TUGAS MEMBUAT PLOT SCENE SUJU IV (Part 2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

5. Tugas plot scene Kris Hidatte

Nav membawa balon kesekolah. Di pertengahan jalan anak kecil mengambilnya. Nav mengejar anak kecil itu, karena anak kecil itu menangis wargapun berkumpul. Nav di tuduh ingin menculik anak itu. Dengan sabar Nav menjelaskan bahwa dia ingin mengambil balonnya, akhirnya warga mengerti dan Nav mendapatkan balonnya kembali.

Tajuk : Balon

Pagi-pagi bawa balon sambil pergi kesekolah. Apalagi udara terasa bersih sejuk. Wah, bapak tadi kasih aku uang 2 ribu buat beli balon, lho.

"Kak, pinjam balonnya dong," kata anak kecil itu, "dikit doang!" Lanjutnya. Karena merasa tersihir, aku pun memberikannya cuma-cuma. Hitung-hitung sedekah. Upss, lupa! Namaku Nav, 10 tahun. Anak sekolah dasar, kelas 5.

Baru aku ingat, itukan balon yang susah payah minta dari bapak. Uangnya, sih. "Hey, itu balonku!!!" teriakku dari kejauhan, "kembalikan woy!!!"

Anak laki-laki yang lebih muda dariku tersudut, tepat saat memasuki gang. "Mau kemana, huh?" ancamku, "sini balonnya!" Ia menatapku selagi balon tersembunyi di balik pelukannya. "Gak! Kalau masih mendekat aku teriak nih!"

Aku mendekat, mencoba mengambil balonku, tapi anak kecil itu berteriak. " Tolong!!!" Secepat kilat orang berdatangan, mengerumuni kami bagaikan semut. "Ada apa?" tanya orang dewasa itu saat aku mulai merebut balonku. Anak kecil itu menunjukkan kearahku. "Ini nih pak, mau menculik aku." katanya berbohong.

Tiba-tiba si pendek itu menangis dengan kencang, membuat semua orang salah paham. Hey? Siapa yang salah di sini? Aku cuma mengambil balonku.

"Gak pak, dia yang mengambil balonku, dan aku bukan penculi," ucapku menerangkan kejadian tadi. "Apa benar, dek?" Anak kecil itu menunduk.

"Iya pak, aku yang ambil balonnya," ucapnya sendu. "Baiklah, untuk sekarang, silakan adek pergi, lain kali hati-hati yah!" Bapak tua itu mengelus rambut hitamku "Baik pak."

Akhirnya aku bisa pergi ke sekolah dengan senang. Balonku masih di tangan kanan, bersenandung ria, dan meloncat rendah selagi berlari kecil. Uh, senangnya!

=======<<<🎉🎉🎉🎉🎉>>>=======

6. Tugas plot scene indi aoihachimitsu

Ketika Cupit Jatuh Cinta

Lala merupakan seorang cupit yang masih magang. Seminggu lagi hari valentine dan semua cupit sedang sibuk mempersiapkan alat perang mereka untuk membagi cinta kepada manusia, termasuk Lala. Saat ini dia pun sedang sibuk di kayangan.

Lala merupakan cupit yang cantik, ramah namun ceroboh. Sebagai seorang cupit, ceroboh adalah aib. Karena bisa berakibat fatal jika mereka sedang melaksanakan tugas. Walau Lala memiliki kepribadian yang baik, tapi karena sifat cerobohnya tidak ada yang mau berteman dengan cupit berambut hitam panjang ini. Dia selalu di bicarakan dari belakang oleh teman-temannya. Walau begitu dia sangat disayang oleh ketua cupit. Ketua cupit sudah menganggap Lala seperti adiknya sendiri.

"Baik semuanya, saya harap kalian semua sudah mengerti apa yang harus kalian kerjakan di bumi nanti."
Ketua Amare yang merupakan ketua dari para cupit sedang membreafing para anggotanya yang akan turun ke bumi di sebuah aula besar. Sebenarnya dia mencemaskan Lala. Sebagai seorang cupit magang, moment valentine bukan hanya sekedar momentum berbagai kasih tapi juga sebagai ujian untuk menjadi cupit senior.

"Siap ketua." Kor seluruh cupit baik senior maupun yang magang.
Seluruh cupit dengan pakaian seragam serba putih dengan membawa alat panah berwarna merah sedang berbaris untuk meninggalkan kayangan. Lala sangat gugup, tangannya gemetaran dan sudah berkeringat dingin. Dia takut gagal, namun harus tetap berusaha. Tidak ada usaha yang akan sia-sia dia yakin itu. Ketika gilirannya untuk terbang meninggalkan kayangan, dia menatap ketua Amare sebentar dan sang ketua membalas memberikan senyuman peneduh pemberi semangat. Senyuman yang seakan mengatakan selamat berjuang.

Lala pun akhirnya terbang meninggalkan kayangan untuk melaksanakan tugas mulia, yaitu membagi cinta kepada umat manusia. Sedangkan di tempat lain seorang pria sedang duduk bersandar di dinding sembilan menggenggam selembar foto. Setetes cairan bening lolos dari pelupuk matanya. Dia langsung menyeka dengan punggung tangannya. Gengsinya mengatakan dirinya untuk tidak menangis namun nyatanya tubuhnya berhianat dan lebih memihak hatinya yang sedang terluka.

"Kamu gadis pertama yang mencuri hatiku dan gadis pertama juga yang menghancurkannya." Katanya lirih, lagi-lagi cairan bening mengalir dan kali ini dia membiarkannya. Kata temannya yang seorang mahasiswa psikologi, menangis dapat membantu meringankan rasa sedih. Lagi pula menangis itu menyehatkan untuk mental selama dalam kadar yang benar. Dan jika pria telah menangisi itu tandanya dia sudah 'lelah'. Sebagai manusia menangis adalah hak tanpa melihat gendernya. Jadi seorang pria menangis itu bukanlah aib.

"Tuhan, kenapa rasa cinta sangat menyakitkan. Kenapa cinta hanya manis di awal dan pahit di akhir?" Foto yang tadi di genggamnya perlahan jatuh seiring semakin derasnya air matanya. Kini tangan yang tadinya di gunakan untuk menggenggam foto mantan sang kekasih kini di gunakan untuk menutup matanya yang terus mengeluarkan air mata.

Menarik nafas perlahan, dan menyeka air matanya. Pria beiris coklat gelap, memiliki rahang tegas dan tubuh atletis ini berdiri dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri. Sudah cukup acara bergalau ria, kini saatnya move on dan melanjutkan hidup. Sesampainya di dalam kamar mandi dia membuka kaos berwarna hitam yang dia kenakan memperlihatkan otot-otot bisep, trisep dan jangan lupakan otot-otot di perutnya yang membentuk kotak-kotak berjumlah delapan.

Bruk

Sesuatu yang besar jatuh menembus atap rumahnya lebih tepatnya atap kamar mandinya. Vino spontan membalik badannya dan menemukan sebuah benda berwarna putih. Bergerak? Ah sepertinya bukan benda. Tidak mungkin benda memiliki kaki jenjang yang mulus berkulit Tan dan memiliki rambut hitam yang panjang.

"Aduh."

Suara rintihannya saja sangat merdu terdengar di telinga pria yang kini telah bertelanjang dada dan masih melongo syok. Otaknya masih mencerna peristiwa yang baru saja terjadi. Sampai akhirnya benda emm makhluk yang asing itu mengangkat wajahnya dan kini menatap Vino dengan manik hitam bulatnya. Vino yang di tatap secara intens seperti itu menjadi gugup. Ingin bertanya namun suaranya seakan nyangkut di ujung tenggorokannya. Makhluk yang ternyata cantik bagai malaikat ini menatapnya polos dan mendekat ke arahnya. Spontan Vino mundur selangkah.

"K-kau mau apa?" Tanya Vino terbata.

"Aku cupit, saat terbang tadi sayapku tiba-tiba hilang dan aku terjatuh di rumahmu. Emm tuan tampan kenapa kamu bersedih? Sepertinya kamu butuh cinta."

=======<<<🍁🍁🍁🍁🍁>>>=======

7. Tugas plot scene Yuni Latifah ylathief

Namaku Fery...

Rumah real-estate...

Mobilku banyak, harta melimpah...

Orang memanggilku, bad boy buaya...

Yang penting aku senang...

Aku--

Demi Dewa Neptunusnya Spongebob! Fery yang sedang asyik berdendang ria hampir tersedak susu yogurt rasa mix berries yang sedang ia minum. Penyebabnya adalah layar ponsel pintarnya yang sedang menampilkan laman ramalan zodiak capricorn miliknya yang mengatakan bahwa hari ini dia akan mengalami kentut tiada henti.

Sial. Ini pasti gara-gara ubi rebus si Mamat kemarin.

Pprrtttt.... Tiba-tiba gas berbau amonia keluar dari lubang pembuangannya.  Nah, bener, kan? Batinnya.

Apakah hari ini akan jadi hari sialnya? Pasalnya dia sudah siap-siap pergi dengan Susi, gebetan barunya yang manis-manis gula jawa dari kompleks sebelah. Tidak mungkin Fery membatalkan janjinya dengan Susi begitu saja, tapi tidak lucu juga waktu dia mau romantis-romantisan dengan Susi, lalu terdengar suara tanpa rupa, bau tanpa wujud.

Ah, sudahlan. Fery tidak ingin kehilangan kesempatan dengan gadis kelimanya itu. Untuk mengajak Susi keluarpun susah, butuh usaha, tapi Fery yang terkenal sebagai bad boy berhasil menaklukan hati Susi Similikiti dengan modal gombalan cap buayanya.

Kembung, kembung, deh perutnya nanti kalau dia tahan kentut. Masa bodoh, ah. Yang penting dia jalan sama Susi.

Akhirnya, Fery pun menaiki motor sport-nya yang seharga avanza bekas untuk menjemput sang putri Susi kemudian membawanya jalan-jalan keliling emol. Sepanjang jalan-jalan itu, tak henti-hentinya Fery menahan kentut luar biasa. Meski dengan muka meringis yang dimanis-manisin agar Susi tidak curiga dengan Fery. Bahkan disaat mereka memutuskan untuk makan di gerai fast food ala Jepang, Fery makin blingsatan menahan gairah kentutnya yang semakin diujung tanduk. Apalagi mereka memesan bento set yang pasti ada salad kolnya yang bisa menambah kadar gas dalam perutnya.

Oh, jangan sampai ini jadi kencan yang gagal gara-gara kentut. Keringat dingin mulai mengalir dari jidatnya, konsentrasinya mulai buyar ketika Susi mulai mengoceh masalah kerjaannya sebagai SPG. Karena tidak tahan, akhirnya Fery memutuskan untuk masuk ke bilik toilet, kemudian...

Pprrrttt pprrtttt pprrttt...

Fery pun menuntaskan hasrat kentutnya dengan riang gembira.

=======<<<🌺🌺🌺🌺🌺>>>=======

8. Tugas plot scene Nova Beladona NovBeldon17

Matahari cerah sudah terbenam di ufuk barat, namun semangat gadis bertubuh tambun yang masih sok sibuk bersama tisu untuk menyingkirkan keringat di wajahnya tak ikut terbenam. Riasan yang menghiasi wajah gempilnya seperkian waktu lalu di nganggu oleh tetesan keringat, membuat ia harus menyapu tisu dengan hati-hati. Ia tidak mau momen istimewanya rusak, lebih tepatnya make up di hari istimewa nya terusik apalagi sampai memudar. Biarlah mentari saja yang pudar, kemolekan seorang Jamilah tidak perlu mengikuti.

Ya, gadis bertubuh tambun dan berpipi gempil itu bernama Jamilah. Jamilah yang biasa di sapa Ila sudah siap dengan kejutan beberapa jam ke depan. Bagaimana tidak akan siap, ini adalah kesempatan langka bagi hidupnya. Kesempatan ini pula lah yang nanti nya akan membebaskan Ila dari kutukan jomblo seumur hidup. Jamilah yang sudah sejak kecil menjomblo hari ini akan di pinang pria tampan. Jika didalam serial beauty and the beast bercerita tentang wanita cantik yang menerima pria jelek, di kisah Jamilah kebalikannya.

Ila sebenarnya tidak terlalu jelek, hanya tampak bantet karena badan bongsornya. Andai saja jika ia sedikit kurusan, mungkin ia akan merasakan yang namanya keindahan pacaran dan rasanya dikejar-kejar. Tapi bagaimana bisa kurus jika kerjaan Ila saja tidak benar, ia terbiasa memakan mie instan berbungkus-bungkus saat tengah malam, saat keadaan rumah sudah sunyi dan adem ayem dari teriakan emaknya.

"Ila!" Kan, baru saja di bicarakan, si emak sudah teriak dengan suara dahsyatnya yang cempreng. "Udah ayo, jangan di depan cermin terus, muka kamu tidak akan berubah seperti Cinderella. Disini tidak ada ibu peri yang berbaik hati mengubah Ila menjadi Cinderella," itu kalimat yang datang dari emak Ila. Terkesan agak sarkars sih, tapi tidak bagi Ila. Ia sudah biasa.

"Lagian siapa juga yang menunggu ibu peri, Ila tidak perlu berubah menjadi Cinderella untuk bersanding dengan Joni, Mak," jawab Ela menggerutu seperti cicitan pada dirinya yang kini mulai beranjak menyusul emak. "Apa? Tidak usah bersungut-sungut, emak dengar," empok Enon pun berlalu meninggalkan Ila ke ruang tamu. Interaksi antara Ila dan empok Enon memang tidak pernah manis, tetapi hubungan mereka harmonis kok, apalagi jika sudah ada Juleha.

Juleha atau biasa di panggil Ela adalah adik sekaligus kembaran Ila. Sayangnya, mereka sudah seperti dua sisi uang logam yang berbanding terbalik. Jika Ila tambun dan bantet, Ela malah tinggi semampai dengan kaki jenjang nya. Orang sering tidak percaya jika mereka adalah kakak beradik apalagi kembaran, termasuk saya yang menuliskan kisah ini. "Kak Ila, sini aku benerin lipstik nya, kenapa pakai warna merah cerah sih kak? Baju kakak kan udah merah, jatuhnya menor tau," Ela mendekati Ila yang baru saja tiba di ruang tamu. "Tidak, tidak usah Ela. Biar saja, tidak ada kata menor untuk menyambut calon masa depan. Lagi pula ini adalah hasil karya ku, aku sudah berdandan dari pagi sejak ayah bilang Joni akan datang melamar malam ini," Ila dengan centil malah memonyongkan bibirnya dan memperagakan gerak gerik para model brand lipstik ternama.

Benar, tadi pagi selepas Ila pulang dari pasar, Rasyid ayahnya mengatakan jika Joni akan datang untuk melamar anak gadisnya. Alhasil, Ila dengan semangat perang di tahun penjajahan langsung membongkar lemari demi mendapatkan baju yang pantas untuk acara ini, jangan lupakan pula muka Ila yang berkali-kali di olesi peralatan makeup up seadanya. Ila benar-benar sudah seperti gadis jomblo ngenes yang tidak sabar untuk menerima lamaran Joni. Apalagi ini Joni, si pria gagah nan tampan meski hanya tukang ojek di pengkolan depan, tapi Ila tetap rela meniti kehidupan barunya bersama Joni nanti.

"....Iya, ini anak saya, Ela. Kalau yang ini kakaknya, Ila. Yang akan kamu nikahi, bukan?" ujar Rasyid pada Joni yang duduk bersebrangan dengan rombongan keluarga nya. Joni yang awalnya tersenyum kini malah menunjukkan ekspresi melongo. "Ngg.. anu, maaf pak, begini...." Joni menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mulutnya kaku untuk melanjutkan kalimat yang sudah dipikirkan susah payah oleh otaknya. "Bukan Ila pak, tapi Ela. Joni mau melamar Ela, bukan si Ila," akhirnya pertolongan datang. Itu suara dari Agra, sepupu Joni yang duduk disebelahnya. "Nah, iya pak, begitu," Joni pun meringis bersalah kepada pak Rasyid, empok Enon, dan Ila. Sedangkan kepada Ela, Joni menampilkan ekspresi senyum simpul yang sederhana dan di balas tatapan canggung oleh Ela.

Hancur, senyum sumringah Ila yang tadi kokoh kini runtuh seketika. Ia terkejut, sangat terkejut dengan statement Joni yang barusan. Bagaimana bisa? "Oalah... Maaf, berarti bapak salah dengar apa ya tadi pagi, nak?" Rasyid menanggapi omongan Joni dengan santai tanpa melihat wajah menor Ila yang sudah pias. Joni mengiyakan dengan rasa tidak enak, tapi Rasyid dengan gamblang nya malah bertanya pada Ela mau menerima apa tidak. "Jadi aku gimana, yah? Sia-sia dong aku dandan dari pagi?" Ila yang duduk berdekatan dengan Rasyid pun berbisik pelan. "Kamu dengan Abang aja, gimana? Biar sekalian lamaran ini untuk dua orang, kan gak perlu modal lagi. Hehee.." belum sempat rasyid menjawab, Agra sudah memberi kelegaan. Tapi bukan kelegaan yang Ila rasakan, malah cobaan. Jika kamu membayangkan Agra sebelas dua belas dengan Joni yang notabene nya sepupuan, kamu salah! Agra itu bahkan lebih parah bentuknya ketimbang Mimi peri. Hanya saja, Agra sama dengan Ila. Mereka sama-sama berbadan bongsor dan tidak memiliki pasangan. Kisah ini ternyata bukan kebalikan dari serial beauty and the beast, tetapi serupa dengan serial Shrek dan putri Fiona yang sama-sama sebangsa Ogre gendut mencari cinta sejati. Ekspetasi memang selalu berbanding terbalik dengan realita.

=======<<<🌻🌻🌻🌻🌻>>>=======

Best Regards

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro