marsha.

🌺🌺🌺🌺

Pak Achad, pacarmu matre tuh keknya. Eh. 🤐

Wah, ternyata masih panjang Tsay.

Meet Rafka Dirgantara
Mr. Sweet crush-nya Tsabita

Tekan bintang dikombo komen bakal dapat ketjup sayang dari Kachan. 💋

Lup& Calangeyo
Chan ❤️

02-01-23
2150

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro